Sebagai pria lajang, kita seharusnya patut bersyukur hidup di Indonesia, terutama yg tinggal didaerah yg tidak menetapkan tarif Mahar untuk meminang wanita. Berkaca di China, uang mahar ini sangat memberatkan para pria lajang, terutama orang tuanya bahkan ada istilah ortu disana "lebih baik jual semua harta asal anak laki2 saya menikah".
Untuk daerah pedesaan China rata2 uang mahar sekitar 100-200rb Yuan atau sekitar 200-400jt diluar biaya acara dan perhiasan. Dikota besar bahkan 800rb Yuan (1,2M), dan masih berharap sudah punya kekayaan 4jt Yuan (8M), hal ini wajar karena harga apartemen biasa disanghai udah 20M biasanya dicicil seumur hidup haha.
Kondisi ini menyebabkan di pedesaan China banyak pria lajang bahkan banyak yg usia 40 tahun ke atas karena mahalnya Mahar disana. Pemerintah China sebenarnya tidak tutup mata, seperti di Provinsi Jianxi mengeluarkan aturan di pedesaan maksimal uang mahar 80rb Yuan (160jt) tp krn harga pasaran udah tinggi maka sulit merubah itu.
Di China, penentuan mahar bukan soal Matre namun menunjukkan gengsi keluarga, semakin mahal semakin tinggi derajat nya di masyarakat. Bahkan wanita lajang dgn wajah pas2an dan pendidikan setara sma yg bekerja dgn gaji 2rb Yuan (4jt), keluarganya mematok mahar 400jt plus punya rumah sendiri.
Mungkin ada yang tahu youtouber Yenny di China, pasti seneng banget suaminya dapat Yenny karena ortu suaminya aja ngontrak dan dulu boro2 suaminya punya rumah sendiri. Mereka saat ini bersama2 membeli tanah dan ngebangun rumah 2 lantai dari hasil Yenny nge-youtube.
Cerita lain dari teman saya dari China, dia bilang di desanya banyak pria lajang karena tak mampu Membayar Mahar. Ada seorang pria lajang yg kesulitan menyediakan mahar 400jt pada akhirnya mencoba peruntungan Blind Date dengan Janda anak satu karena pikirnya maharnya akan murah, namun ternyata saat ketemuan pertama, si janda tetap mengharapkan Mahar 400jt (standard Mahar di China) plus mengharapkan jika nanti punya rumah maka atas nama dia. Tentu saja harapan janda ini tidak realistis bagi dia (tp belum tentu bagi yg lain), sehingga si pria terpaksa balik lagi jadi pria lajang haha.
Di China, ada keunikan para pria pas2an berbondong2 mencari wanita dengan wajah pas2an, selain Maharnya lebih bersahabat juga mau hidup susah. Wanita cantik disana dijauhi krn riskan kedepannya cerai trus bayar mahar lg 400jt untuk dapat istri baru, bisa cilaka duabelas. Mending gadis pas2an makin tua makin ga laku dipasaran dan aman bagi pria pas2an. Ada seorang pria china di comblangin dgn seorang gadis, saat pertama ketemu dan lihat wajah si gadis tuh cantik plus langsing, buru2 dia angkat kaki pulang, alias cancel, pria disana alergi cewek cantik haha.
Tambahan, zaman sekarang beda ama zaman dulu di China, zaman dulu tuh tidak terlalu memandang nilai Mahar bahkan berani mulai dari bawah, trus suami istri bekerja bersama untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Semua ini efek program China sebelumnya yaitu maksimal punya anak satu (walau 2021 udah dirubah anak tiga), sehingga saat di kandungan jika ketahuan cewek maka banyak yg digugurkan, sehingga anak cowok lahiran th 70-90an menjadi bejibun di China.
Sebagai pria terutama dgn kondisi ekonomi menengah ke bawah, harusnya pria di Indonsia patut bersyukur, di Indonesia hampir semua daerah tidak menetapkan mahar bahkan hanya dengan modal 1jt untuk KUA dan seperangkat alat sholat dapat Istri haha. Pun ada mahar misal di Makasar, Aceh dll bisa cari misalkan gadis non-Mahar spt jawa ngapak misal di banyumas, tegal ampe pemalang yg udah murah, nrimoan plus pekerja keras (katanya) terbukti TKW bejibun sehingga dikampung2 daerah sana punya rumah bagus2. Pun mau cari yang manis dan anggun, bisa cari di daerah solo-jogja. Maka ayok para Pria Indonesia tentukan pilihanmu segera, mumpung tanpa mahar dan masih banyak yang mau diajak hidup susah hahaha.
Blog berikutnya akan saya ulas tentang alasan mengapa wanita lajang China di atas 35th kebanyakan ditolak oleh Biro Jodoh. Jd disana Biro Jodoh sangat populer unt mencarikan jodoh, beda dgn di Indonesia yang masih dianggap tabu dan kurang populer.
Kang Jay
Oleh | Jayadiningrat |
Ditulis | 12 jam lalu |
Dinding Komentar