Saya tergelitik dengan istilah bucin, yah tiap masa selalu diisi dengan istilah-istilah baru. Beberapa tahun silam kita mungkin populer dengan istilah lebay, alay, dsb. Dan akhir-akhir ini ada satu istilah hits dikalangan jomblowers dan orang yang baru punya kekasih, bucin: budak cinta.
Tidak ada definisi pasti dari bucin ini. Akan tetapi, menurut saya, istilah bucin merujuk pada orang-orang yang mencintai dengan berlebihan atau mungkin dengan ketulusan.
Mencintai dengan "berlebihan", tidak ada indikator pasti kapan seseorang dianggap berlebihan. Pun "ketulusan" juga tidak bisa diukur, hanya ia dan Tuhan yang tahu apakah ia mencintai dengan tulus atau sekedar modus.
Yang ada hanyalah penilaian orang lain yang kerap mengklaim bahwa sesuatu atau seseorang itu berlebihan. Padahal bisa jadi ia bukan sedang berlebihan melainkan bentuk sebuah ketulusan, tidak ada yang tahu pasti.
Kemunculan istilah bucin ini membuat kebanyakan orang abai dengan arti ketulusan. Tak heran ia kerap dikonotasikan negatif. Ketika seseorang berbuat sesuatu untuk kekasihnya, kerap kali mereka dianggap bucin.
Padahal tak selamanya bucin itu negatif.
Sebagai kekasih, tentu kita ingin berguna bagi kekasih kita. Kita ingin punya kontribusi pada kehidupan sang kekasih. Tentu hal ini sah-sah saja selama kitanya tulus dan tanpa pamrih. Akan tetapi, jangan sampai keinginan untuk berkontribusi pada kehidupan sang kekasih justru merugikan diri kita sendiri.
Boleh saja kita memberikan sesuatu sebagai bentuk rasa sayang, tapi jangan sampai ngutang, lho ya! Apalagi bela-belain pinjem duit ke pinjol! Hanya demi membelikan sang kekasih motor baru harus bela-belain nyicil. Ya kalau motor itu buat nge-gojek jadi bermanfaat, kalau buat ngeceng ke cewe lain? Atau bagi cowo, belum juga janur kuning melengkung namun sebagian gaji sudah ditranfer ke sang kekasih. Silahkan jadi bermanfaat untuk orang lain, tapi jangan rugikan dirimu sendiri.
Tak hanya mabuk politik yang membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat dalam bertindak, mabuk cinta pun bisa. Oleh sebab itu, kita patut waspada jika sedang berkutat dengan perasaan yang namanya cinta itu! Ketika kita bertindak tanpa menggunakan akal sehat kita, fix bucin kita sudah menjurus negatif! So, tetap jaga akal sehat dalam segala tindakan dan ucapan, ya.
Apapun yang menyatukan kita dengan sang kekasih, kita pasti punya perbedaan dalam banyak hal. Perbedaan itu harus menjadi warna dalam hubungan, bukan jadi bibit permasalahan. Bucin pada hakikatnya adalah proses belajar memahami karakter pasanganmu. Apa yang ia mau. Apa yang ia sukai. Dan bagaimana ia selayaknya diperlakukan.
Bucin juga merupakan media untuk mengenal dirimu sendiri lebih dalam. Karena itu, jangan pernah menganggap bahwa bucin yang kita lakukan adalah sebuah prestasi. Apalagi sampai mengklaim bucinmu itu merupakan perjuangan heroik. Setelah mati-matian menyenangkan hatinya, dia makin sayang kekita. Namun saat kita lelah, sang kekasih menjauh, dan kita sakit hati. Jangan seperti itu. Ingat kita hanya sedang belajar. Namanya belajar ya pasti ada suka dan dukanya.
Belajarlah sewajarnya, jangan berlebihan. Masih ada saat implementasi hasil belajar yaitu saat menikah, pejuangan panjang seorang bucin, maka hemat tenagamu.
Bagi yang saat ini punya kekasih, semoga kuat belajarnya ya para buciners! Kalau udah nyerah angkat tanganmu ke hadirat Allah. Ingat dunia ini luas, tidak melulu soal kekasihmu yang belum terbukti ketika dalam bingkai pernikahan.
Kang Kay
Oleh | Jayadiningrat |
Ditulis | Mar 26 '20 |
Dinding Komentar