Jika manusia memiliki kediaman, maka rindu berkediaman di dalam hati.
Jika manusia memiliki tempat favorit, maka tempat favorit bagi rindu adalah pikiran.
Rindu senang berada pada dua tempat tersebut dan dia sering berjalan-jalan dari hati ke pikiran dan dari pikiran ke hati.
Seketika rindu bisa timbul, rindu juga bisa membolak-balikkan hati dan pikiran. Membuat rasa berubah dan menjadikan hati tidak lagi teduh. Pada saat itulah kesedihan mengambil momen dan membuat air mata terjatuh.
Rindu senang berjalan-jalan pada malam hari. Menapak dari pikiran ke hati. Membuat siklus tidur kita yang merindu berubah dan menjadikan dunia kita terbalik. Saat orang-orang di semesta ini tertidur pulas, kita malah tidak pernah puas untuk bermain dalam kerinduan. Begitu aneh, bukan? Kita bermain dalam rindu dan rindu itu berdomisili dalam hati di diri kita sendiri. Sebab itu, yang kita temukan hanya kesedihan dan bayang sesuatu yang kita rindukan, bukan dirinya seutuhnya.
Rindu sangat senang memiliki rumah di hati. Sedang yang membangun rumah tersebut di hati kita adalah jarak, kehilangan, dan kepergian. Maka, saat terjadi jarak pada hubungan, kehilangan, dan kepergian, rumah bagi kerinduan otomatis terbangun.
Kita tidak akan bisa melakukan penolakan, tidak ada kata yang tepat selain pasrah.
Kang Jay
Oleh | Jayadiningrat |
Ditulis | May 13 '20 |
Dinding Komentar