Finally, krn msh masa #stayathome punya jg waktu buat nulis topik ini.
Dan krn ini forum AN (slah satu tempat iktiar tuk mecari pasangan hidup) cukup tepat membahas ttg ini.
Well, jd diawal umur 30-an aku pribadi menutup mata pada keberadaan yg namanya 'duda'. Dan pada saat itu stigma duda cenderung negatif. Ketika seorg teman mau memperkenalkan aku dgn om-nya yg duda aku menolak pdhal penyebab perceraiannya adalah krn istrinya yg selingkuh bukan dia. Sampai adikku yg jg mau mengenalkan temannya yg duda ditinggal mati jg tidak kugubris.
Sampai satu waktu teman dekatku sendiri, teman curhat yg selalu ada buat aku memutuskan menikah dgn seorg duda yg istrinya meninggal dunia ketika melahirkan. Jujur aku sempet speechless, ga tau harus bicara apa ttg kedekatan dia dgn si duda ini diawal2 pdkt mereka. Aku cuma ingin memastikan apakah temanku sudah siap menerima statusnya, apakah statusnya benar2 duda ditinggal mati. Teman2ku yg lain jg sempat tdk yakin dgn hubungan mereka akan berhasil. Dan temankupun sadar banyak org yg mempertanyakan akan status calon suaminya itu. Sampai akhirnya calon suaminya membuktikan bahwa dia serius dgn temanku, tidak main2 , dalam jangka waktu 5 bulan dr waktu pedekate mereka langsung memutuskan untuk menikah. Dan sekarang Alhamdulillah mereka sudah punya anak laki2 yg lucu bgt.
MasyaAllah, kekhawatiranku pun sirna, akupun turut bahagia dgn keputusan besar yg dibuat temanku. Setelah bertemu bebrapa kali dgn suaminya ternyata benar adanya beliau pribadi yg baik & jenaka. Dan mungkin sejak teman dekatku ini menikah dgn duda, akupun mulai membuka hati buat pria dgn status 'duda'.
Nah, tdk lama aku dikenalkan dgn anak temannya bapak yg ternyata duda cerai tanpa anak dan sudah menduda hampir 10 tahun. Umur perkawinannya dgn istrinya waktu itu baru 1 thn lalu cerai. Awalnya aku agak ragu tuk komunikasi krn spertinya dia sudah terlalu nyaman dgn status dudanya. Well komunikasi diawal perkenalan msh berjalan lancar, tp lama kelamaan dia sperti membenamkan diri dlm pekerjaan sbg abdi negara yg super sibuk sehingga tak ada waktu tuk menyapa & berkunjung lagi. Krn tdk berujung kepastian aku memutuskan tdk mlanjutkan hubungan td. Walo sebenarnya aku bertanya2 mengapa dia betah skali menjadi duda ya. Tapi yasudahlah , aku brusaha memahami mungkin dia masih trauma dgn komitmen pernikahan, atau dia memang tdk bisa melupakan mantan istrinya, sehingga tdk bisa lg membuka hati tuk yg baru.
Btw, aku nulis panjang lebar gini ada yg baca ga ya?:D Hahaha, bersambung bsk deh krn yg nulis udah ngantuk...
Dinding Komentar
1. Gadis 20-25th:
Cenderung anti duda, kecuali ada hal luar biasa di diri duda seperti kaya sekali, perhatian sekali atau si gadis cari figur ayah. Sikap ortu jelas2 mengharamkan duda. Bukan apa kata dunia, tapi dunia menolak duda.
2. Gadis 26-28th:
Masih sama namun sudah ada kekhawatiran ketinggalan teman2 sepantarannya atau dilangkahi adik, sehingga duda dikasih kesempatan namun dites keseriusannya, jika mengejar terus yah coba dilirik jg. Cuman ya jadi pilihan terakhir ya karena sikap ortu yang masih anti Duda jadi ketakutan sang gadis memilih duda karena bakal ditolak ortu. Apa kata dunia.
3. Gadis 28-30th:
Merasa di usia kritis memasuki usia 30th, mulai kehilangan jatidiri, jika ada duda yang serius dan ngejar terus maka atas dasar cinta maka ortupun diterjang. Ortu biasanya mulai pasrah, yang penting duda itu baik dan mapan, yah sudahlah jika anaknya ngotot.
4. Gadis 31-35th:
Sudah lewat masa kritis, berkutat dengan kesibukannya membangun karir, benar-benar dimasa keemasan kerja, namun masih berharap segera menikah. Mau perjaka atau duda bukan masalah yang penting baik, sholeh, setia dan mapan. Masih malu-malu mau dengan duda. Duda sudah tidak harus mengejar-ngejar sang gadis. Ortu welcome sekali dengan duda, suka menanyakan si A kemana, si B dimana, padahal si gadis lagi enjoy sekali dengan dunianya. Ya ini masa keemasan seorang Gadis, kepercayaan dirinya lagi sangat tinggi.
5. Gadis 36-40th:
Merasa dimasa paling kritis 'lagi', ini terkait usia kesuburan. Bahkan duda lebih diprioritaskan dibanding perjaka, karena lebih teruji dan terampil menghamili. Duda juga dirasa lebih mapan dan lebih memahami gadis diusia ini. Pilihan perjaka diusia itu juga sudah sangat jarang, pun ada, ada saja masalahnya, yah perjaka sepantaran udah lupa gimana memperlakukan gadis, belum hidup mandiri, banyak maunya, cuek dll. Duda is the best. Ortu berharap sekali, segala doa dipanjatkan pada Allah. Diusia ini ortu antara putus asa dan masih berharap.
6. Gadis 40-50th:
Sudah tidak pasang target muluk-muluk, lebih banyak beribadah pada Allah. Duda atau suami orang tidak masalah selama dapat izin dari istrinya untuk poligami. Bisa menikah syukur, tidak menikah juga tidak apa2. Jika masih punya orangtua, sang gadis sangat perhatian tuk membahagiakan orang tua. Suka ngemong keponakan, memelihara binatang dan tanaman. Ortu sudah lupa punya anak gadis.
Sekedar intermezo pengamatan saya, iseng-iseng ketak-ketik.Iya neng Fit, begitulah, saya juga beberapa tahun di AN coba mengamati pola Gadis dalam melihat Duda berdasarkan usia:
1. Gadis 20-25th:
Cenderung anti duda, kecuali ada hal lu...See more
-makasih om jay, pakar dunia wanita & rumah tangga atas hasil pgamatannya, smoga jarinya ga kaku abis ngetik sgitu banyak ya om :D
-bang Aguz mo duda / perjaka, yg penting mah baik hati, tidak sombong & rajin menabung amal soleh jg-bang is ini cuma pandangan aja Fit aja sih, mana tau diluar sana jg msh ada ciwi2 yg ragu2, tapi wajar sih pastinya krn membangun relationship sm duda beda dgn yg perjaka
-makasih om ...See more