Duh kenapa judulnya kayak film bersambung ya. Whatever..
Di part sebelumnya ada ttg ceritaku yg tdk berhasil menjalin relationship dgn duda tanpa anak , dikarenakan si duda ini sudah terlalu nyaman dgn kedudaan.
Lalu akupun berkenalan dgn duda yg memiliki tiga anak. Sejak awal aku respek dgn kejujurannya, bagaimana ia menjelaskan perceraiannya dgn mantan istrinya, bagaimana dia menjaga anak-anaknya tetap dlm kondisi baik dan bagaimana gigihnya ia membangun usahanya walo diapun sudah jd karyawan tetap disatu perusahaan. Sifat dewasa, kebapakan & pekerja kerasnya cukup menarik perhatianku saat itu. Tapi kemudian aku sadar, bahwa dia punya anak loch, dan mendidik anak itu kan ga gampang.
Kalo seandainya si duda ini anaknya
satu mungkin aku masih siap secara mental untuk turut mendidik anak tsb , tapi
jika anaknya lebih dari satu akupun berpikir 1000 kali untuk ini. Setelah diskusi
dgn orang2 terdekat, orangtua & tentunya bermusyawarah dgn Alloh lewat
solat malam & istikharah aku memutuskan tidak melanjutkan taaruf dgn duda
ini.
Dari ceritaku tadi bisa diambil
sedikit catatan bahwa untuk membangun relationship dgn duda dgn anak itu membutuhkan
mental baja. Apalagi jika mantan istrinya tinggal dalam satu daerah, dimana
anak-anaknya tentu punya jadwal tertentu kapan berada dirumah ayah kandungnya,
& kapan berada dirumah ibu kandungnya. Tampak complicated ya. So IMHO, yg
namanya faktor kejujuran & keterbukaan di awal relationship ttg keadaan
keluarga si duda pasca perceraian sangat diperlukan agar tdk ada salah paham. Dan
kuperhatikan bagi sebagian duda cerai membicarakan penyebab penceraian itu tdklah
nyaman, sehingga kalo ada wanita single yg bertanya tanpa sadar menjawabnya dgn
ketus.
Oya satu hal lainnya yg menjadi kekhawatiranku adalah bagaimana jika si duda & org2 disekitarnya (termasuk anak-anaknya) mulai membandingkan kita dengan mantan istrinya. Waw, I don’t have any clue
Ok, cukup sekian ya with all that
duda matters. I’m just sharing what inside my head. Mungkin teman-teman yg
lebih senior bisa sedikit membuka cakrawala
Dinding Komentar
Untuk neng Fit, sangat dimaklumi sekali, bahkan itu sangat realistis tentang kondisi seorang gadis menerima duda berbuntut banyak, kecuali anaknya udah pada pisah dan nikah.
Kondisi anak banyak dan ikut Duda semua tuh pasnya untuk Gadis usia 43th keatas, saat sudah tidak mengharapkan anak kandung sehingga pilihan mengasuh anak tiri sangat menarik, istilahnya langsung dapat sepaket. Ga usah takut, toh kontrak hidup tinggal sebentar lagi he he, eh saya juga 45th ya yah saya akui diri saya udah tua. Nekat dengan hal baru adalah mengasyikkan, jangan beraninya di zona nyaman aja, toh kita sedang tidak bermain dengan nyawa. Tante saya bahagia aja tuh diusia 45th menikah dengan duda 51th anak 4 ikut bapaknya semua, 2+2 anakmenantu 1 sma 1 smp 2 cucu. Jadi untuk gadis 43th keatas gak usah banyak mikir apa kata dunia, embat dulu, ga ada susahnya anak 3, kalau lebih dari 5 baru mikir, yah anggap anak sendiri.
Gadis usia 35 - 40th sebenarnya bisa aja kok nekad disaat ada pilihan duda anak 3 atau lebih. Syaratnya si gadis harus berpikir sangat keras:
1. Lihat status dia: punya akta cerai gak, punya rumah gak, mobil ada gak, gaji berapa dan mulai itung2 jgn sampai tekor apalagi nombok ha ha.
2. Lanjut amati anak: misal No-1 SMA cowo cuek okelah bisa dilepas, No-2 SMP manja tapi cewek terlihat bisa hideng sendiri, No-3 SD cewe butuh perhatian. Walau tidak pengalaman, pelan2 diurai dan mapping diotak gimana handle satu2. Kerumitan itu muncul karena otak tidak mau berpikir keras. Padahal kalau diurai, mudah aja kok.
3. Urusan mantan istri, dulu cerai gimana, bisa dimapping setelah beberapa bulan kenal dicocokkan dengan sifatnya apakah terlihat baik perhatian dan sabar. Tidak usah menginterogasi Duda, krn orang bisa bohong tp insting wanita sangat peka. Fokus masa kini. Toh perjaka-gadis nikah aja buanyak yg cerai.
4. Bener2 cinta gak atau cuman kebelet nikah. Tp jika kebelet, yah mikir aja bahwa manusia hidup yg penting udah ikhtiar dan rajin berdoa sisanya serahkan Allah. Jika pun jadi Janda, saya udah banyak tanya janda2 ha ha dan jawabannya enjoy2 aja he he. Apalagi janda tua, bersyukur udah punya anak, ga punya suami lagi juga gak masalah jd gak ribet urus suami, karena ada yg bisa membahagiakannya yaitu anak. Nenek saya janda diusia 47th anak 12, enjoy aja menjanda sampai akhir hayat. Anak 12 lho, kalau cuman ngurus 3 bakal diketawain nenek saya, tapi ketawanya jangan sekarang hiiii. Saya akui teknik asuh nenek sy bagus, anak yg udah besar diberi tanggung jawab biayai 1 adiknya, terus bergiliran sampai sibungsu lulus kuliah. Gotong royong.
5. Terakhir: ambil keputusan segera tuk menatap masa depan. He he. Kesempatan kadang tidak datang dua kali diusia kritis 35-40th ini dimana masih subur dan bisa punya anak, mosok jadi pelakor aja berani sedang ama duda yang jelas bukan laki orang gak berani. Ambil kesempatan punya anak kandung. Kebahagiaan utama tuh dari anak kandung, bukan suami, kalau gak percaya coba tanyakan ke para janda.
Untuk Gadis usia <34th mending lupakan Duda anak 3 atau lebih yang ikut bapaknya semua. Tunggulah beberapa tahun lagi yah sampai 35th, semoga ada pilihan lain.
Eh udah 15 menit ngetik, sahur dulu...Neng Fit, saya ijin ketik panjang lagi ah, asyik ya tema menarik.
Untuk neng Fit, sangat dimaklumi sekali, bahkan itu sangat realistis tentang kondisi seorang gadis menerima duda berbu...See more