"Perbedaan adalah Rahmat"
Case Study : Tentang ajakan Mari Kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Ada yang salah dari kalimat diatas,... hmm gak ada malah saya setuju 1000%.
Cuma yang jadi kendala adalah mereka memahami tidak kalimat itu dengan baik dan benar.
Dalam mengkaji Alqu'an di jelaskan bahwa Umat islam itu terbagi menjadi 2 kelompok
1. Memahami Al-Qur’an dan Hadits hanya secara texstualis saja (Apa adanya).
2. Memahami Al-Qur’an dan Hadits hanya secara Logika.
Dalam Syarah Sunan Abî Dâwud, halaman 427-428, disitu di jelaskan bahwa Nabi mendapat wahyu dari Jibril AS
“Lâ yushalliyanna ahadun al-ashra illâ fî banî Qurayzhah” (Jangan kalian shalat asar kecuali di Bani Qurayzhah).
Kebetulan di tengah perjalanan waktu asar tiba, maka sebagian sahabat yang memahami secara logika pun meminta berhenti untuk menunaikan shalat asar.
sedangkan yang memahami secara textual meminta shalat asar kalau sudah di wilayah Bani Qurayzhah, maka apa yang di katakan Nabi, Semuanya benar.
Makanya kita sebagai umat islam jangan mudah di adu domba slogan-slogan yang ujungnya menjelekkan atau sampai memerangi saudara kita sendiri. Hanya karena beda memahami Bid'ah kita ribut
atau hanya karena tidak Qunut mertua dan mantu saling bermusuhan.
Sudahlah mereka mau Isis mau teroris, mau NU atau PERSIS, toh syahadat mereka sama dengan kita, mereka tetap saudara kita meski beda pemahaman.
Yang penting
1.Tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadist serta Sunnah
2.Menempatkan Pemahaman Al-Qur’an di tempat yang benar yang sudah di syarah kan para Ulama terdahulu.
Selagi mereka masih memegang itu, maka mereka tetap saudara kita.
*Minta doa nya agar buku "Shalat dalam Aritmatika" bisa selesai dalam waktu dekat, permintaan seseorang ( ...)
Dinding Komentar