Tiap hari berbalas pesan, tiap minggu diajak jalan, tapi suatu hari pesan mu yang isinya “Selamat pagi” atau “Kamu lagi apa?” atau "Sudah makan belum?" yang biasanya berujung pembicaraan panjang sampai tengah malam, tidak dibalas sama sekali.
Tunggu sejam, dua jam, semalaman, lalu seharian. Awalnya kita masih berpikiran positif. “Mungkin dia lagi sibuk” atau “Mungkin hp atau nomornya rusak”. Tapi setelah berhari-hari, kita masih tidak mendapat balasan meskipun sudah mengirimkan puluhan pesan khawatir yang isinya pertanyaan apakah dia baik-baik saja.
Akhirnya kita mau-nggak-mau harus menerima kalau kita sedang jadi korban ghosting. Sesuai namanya, korban hantu!. Karena cuman hantu yang menghilang di udara begitu saja he he. Karena juga hanya hantu yang tidak bisa kembali untuk memberikan penjelasan kenapa dia pergi. Kecuali anda punya indera ke enam atau ketujuh, atau punya kemampuan mengundang hantu.
Ini bukan cerita hantu, tapi ini cerita betulan. Dan sering terjadi huahaha.
Fenomena ghosting alias mengakhiri sebuah hubungan dengan memotong semua komunikasi tanpa penjelasan ternyata dirasakan banyak orang lho. Dari salah satu tabloid katanya sih hampir 25% manusia pernah menjadi pelaku/korban ghosting saat tahap mencari pasangan.
Alasan umum pelaku ghosting: dibanding ngasih penjelasan, lebih baik ngeghosting aja. Artinya, daripada melakukan konfrontasi terhadap pasangan, mereka lebih suka cari aman dengan menghilang dan menunggu orangnya sadar dan menerima kalau kita ingin meninggalkan dia. He he he bikin nyaman pelaku ghosting, tapi bikin kikuk korbannya.
Berikut summary alasan pelaku ghosting ataupun comment dari korban ghosting.
1. Pelaku ghosting:
- Nge-ghosting karena ngindari konflik. Gebetannya seram kalo marah je apalagi kalau bilang alasannya karena bosan, pamannya reserse je . (hadehhh, surem).
- Nggak nyaman kalau mengungkapkan perasaannya secara langsung. (Terus qm mikirin perasaan pasangan qm nga??? Hem??).
- Nggak cocok dengan gebetan. (Kalau ga cocok ngapain deketin, Maliiiiih).
- Sadar bukan yang terbaik buat dia. (Duh kok ga percaya diri sih, emang gak layak dipertahankan gaesss).
- Trauma dengan hubungan sebelumnya, jadi belum siap untuk commitment saat si dia nagih terus. (Move on dong ah agar supaya.... eh ga tau agar supaya apa ya he he).
- Belum jadian, jadi asyik2 saja ngilang, ngomong putus kan buat yang udah jadian. (Aseem bener, emang perasaan orang bisa ditinggal begitu saja, emang jemuran).
2. Korban ghosting
- Ngerasa seperti orang idiot, orang yang tidak dihargai. Sebelumnya merasa punya hubungan kuat mendadak seperti tidak pernah terjadi apa2.
- Serasa seperti kena pukulan di dada. Bisa sih cepat move on tapi kepercayaan terhadap orang lain jauh berkurang. Seakan tak layak dicintai. (Ingat kalau kena ghosting, yang bermasalah itu dia bukan anda).
- Mendadak hampa, dari yang sebelumnya rajin chatingan, rajin jalan bareng, rajin ngamar (ealah jangan ya saudara2 beriman hehe) mendadak ilang.
- Sebenarnya sering sih kena ghosting. Udah juga bangun pertahanan kokoh. Tapi saat serangan demi serangan dengan serangkaian janji manis dan cahaya pertolongan, lalu pondasi runtuh dan pertahanan roboh. Mendadak ilang, kena ghosting deh, maka cuman bisa bilang "bangke, aing katipu deuy".
Namun dari kejadian ghosting ini bagi korban cukup ambil hikmah dan berpikir positif saja, mungkin Anda sedang diuji sebelum mendapatkan pasangan terbaik. Ingat, ada temen saya yang berkata begini "boro-boro ngilang, ada yang datang juga kagak, kalau ada mau saya aji-aji semar mesem atau jaran goyang, cobain kalau bisa ngilang yang ada mendem (kesurupan)" ha ha ha.
Untuk pelaku ghosting hati-hati lho bisa-bisa kena azab seumur hidup kagak bisa pesan gofood karena setiap setelah ngechat “Sesuai aplikasi ya, kak? Mohon ditunggu”, setelah ditunggu lama gak dateng-dateng karena sama abang gojeknya orderannya dibawa kabur. Kira-kira dongkol dan kesel gak he he.
#dari berbagai sumber dan opini penulis
Kang Jay
Dinding Komentar