Terik itu sayat sebuah kisah
Kusamnya matahati menyapa dunia
Menginduk pada jalanan rindang.
Padamu aku menyepuh massa.
Oh ...iya aku mau ceritakan sebuah labirin takdir yang mengusik nurani.
Rasa bersalah ini mengintip perih pada pandora, menyisakan maaf yang tak terjawab, sedangkan jejak dosaku padamu sungguh melekat sampai akhir menutup mata.
Bukan di ranjang jiwa aku menggurat dosa, tapi di sisi iga matahari menyapa lemah. Jujur saja bahwa lelahnya jemari untuk berdoa membawa singgasana aku, dia dan dirinya, sampai kapanpun tak akan bisa menghapus peluh nista.
Awan itu berarak bali, tepi hujan saksi bersama lembayung senja aku jatuh dan menjatuhkan mu. Pernah mengalir dalam nadi ingin kembali tapi sorot sendu lentik matamu membuatku mencium kaki langit .....aku harus tegak berjalan sendiri meski tertatih.
Jejakmu meski samar masih bisa ku baca dalam monarki nada, menyisakan senyum keabadian tepat di palung jiwa.
Dinding Komentar