Memasak...
Perempuan itu wajib bisa masak biar di sayang suami, atau filosofi lainnya yang berhubungan dengan memasak.
padahal tidak semua hal tersebut di kuasai mahluk yang katanya lemah di fisik tapi kuat di hati dan otak.
Banyak sudah laki-laki pintar masak, cuma sedikit yang ter-ekspose khalayak.
Berdasarkan pengalaman pribadi.
Ayahku kalau pagi selalu bikin nasi goreng dengan kreasinya setelah beliau selesai shalat subuh dan baca Qur'an, jujur rasa yang di berikan jauh lebih lezat dari nasi goreng bikinan Ibuku.
Waktu di Pesantren karena hobiku memasak, aku jadi anggota DPR (dapur) pesantren untuk memasak lebih dari 300 orang, terbiasa masak nasi sampai 20-50 Kg beras, dan sekali bikin sambel bisa sampai 10 Kg cabe dan terong 1 kuintal untuk sekali masak.
Ketika aku Nikah dan selesai ijab kabul, maka aku ganti baju turun ke dapur ketemu dengan "mak-mak rempong suka bergosip tentang apa saja terutama tetangganya", mereka melongo ada pengantin kok turun ke dapur ikut masak sampai mertua bingung mencari karena banyak tamu yang nanya dan dikira pengantennya kabur padahal aku asyik bercengkrama dengan duniaku.
Jika sedang pusing dengan algoritma dan kode biner maka aku ke dapur untuk menenangkan diri dengan membuat kreasi masakan, di situ aku seolah temukan duniaku, bisa berjam-jam aku menikmatinya.
Jangan pernah berfikir aku hapal resep, tidak... tapi aku laksanakan apa yang ada di pikiranku, giling ini campur itu, lalu seperti ini seperti itu seolah ada yang membisiki tapi bukan bisikan sang kekasih, dan rasanya Insya Allah tidak mengecewakan untuk di nikmati.
Tapi ini sekedar Hobi bukan maksud menonjolkan diri.
Tuhan.... boleh tidak aku melamar jadi ((("tukang ^_^ masak"))) nanti di akherat ???
Dinding Komentar