Ada suatu ceramah dari seorang ustadz kondang, menarik untuk kita simak. Nasehat ini sudah saya share buat teman yang sedang pada kondisi ini, mungkin ada baiknya saya share di AN juga. Berikut saya tuangkan dalam tulisan dari ceramah tersebut.
"Saya mau curhat, dimasa pandemi ini sudah 11 bulan saya tidak punya pekerjaan tetap, nafkah yang saya berikan sangat minim sekali. Keluarga istri meminta saya untuk pisah. Akhir-akhir ini istri juga sudah tidak tahan, istri saya bekerja. Sebenarnya kami masih saling menyayangi, istri saya bilang masih cinta sama saya. Saat ini istri saya sedang didekati pria lain yang lebih mapan dan kaya, istri saya bahkan mengumbar kedekatan itu dan membanding-bandingkannya dengan saya. Salahkah kalau saya memukul pria tersebut? Karena pria tersebut telah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bagaimana saya menyingkapinya?".
Yang pertama sekali, saran dari laki-laki ke laki-laki. Berprinsiplah dan jangan merendahkan dihadapan wanita. Maksudnya begini, pada saat seorang wanita yang menjadi istri kita membutuhkan kita, maka tunjukkan kebutuhan yang bisa kita beri 1000x daripada yang dia inginkan. Dia sayang, dia perhatian, dia siap berkorban maka kita sebagai pria harus 1000x lebih hebat dari dia. Laki-laki itu penaung.
Namun jika dibalik, kalau saya pribadi, kapan dia tidak butuhkan kita, maka saya 1000x tidak butuh dia. Untuk apa Anda merendahkan diri pada seorang istri yang tidak bisa menjadi seorang istri. Karena kapan wanita sudah menyombongkan diri dihadapan laki-laki maka tidak ada akan ada wibawa sama sekali.
Saya tidak menyuruh Anda menjadi keras, bukan, tapi saya mengajak Anda untuk punya prinsip dalam hidup. Wibawa, pemimpin rumah tangga. Jika kita dibutuhkan ya kita tunjukan lebih, tidak dibutuhkan ya sudah. Masih banyak gantinya, dia mau ganti laki-laki lain silahkan. Ahlan wasahlan, silahkan. Allah akan gantikan penggantinya yang lebih baik. Percaya itu saja. Dan itu harus bisa kita sebagai pria punya prinsip. Memang begitu. Kalau hal ini kita terapkan dalam hidup kita, kita akan sangat mudah hidup. Terkadang, subhanallah, ada yang pengorbanan lebih berat dari suami2 lain yaitu berpisah dengan meninggal, hiks.
Istri selingkuh, sangat jelas Haram. Seorang istri mau berhubungan dengan pria lain hanya karena suaminya kekurangan ekonomi, waduh wanita apa itu. Cinta itu adalah pengorbanan, kasih sayang, bukan saat mampu disayang, pada saat tidak mampu lalu ditinggal. Subhanallah. Hati-hati hukum Allah subhanahuwata'ala berlaku. Kita harus ingat bahwa pasangan kita punya Tuhan yang sama dengan Tuhan kita. Dan Allah itu maha adil. Memang dalam kehidupan kita ada naik turunnya, namun ingat bahwa makna Cinta adalah Pengorbanan. Itu sebenernya. Kalau kita hanya disayang istri saat kantong kita penuh. Kemudian saat lagi tipis lagi masalah lalu berhubungan dengan pria lain. Naudzubillahimindzalik, wanita apa itu. Kalau saya tidak akan saya naungin, kalau saya ya, "Kamu mau sama dia silahkan, ahlan wasahlan silahkan jalan". Dulu istri saya tau prinsip saya, "Kalau kamu merasa ada pria lain lebih baik, atau kamu mau memasukkan pendapat keluargamu dalam rumah tangga saya sehingga kedudukan saya sebagai suami tidak didengar lagi, silahkan pilih pria itu atau pilih keluarga kamu, tidak ada masalah bagi saya, selesai". Jadi simple aja, jangan jadikan sebagai beban, oh nanti kalau pisah hidupnya bagaimana. Ayolah kenapa emang. Lalu bilang, saya mati kalau tidak sama dia, ya mati bener lho nanti. Atau, gila kalau tidak nikah sama dia, gila kalau...... Hello, siapa ini, kenapa ini ayooooo keluar dari bingkai hidup itu.
Ingat seorang muslim itu hidupnya mulia. Jika dia dihormati, maka dia lebih menghormati. Jika dia dihina, maka tinggalkan. Allah subhanahuwata'ala tidak menyuruh kita menghinakan diri, tidak boleh.
Kalau wanita, ya misalnya seorang istri yang masih mencintai suaminya, dia kemudian bilang ke suaminya meminta kerja untuk membantu ekonomi keluarga maka alhanwasahlan Jempol, gak ada masalah. Bagus itu. Misal sampai suaminya mapan, baru berhenti kerja. Itu baik. Maka tanya baik-baik "Apakah kamu mau bekerja hanya karena ingin membantu nafkah keluarga", jika dijawab iya. Selama pekerjaan halal dan dia ingin kita antar maka antar dia ketempat kerja. Muliakan dia, jaga dia, jemput dia saat pulang, Anda adalah pembela.
Tapi dalam kondisi masih status istri tapi ada hubungan dengan laki-laki lain maka subhanallah, naudzubillahimindzalik. Atau misal didepan suaminya sang istri telepon selingkuhannya, dan si suami menerima itu. Aduh suami macam apa, mana Ghirah, mana kecemburuan positif yang telah Allah pelihara dalam diri kita, gak boleh sebagai suami. Dalam agama itu jelas-jelas haram, wallah haram, dalam Islam disebut dayyuts. Nabi mengatakan Allah melaknat dayyuts, sahabat bertanya siapa dayyuts, dayyuts adalah laki-laki yang tidak punya cemburu pada pelanggaran agama yang terjadi pada istrinya.
Ada kisah sahabat Nabi, pada saat seorang sahabat pulang kerumahnya mendapati istrinya selingkuh dengan pria lain. Dia bingung mau melakukan apa, akhirnya dia pergi ke Rasullullah lalu berkata "Ya Rasulullah, saya pulang kerumah tapi istri saya lagi sama laki-laki lain, pandu saya harus berbuat apa.." Disaat itu ada sahabat lain, Saad ra langsung menghunus pedang bilang "Kalau itu terjadi pada keluarga saya maka saya akan penggal kedua2nya dengan pedang ini untuk menjaga kemuliaan Islam". Tanpa banyak berkata Rasullullah membiarkan Saad ra, kemudian dipersilahkan ke sahabat yang bertanya tentang apa yang ingin dia perbuat pada istrinya sambil titip pesan untuk menegakkan Islam.
Jadi seorang istri yang mau tinggal dibawah naungan kita pria, sementara kita sudah berkorban dibawah terik sinar matahari, sudah bekerja siang malam, sudah memilih dia dari sekian banyak wanita kemudian dia mau berkorban, hormati dia, junjung dia, lindungi dia, rangkul dia, sayangi dia, bela dia, memang harus begitu. Tapi kalau masih dalam naungan kita kemudian hanya karena sedikit terhimpit ekonomi lalu berhubungan sama laki-laki lain. Naudzubillah, jangan dipertahankan istri seperti itu, berbahaya sekali, jangan Anda menjadi laki-laki lemah.
Balik ke awal, pertanyaan dari Anda, seperti pertanyaan teman saya. Dia bercerita, istri dia pulang ke kampung halamannya ya ke rumah orang tuanya karena alasan mau mengurus ayah dan ibunya. Teman melanjutkan ceritanya, "Akhirnya saya sama anak-anak ditinggal dirumah sendiri, setiap saya telpon atau saya datangi untuk saya pulang selalu bilang 'Sudahlah saya gak mau pulang, kalau mau nikah lagi silahkan'" Lalu dia bertanya, tentang bagaimana saran dari saya, saya jawab simple "Nikah lagi". Dengan tegas saya bilang "Nikah lagi". Karena kalau tidak maka akan terbuka pintu fitnah, terbaca jelas seorang istri pilih orang tuanya, ini secara syar'i tidak boleh. Ingat janji suci, saat pria bilang "Saya terima nikahnya...." didepan wali (ayah) wanita maka berarti seorang wanita sudah menerima akad nikahnya seorang laki-laki, maka laki-laki itu yang dinomor satukan diatas orang tuanya dan ayahnya harus sadar itu. Gak ada alasan. Kalau suaminya izinkan maka boleh kalau tidak diizinkan ya TIDAK boleh secara agama. Bahkan saya bilang bila dia dia tidak menceraikan istrinya maka hukum poligami sudah wajib bagi dia. Namun si suami itu masih ragu seakan-akan poligami itu dosa, padahal dia jelas-jelas ditinggal oleh istrinya. Sebagai seorang laki-laki harus punya prinsip. Harus melangkah maju. Saya bilang ke dia, jangan kamu dikit-dikit menangis, apaan cengeng, ditinggal wanita nangis, subhanallah. Orang menangis itu karena ditinggal Rasulullah. Atau ketinggalan sholat subuh berjamaah. Itu nangis. Ditinggal perempuan kok nangis. Lailahaillallah. Allah ciptakan perempuan lebih banyak, ini bukan menurunkan martabat perempuan ya. Artinya, seorang pemimpin harus punya wibawa, kalau gak akan dianggap remeh. Istri itu dinaungi, dilindungi, dididik, diberikan haknya iya. Berikan berlipat-lipat penghormatan, sebagaimana dia berikan satu penghormatan, ndak papa. Tapi jangan sampai menginjak kehormatan seorang pemimpin.
Akhirnya saya perlu bilang, bro ambil keputusan dan saran saya bilang ke istrimu "Kamu mau balik sama saya berumah tangga disini gak?, atau kamu mau sama orang tua kamu". Kalau dia jawab, "Oh, saya pilih sama orang tua saya". Jawab aja "Saya ceraikan kamu sekarang, Assalamualaikum". Tutup telepon. Selesai, simple. Jangan lama-lama, cengeng sekali. Setelah itu sujud sama Allah "Ya Allah saya masih cinta sekali sama istri saya". Ya minta kepada Allah, gampang itu untuk dihilangkan dari hati. Sebagaimana cinta itu datang dan kemudian keluar, gampang itu. Subhanallah ya, jangan terlalu mencintai dunia berlebihan.
Sebagai penutup, yuk mari kita cinta kepada Allah, bukan cinta kepada manusia. Mencintai istri karena Allah yang perintahkan. Mencintai suami karena Allah yang perintahkan. Jadi semua karena Allah. Tidak ada kata-kata hilang, tidak ada rugi, kalau kita meninggalkan manusia. Gunakan momen musibah ini untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jika kelak Anda mendapat istri baru, sering berdoalah agar dicukupkan rezeki, istri sholehah dan anak yang berbakti. Begitu sekelumit saran yang saya tahu, wallahualam.
Setelah saya scrol ke atas maaf panjang kali lebar ternyata ceramah dari ustadz ini jika dituangkan dalam tulisan. Semoga ada manfaatnya.
Kang Jay
Dinding Komentar