"Kang, saya sebenarnya pingin menikah tapi saya sering kebentur dengan sifat atau perilaku wanita yang saya taksir. Kan di Islam disebutkan bahwa dosa Istri ditanggung Suami, makanya saya sampai sekarang belum memutuskan menikah karena saya takut tidak bisa membimbing istri".
Baik kang. Dosa Istri ditanggung Suami?, dari mana itu, jelas2 didalam Al Quran terdapat ayat Al-an'am ayat 164 yang menyebutkan bahwa manusia tidak dapat menanggung dosa orang lain (Wala Taziru Waziratun).
Namun tentunya akan beda jika suami ikut andil dalam dosanya istri maupun anak, misal seorang ayah membelikan gadget tp tidak di didik sehingga anak mengakses web porno, atau seorang suami memberi jatah istri sejumlah uang ke salon tp tidak dibimbing sehingga istri sulam eh Tato alis dan Tato bibir. Saya baru tau diusia 35th lho kalau istilah sulam itu Tato, hadeh.
Tapi jika seorang suami sudah membimbing istri atau setidaknya tidak memfasilitasinya, namun istri kemudian melakukan maksiat ya suami gak dosa. Kita pria jika jadi suami mendapatkan dosa bukan hanya dosa istri namun dosa orang lain pun kita akan dapat kalau kita ikut andil dalam dosanya. Trus jk suami tanggung dosa istri, mengapa neraka lebih banyak wanita dibanding pria.
Jadi tidak betul dosa istri ditanggung suami. Eunak banget nanti istrinya bisa pecicilan seenaknya. Saya paham ini banyak digaungkan oleh para istri yang pemalas, jd seperti angin surga saat dapat ceramah ga jelas seorang ustadz bilang dosa istri ditanggung suami haha, trus jd makin semangat meng-ghibah tetangga/saudara atau malas sholat. Dosa istri ya ditanggung dia sendiri, cuman sekali lagi sy tekankan apakah suami ikut andil nggak?. Trus suami kan imamnya ya tentu akan ditanya di akherat apakah sudah mendidik dan membimbing istri belum, kemudian jika suami tau kelakuan istri apakah istri dibiarkan melakukan dosa. Ini jg berlaku unt pemimpin lainnya, seperti presiden, gubernur, bupati, camat, lurah, guru, pemimpin ponpes dll.
Semoga Tuhan menjadikan kita dan keluarga kita dijauhkan dari neraka. Aamin.
Kang Jay
Oleh | Jayadiningrat |
Ditulis | Oct 29 '22 |
Dinding Komentar