Dalam ilmu fiqih mahzab Imam Syafi'i, kewajiban nafkah suami ke istri wajibnya adalah 1 mud namun beberapa ulama menambahkan jadi 2 mud untuk orang kaya. Pengertian 1 mud ini ada beberapa ulama yang menafsirkan satu genggaman gandum, menurut saya segenggam gandum bisa apa zaman kini. Saya lebih condong mengikuti penafsiran beberapa ulama masa kini yaitu menafsirkan 1 mud adalah ukuran makan Nabi Muhammad dalam satu hari. Misal Nabi makan gandum yah anggap setengah liter berikut lauk pauknya, anggap sehari jaman kini di area Jakarta adalah 60rb alias 3x20rb. Maka satu bulan minimal nafkah istri adalah 30x60rb sekitar 1,8jt. Maka gugur kewajiban nafkah suami menurut mahzab Imam Syafi'i, kalau kaya tentu dua kalinya alias 3,6jt hehe. Ini untuk nafkah istri saja lho ya, diluar nafkah anak hehe, soalnya suami suka salah kaprah menafsihkan ini adalah nafkah istri dan anak bahkan include makannya suami hehe.
Jika ada istri yang bilang nafkah kurang bla bla bla padahal ngasihnya misal 4jt tanpa anak di area Jakarta, maka secara hitung2an mahzab syafi'i maka kewajiban memberi nafkah 1 mud (sekitar 1,8jt atau mau pakai penafsiran 1 genggam gandum? Haha) saja sudah sah dan cukup. Sehingga jika mengajukan cerai bakal diketawain malaikat, dan dicap istri kufur nikmat bahkan durhaka. Sebaiknya kedepankanlah kasih sayang, mana cinta, dulu bilang sepiring berdua sudah bahagia, selagi cukup ya sudahlah. Apalagi sampai meminta selain uang nafkah yaitu uang istri krn sudah bekerja di rumah hahaha.... Hitungan ini berbeda jika punya anak banyak, tentu ngasih 4 juta (Area Jakarta) tapi anak 5 ya wajar istri minta cerai hehe.
Diatas adalah nafkah untuk makan, lalu bagaimana dengan nafkah pakaian dan tempat tinggal. Ini masih sulit di standard kan oleh para ulama, setidaknya pakaian yang layak dan tempat tinggal yang nyaman menyesuaikan dengan kondisi suami, tanpa melihat kondisi istrinya misal sebelumnya istri saat gadis atau janda biasa pakai kain sutra tp dikasih kain katun biasa. Terkait rumah, misal suami bisanya ngontrak tentu kurang etis jika minta dibelikan rumah, yah sesuaikan kondisi suami seperti saran para ulama.
Memang aturan yg dibuat ulama tidak meng-cover biaya masa kini sampai ranah biaya pendidikan, susu, iuran bpjs, uang jajan, biaya transport, apalagi biaya pulsa dll. Seperti dituntut Serikat Pekerja untuk kenaikan UMR hehe. Namun semua diatas sebagai batasan untuk istri. Karena Imam Syafi'i berpendapat jika nafkah istri tidak diatur kadarnya maka akan terjadi persengketaan yang tidak ada akhirnya. Pas dilamar iya-iya aja, ee pas menikah banyak tuntutannya ke suami mengatasnamakan agama, ini yang ditakutkan Iman Syafi'i.
Lalu gimana jk suami cuman bisa kasih nafkah sebulan misal 1jt (Area Jakarta)? Selama suami sudah bekerja keras namun hasilnya kecil, maka nafkah itu juga sah secara agama alias kewajiban suami gugur. Kondisi ini diserahkan ke istri apakah merasa cukup kagak? jk tidak maka tidak haram meminta cerai karena urusan makan tidak bisa ditunda, 1jt di area jakarta tentu banyak puasanya haha.
Kang Jay
Oleh | Jayadiningrat |
Ditulis | Jan 12 '23 |
Dinding Komentar