Di dunia maya cita2nya akan lebih indah.
Ekspektasi pria : punya istri cantik,bodi bagus,kulit mulus dll yg sifatnya fisik.
Ekspektasi wanita : punya suami gagah,byk duit,mobil mewah,harta melimpah.
TANPA SEMUA ITU APAKAH TIDAK BISA MENIKAH??
Jawabnya bisa..hanya kualitas hidupnya yg beda,tp tdk ada terbaik/terburuk.
Padahal intinya pria & wanita berkoalisi resmi,hidup bersama,membangun rumah tangga,beranak-pinak...lalu tua dan mati.
Simpel kan
"Apa yang salah dengan diriku", guman Kartika. Padahal dia selama berpuluh2 tahun memasak, membersihkan rumah, dan membesarkan ketiga anaknya. Namun mendadak dia, tiada hujan tiada angin, bertanya, "Mengapa?".
Sebenarnya ada proses ke perubahan itu, dia menyadari dia berubah dan pada usia 46 tahun dia menemui psikiater. Karena dia mengeluh gejala2 yang berhubungan dengan suasana hati, seperti mudah kesal, ledakan2 emosi, dan tidak ada kegembiraan. Ya dia menderita pre-menopause, hormon2nya sedang berubah. Komentar yang salah dari Dodi suaminya sudah cukup membuatnya membanting pintu dan lari ke kamar untuk bertangis ria selama satu jam. Dia memutuskan Psikiater karena dia sudah tidak tahan lagi dan ingin Psikiater meresepkan sesuatu. Psikiater memberi dia Estrogen dan Zoloft. Dalam dua minggu, Kartika terheran-heran karena merasa jauh lebih baik. Dia memang memang membutuhkan dukungan neurokimia itu. Dia masuk dalam 30%, yang cukup lama mengalami gejala pre-menopause.
Kembali ke Kartika di usia 48 yang ingin bercerai dengan Dodi. Dia merasa siksaan pre-menopause sudah berlalu, seolah pandangannya sudah jernih tentang apa yang dia inginkan dan apa yang tidak ingin dilakukan. Kartika sudah memberi tahu Dodi walau masih menghormatinya, bahwa dia muak dengan tuntutan terus menerus mengurusi semua kebutuhan Dodi dan mengurusi rumah besar mereka. Ini efek gelombang estrogen dan oksitosis untuk memastikan bahwa dia akan mengurusi kebutuhan orang lain sudah tidak ada lagi. Tentu masih ada cinta pada anak-anaknya tapi karena anaknya sudah bekerja atau kuliah diluar kota sehingga sudah tidak ada kehadiran mereka secara fisik. Sehingga struktur ibu purbanya melonggar. Dia bilang ke suaminya, "Kamu kan orang dewasa, dan saya sudah selesai membesarkan anak2. Sekarang, giliran saya untuk punya kehidupan.".
Bagi banyak perempuan, pada tahapan hidup ini tidaklah melulu penuh kebencian. Banyak juga pasangan yang memiliki semakin banyak waktu dilewati berdua, dan semakin baik hubungan mereka. Mereka bersama-sama melewati masa transisi itu. Menyusun aturan baru untuk masa depan mereka.
Sayangnya transisi pada Kartika tidaklah setenteram itu. Dia ingin kembali ke sekolah pascasarjana dan mulai bekerja di asuransi jiwa. Dia merasa kehidupan barunya ini membuatnya bahagia. Dia merasa sedang merubah dunia. Ini sangat berlawanan dengan perdebatan yang semakin panas saat Dodi pulang dari kantor setiap malam.
Mulailah Dodi terkaget2 saat Kartika bilang, "Buat saja makan malam sialanmu sendiri", dia tidak mempercayai pendengarannya. Kartika juga membentak saat dia ingin menanam saham, namun suaminya tidak mau. Semua yang dikatakan Dodi seakan menjengkelkan, Kartika bahkan mengumumkan bahwa dia akan keluar dari rumah mereka.
Sebenarnya saat Kartika masih muda, dia akan melakukan semua yang dia bisa lakukan untuk menghindari pertengkaran dengan suaminya, bahkan saat dia marah. Namun sekarang saat persediaan hormon estrogen yang menjadii bahan bakar untuk memupuk emosi dan sirkuit2 komunikasi yang membuat panik perempuan bahwa bisa mengancam rumah tangganya, menjadi sedikit bahkan telah dihentikan produksinya. Mulailah drama itu.
Dulu saat muda dia berbangga diri karena bersikap malu, ramah, dan membiarkan suaminya menang. Dulu empati untuk suaminya itu tulus, saat suaminya lelah dan kesal dari kantor. Dia menjaga perdamaian demi menjaga keutuhan rumah tangga. Pikirannya, "Punya suami itu bagus jadi kita terlindungi". Kartika akan menggigit lidah jika Dodi berkata kasar setelah hari berat dikantornya, atau dia akan mengaduk2 sop dan tidak menanggapinya.
Namun saat Kartika mendekati menopause, pengendali itu lepas. Dia semakin mudah kesal. Rasio testosteron terhadap estrogennya sedang berubah, dan kemarahan jadi mirip laki-laki. Sekarang, Kartika menghadapi Dodi dengan melepaskan kemarahan yang terpendam selama puluhan tahun. Sering memang semua ketidakbahagian istri ditimpakan pada suami. Keluhan Kartika sah-sah saja, tapi akar ketidakbahagiaannya masih belum jelas. Bahkan anaknya sendiri bilang, "Ma, tingkah mama aneh dan papa menjadi takut katanya".
Kalau kita mungkin suka berpikir laki2 meninggalkan istri mereka pada perioda menopause karena sang istri menua, gemuk atau terlalu kurus. Namun statistik menunjukkan 65% perceraian diusia mendekati atau setelah menopause dimulai oleh perempuan. Saya berpikir itu terutama karena perempuan sudah tidak mau bersabar menghadapi suaminya, apalagi suami yang pernah ketahuan selingkuh.
Di bulan Agustus diusia 48 tahun, Kartika memutuskan bercerai. Bahkan teman2 nya sudah mulai menjodohkannya dengan sejumlah laki2. Ya di usia 49 tahun resmilah mereka bercerai.
Mulailah dia mencari suami pengganti. Namun tidak perlu waktu lama, dia menemukan laki2 yang sama menjengkelkannya seperti kepada Dodi. Kartika mulai menyadari laki2 single yang mendekati pensiun atau sudah pensiun mencari "PERAWAT BERDOMPET", yaitu wanita yang punya uang sendiri tetapi mau mengurus mereka sepanjang sisa hidup mereka. Ini cukup mengejutkan Kartika. Ini kok persis seperti keinginan saat dia muda. Cari laki2 yang membawakannya uang dan mau mengurus dia.
Namun Kartika masih penuh harap bahwa dia akan menemukan sang "Suami Sempurna" untuk bersama-sama melewati masa tua. Dia butuh rekan setara, belahan jiwa, bisa diajak berbahagia tapi tidak harus melakukan pengurusan secara fisik seperti memasak, mencuci baju, dan membersihkan rumah.
Namun sayangnya pengurusan itulah yang diharapkan dari laki2 lebih tua yang Kartika kencani karena itu yang dilakukan para mantan istri mereka. Kartika tidak berniat menjadi perawat dan tidak seorangpun boleh mencuri uang dari dompetnya.
"Lebih baik saya tidak punya siapa2 sekarang ini". Ya toh Kartika punya banyak teman dekat yang membuatnya gembira. Dia mendambakan sosok laki2 yang lebih sedikit stresnya dibanding saat bersama Dodi.
Memang setelah pisah dengan Dodi, Kartika suasana hatinya menjadi baik dan tidak mudah kesal. Dia menjalani pekerjaan sebagai agen asuransi dengan bahagia. Menonton film2 lama, mandi berendam lama, dan sampai larut malam melukis ya sebuah hobby yang menyenangkan. Saat anak2nya menelepon, dia bersemangat berbicara dengan mereka. Dia mengira makin baiknya suasana hatinya dikarenakan dia sudah mengenyahkan masalah terbesar dari hidupnya: Perkawinan buruknya.
Namun setelah lewat enam bulan dari perceraian, Kartika mulai mengeluh merasa kesepian. Dia mengeluh tidak punya seseorang untuk membicarakan berbagai kejadian dalam hidup dia sendiri dan anak-anaknya. Saya berpikiran Kartika merindukan kehadiran Dodi. Dia mulai berpikir kalau saja dulu mereka bisa berbincang bersama-sama menegosiasikan aturan baru, maka Kartika akan menganggap hubungan mereka berimbang.
Setelah dua tahun berpisah dari Dodi, dia merasa menjadi gadis lagi dan sudah mengencani banyak laki2 yang lebih tua tetapi mengecewakan. Selama dua tahun berpisah dengan Dodi, dia masih merindukannya, wajar 30 tahun hidup bersama itu bukan waktu yang singkat. Kartika masih stalking dan mengikuti linimasa account medsos milik Dodi baik FB, LinkdIn, dan Twitter. Dia merasa hanya dengan Dodi dia bisa berbicara tentang hal-hal tertentu, termasuk tentang anak-anak mereka.
Suatu saat di tahun ketiga saat Kartika berusia 52 tahun dan sudah menopause, Dodi mengajaknya makan malam, dan Kartika memutuskan menerimanya. Mereka bertemu di cafe yang romantis. Disana mereka bercakap-cakap dengan tenang mengenai kesalahan yang telah terjadi. Percakapan diakhiri dengan saling meminta maaf atas ketidakbahagiaan yang ditimbulkan oleh masing-masing pihak. Mereka juga punya pengalaman baru untuk dibagi, seperti Kartika tentang pekerjaan dan lukisannya, atau minat baru Dodi tentang koleksi sepeda Brompton dan sparepartnya, bahkan pengalaman lucu saat masing2 berkencan. Akhirnya mereka menemukan kembali persahabatan dan rasa hormat satu sama lain. Mereka sudah bahagia masing-masing, apalagi Dodi sudah menemukan belahan jiwanya yang baru.
Demikian sekelumit blog yang saya dapatkan dari berbagai sumber terutama dari seorang Psikiater PhD perempuan dengan pengalaman lebih dari 30th di profesinya. Saya pikir blog ini bukan hanya untuk perempuan yang sedang atau telah menopause, namun juga perempuan muda untuk mengantisipasi perubahan hormonal itu.
Kang Jay
Pelem lama tapi ga lama-lama amat juga sih.
2018 gitu dah.
Gw jarang-jarang nonton pelem Indonesia di
bioskop kecuali yang emang rame beud, at least rame menurut versi gw yak. Bebangsaan
hantu-hantuan apalah apalah gitu, ateng bawa kayulah gw.
Kalo pelem Indonesia ini, biasanya ada film
yang bikin gw rugi dan berasa nyesel beud dah kalo nonton dibioskop. Udahlah
bayar, gitu doang ternyata. Mending nonton diinternet. Bisa sambil rebahan rasa
koprol nontonnya.
Tapi
ada pelem yang gw kudu nih nonton dibioskop dan bakal nyesel kalo enggak.
Contohnya film Aruna & Lidahnya. Nyesel banget gw kenapa gak cepet-cepet
nonton. Karena pelem ini ga sampe seminggu udah turun tayang. Kalah ama pelem
hantu-hantuan yang bisa hamper sebulan bertahan.
Hal yang bikin gw pengen banget nonton pelem ini karena selain yang main sesembak
Dian Sastro juga ada sesebabang Nicholas Saputra yang suka bikin halu-halu
kangen, idaman beud yak sosok babang iniiiihhhh...
Pelem ini juga bercerita soal kuliner
Indonesia yang bikin ngiler, meski cuman makanan khas Surabaya, Madura dan
Pontianak. Gw emang suka banget sih pelem yang ada kulineran, masak-masakan
gitu-gitu dah, asik aja sih nontonya. Ga usah gw ceritainlah yak asiknya apa,
karena selera asik kita tuh kadang suka beda jauh, yekaaannn…
Selain soal kulineran itu, pelemnya juga
ngulik-ngulik dikit soal flu burung yang ujung-ujungnya mengarah ke korupsi.
Cuman dua soal itu aja nih pelem. Kulineran dan isu flu burung. Ya, ada lah
soal cinta-cintaan dikit. Tapi jauh dari bebucinan.
Nah, ada satu perbincangan menarik yang
bikin gw pengen jadiin blog. Ada scene ketika Aruna dan Nad, lagi
ngobrol berdua. Nad ini tuh cantik, penulis, tinggal diluar negeri
tapi pacaranya banyakan laki orang. Makanya Aruna nanya, kok bisa ?
Aruna nanya ke Nad ; kenapa sih lo suka
banget pacaran sama laki orang ???
Jawaban Nad ; karena gw suka tantangan ! ----- (((((Whaaaaattt ??? Sejenak gw inget jenab dong yak, trus gw ngakak gegulingan dah)))))
***Trus gw juga mikir dong, sebagai yang
pernah jugalah berabad-abad yang lalu macarin lakor ; karena apa gituh gw
pacaran ama lakor ? Apa karena gw suka tantangan ??? Seingat gw sih enggak yak,
karena kejebak nyaman sih kalo gw ***
Trus Aruna nanya ; apa tantangannya ?
Kata Nad ; karena gw suka menantang diri gw
sendiri. Apakah gw akan baik-baik saja, kalo suatu hari dia memutuskan kembali
pada pasangannya.
Sampai sini, paham kalian ???
Note ; Lorjuk ama choipan terbayang-bayang
dimata dan dilidah…
Btw ada yg pernah pakai fitur 'Salam' di AN? Cukup menarik sih krn fitur ini memfasilitasi anggota AN yg mungkin pemalu, atau terlalu mager buat ngetik macem2 diawal kenal. Duh segitu magernya bolak balik liat profil orang cuma kirim Salam