Coba tab KECOCOKAN,
muncul gadis 21 tahun, cocok 100%.
Aku kirim pesan ke gadis itu dan dia jawab :
"Salah om, kita tidak cocok" katanya.
Trus yg boong siapa ? Ya... Situs AN lah
Tahan
Tahhaannn
Tahaannnnnnn
Pen nyinyir2in orang.
Tahhhaaannn....
Pen nyindir2in orang.
Tahhhaaaannn....
Semoga kuat.
Semoga.
Tahaaannn...tahannnn...tahaaannnn.....
Mereka terlihat seperti pasangan yang sempurna.
Maksud saya, lihat saja Instagram mereka.
Gadisnya dulu. Foto terbarunya adalah sebuah foto jarak jauh, dilatari dinding putih bersih. Mereka berdiri berdampingan, tanpa jarak, jemari saling menggenggam, kepala sang gadis bersandar di bahu sang lelaki, memejamkan mata dengan bibir tersenyum tipis, mengenakan pakaian terbaik. Dan, sang laki-laki melihat kamera, agak kikuk dengan senyum separuh dan tangan kanan yang tampak seperti menggaruk tengkuk yang tak gatal.
Sekarang, mari kita cek Instagram laki-lakinya. Foto terbarunya adalah gadisnya, hanya gadisnya, tanpa dirinya. Duduk menyamping, berlatarkan langit biru, melihat sesuatu yang jauh, tanpa senyum, tanpa ekspresi, tetapi begitu damai. Dan di foto ini, seakan sang laki-laki sedang diam-diam mengagumi gadisnya.
Kemudian, kita jadi ingin menulis di kolom komentar. "Kapan ya punya kekasih kayak gini?. Kayak gini terus ya..."
Berbulan bulan mengikuti mereka di lnstagram, saya menggulir postingan lama mereka. Foto-foto romantis yang tak pernah berlebihan, caption-caption yang diambil dari Google dengan kata kunci “love quote tumblr”, video-video manis tentang hubungan mereka.
Berbulan-bulan saya menonton keseharian mereka lewat Instagram Story. Boomerang konyol, tetapi menggemaskan, kisah-kisah lucu (yang 50 sweet) dari pasangannya, kutipan-kutipan indah yang menggambarkan kebaikan pasangannya.
Segalanya begitu sempurna dan indah. Namun hari ini, segalanya berubah.
Foto foto romantis telah terhapus. Kutipan kutipan indah tak berjejak. Mereka tak lagi saling mengikuti di Instagram. Tak ada lagi Instagram Story bersama. Yang ada hanya puisi-puisi sedih, latar hitam, dan foto-foto dengan mata sembap.
Padahal kita pernah menaruh harapan pada hubungan ini, berharap ada akhir indah di setiap kisah cinta.
Beberapa bulan kemudian, sang gadis bertemu seseorang baru, jatuh cinta dan jadian, memiliki kisah cinta yang lebih seru, foto-foto yang lebih romantis, perjalanan tengah malam yang gila, dan segalanya jadi lebih berwarna.
Dan kita kembali berharap: mudah-mudahan, mereka berjodoh, mudah-mudahan, mereka berjodoh. Karena saat ini, mungkin kita sedang berada di posisi yang sama. Yah sedang jatuh cinta dengan seseorang, yah memiliki seorang terkasih, yah berharap orang yang kita cintai hari ini menjadi jodoh kita di masa depan.
Namun, hidup kembali memutar cerita. Tak sampai setahun, hubungan gadis itu dan pasangan barunya berakhir. Foto-foto kembali terhapus. Kutipan-kutipan cinta lenyap. Tak lagi saling mengikuti di Instagram. Tak ada lagi Instagram Story, selain kutipan-kutipan patah hati yang pilu.
Lagi lagi, kita kecewa. Lelah berharap, karena kita sadar: ini bukan relationship goals. Ini siklus percintaan yang melelahkan. Penjara yang dibalut atas nama cinta. Bertemu, jatuh cinta, jadian, Instagram yang penuh keromantisan, putus, foto-foto terhapus, saling berhenti mengikuti, lalu bertemu orang baru lagi, jatuh cinta lagi, jadian lagi. Instagram penuh keromantisan lagi, putus lagi, foto-foto terhapus lagi, begitu seterusnya.
Jadi, kita bosan dan berhenti mengikuti gadis itu. Toh, kita juga tak mengenalnya. Dia hanyalah seseorang yang terkenal di Instagram, dan hubungannya di masa lalu pernah mengembangkan harap kita.
Sekarang tidak lagi.
Cari pasangan-pasangan yang udah nikah aja, biar lebih pasti, nggak sakit hati.
Jadi, kita mulai mengikuti pasangan-pasangan yang telah menikah, menggulir Instagram mereka. Foto-foto mesra bertebaran. Kisah-kisah manis yang tertulis di caption.
Dan, kita belum benar-benar berubah, masih ingin menulis di kolom komentar: "Ini baru goals, kapan ya punya pasangan kayak gini?. Kayak gini terus ya..."
Sayangnya, kita hanya melihat indahnya.
Kita tak tahu... perkelahian di balik tirai, keegoisan yang tak terkontrol, rasa lelah untuk bertahan, masalah sepele yang membesar, masalah yang tak kunjung berakhir, catatan dosa di setiap kemesraan yang diumbar, harapan akan pujian-pujian untuk menyenangkan hati mereka yang sebenarnya tak bahagia dalam hubungan ini.
You've seen it wrong all this time. Love doesn’t work like a movie.
Bukan, saya bukan ingin melenyapkan angan kita tentang cinta. Kita semua mengharapkan kisah cinta yang indah. Kita semua mengharapkan hubungan yang ketika orang-orang melihatnya, mereka akan berkomentar, “Goals banget, sih!”
Saya hanya ingin kita sedikit lebih realistis.
Bahwa cinta tidak seperti yang mereka pertontonkan di Instagram.
Karena jujur saja, saya khawatir ketika kita telah menemukan kekasih sejati, menikah dan hidup bersama nanti, kita akan menjadikan Instagram sebagai patokan kebahagiaanmu, bergumam dalam hati,
“Kenapa hubunganku nggak bisa kayak gini?
Kenapa aku punya pasangan tidak romantis, boro-boro mengucapkan sayang, membawakan belanjaan aja harus disuruh."
Kita semua hanya melihat sisi indahnya. Jangan terkecoh. Mari letakkan cinta di tempat yang tepat; karena selama ini, cinta terlalu diagung-agungkan.
We are better than love.
Diri kita lebih penting daripada cinta.
Kang Jay
Trus yg kek gitu harusnya diapain y dibuang jauh2 atau blz dicuekin aja.Minta solusinya donk?
Nyimak... pun jarang..
..
Udah dua tahun lebih jadi Siswa AN..
Belum ada yg mau di ajak wisuda..
..
Hai yg di palembang..
Hai yg di jepara..
Hai yg di jogja.
Hai yg di jakarta..
...gimana kabar nya..
Apakah sudah Wisuda duluan..
.
No Tag.
Seperti ruang kosong yang tak terawat, hati kita sudah penuh debu.
Hari-hari setelah meninggalkannya tak pernah mudah. Teman-teman memang ada di sisi kita. Keluarga memang mendukung kita. Namun setiap malam, ketika sendiri di kamar, menjelang tidur, namanya muncul di kepala. Saat kita memalingkan muka, malah wajahnya yang hadir. Pada saat-saat seperti itu, hati rasanya sesak, debu-debu semakin padat dan pekat.
Lalu, kita akan melakukan berbagai cara untuk menghilangkan debu di dalam hatimu, seperti curhat bersama teman atau berbincang dengan keluarga. Dan, ketika selesai berbincang dengan mereka, memang ada kelegaan tersendiri. Debu-debu dalam hati seolah ditiup angin. “Namun, mengapa pada akhirnya, hati terasa kosong? Lagi dan lagi?’ gumam dalam hati.
“Apakah aku memang masih membutuhkannya? Ataukah aku butuh cinta yang baru?' tanya di setiap malam. Namun, logika dan hati saling serang argumen. Kembali dengannya terlalu menyakitkan. Lagi pula, emang dia masih sayang? Dia aja udah punya yang baru. Apa kita butuh cinta baru? Tetapi, kenapa ya, rasanya kayak mati rasa? Kayak udah lelah jatuh cinta lagi.
Saya ingin berkata:
"Tidak, saya bukan butuh dia. Saya juga bukan butuh cinta yang baru."
Kita hanya butuh ber-dzikir.
Mulailah dari yang kita tahu. Pahami maknanya.
- Astaghfirullah, aku memohon ampun kepada Allah.
- Astaghfirullah wa atubu ilaih, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.
- Subhanallah wa bi hamdi subhanallahil ‘azhim, Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah yang Maha Agung.
Telusuri kandungannya melalui sumber-sumber terpercaya, benahi pelafalannya, lalu maknai dalam hati.
Karena banyak yang telah merasakannya: Di balik dzikir, ada sebuah ketenangan permanen, sangat mengena di hati. Seperti menghirup udara di kala fajar, tiupan angin sejuk di tengah kemarau, menatap danau yang tenang, tidur nyenyak di malam hari dengan hiasan mimpi indah.
Mungkin saat bibir kita mulai melantunkan zikir, rasanya masih biasa saja. Namun teruskanlah, ucapkanlah, jangan menyerah, maknai maknanya, ingat janji-janji Allah di setiap zikir yang kita lantunkan, dan janji Allah adalah benar. Seperti mendung yang mengawali hujan, segala sesuatu butuh proses. Seperti batu yang melapuk, segala sesuatu butuh waktu. Tak apa-apa jika di menit-menit pertama kita belum merasakan ketenangan itu. Teruskan saja, luruskan niatmu. Nanti, perlahan-lahan, hati kita akan melunak.
Dan, saat itulah ketenangan menyebar di seluruh hati. Ini ketenangan yang nyata dan berbeda. Rasanya lebih indah dari berjumpa dengan kawan lama, lebih indah dari rasa jatuh cinta, lebih indah dari distraksi-distraksi lain.
Tahukah mengapa kita merasa tenang seindah itu? Menurut pengalaman saya, karena dzikir ini adalah satu dari sekian amalan ibadah yang kita lakukan sendirian, tanpa seorang pun tahu, hanya untuk Allah, Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa pun di antara keduanya. Menurut saya juga, karena dzikir ini adalah satu dari sekian hal yang yang balasannya tak hanya di dunia, melalui ketenangan ini, melainkan juga sesuatu yang kita bawa hingga akhirat, yang balasannya, mudah mudahan, kita terima dengan sempurna di akhirat. Sehingga hati kita terasa lebih terjamin.
Mudah-mudahan, ini jadi satu dari sekian ibadah yang menyelamatkan kita di dunia ini dan juga di akhirat kelak. Aamiin.
Kang Jay