Nah loh..kenapa bisa gini..yak...
Nah Ini kadang penyakit singlelillah ketika dimasa kesendiriannya tetiba ada yang ngajak serius semangat menggebu ingin menikah pas ada yang ngajak serius Langsung mendadak ragu.
Nah kaaan
Sebetulnya kita bisa mengukur sendiri tingkat kesiapan untuk segera menikah .,biar gk kebanyakan halu
Udah kebayangkan ada di fase mana!!!
Buat yang berada di status wajib segera disegerakan dah...jangan takut soal rezeki pastinya akan Allah cukup kan, meski hasil survey mengatakan presentase orang yang mau menikah mulai dari nol lebih sedikit dari yang sudah mapan...
Hasil Survey di bawah dengan responden pria dan wanita.
Jujur klu saya sendiri belum siap menerima klu mulai dari nol kecuali memang nikah di usia 27 - 25 th kebawah hehheee
Tapi klu berjuang bersama masih sepertinya oke lah..
Note :
Benerin niat biar jalan selama berproses agar di berikan yang terbaik, jangan berpura2 sholeh/ sholeha agar yang menghampiri juga bukan orang yang berpura2 juga kesholeh/sholehannya .
HARAPAN ;
FAKTA ;
- ketemu pasangan yang kek Bu Tejo
- dapet mertua yang kek Bu Tejo
- eh tetanggaan sama yang kek Bu Tejo
Tipikal Bu Tejo jangan dikira cuman dalam bentuk cewek seumuran buibuk makemak doang yak.
Tipikal Bu Tejo juga hadir dalam bentuk raga laki-laki seumuran PakBapack tapi lambene Bu Tejo tenanan, persiiiiissssss...
Eh tiati yak dimarih dapet lakik tipikal mulutnya kek Bu Tejo wkwkwkwkkkkkk....
Pasti ada beberapa yang sudah sadar ada pula yang belum kalau pemilihan pasangan kita biasanya pengaruh dari orang tua. Gak heran kalau ini sering terjadi. Nyatanya memang peran orang tua amat besar untuk hidup kita, kan? Sisi baik atau kurang baik mereka bisa sangat mempengaruhi pemikiran kita soal seorang pasangan. Misalnya jika salah satu orang tua kita adalah panutan. Role model kita. Secara tidak langsung kita pasti mengharapkan seseorang yang seperti dia. Dan secara tidak sadar pula kita akan menarik seseorang yang seperti itu.
Begitu pun sebaliknya. Kita pasti akan berusaha menghindari seseorang yang mirip dengan orang tua jika kita memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang tua. Tapi sebenarnya mau semesta akan mendekatkan kita dengan seseorang yang terasa familiar dengan kita. Karena secara tak sadar kita akan tertarik dengan orang yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kalau ayah kita adalah tipikal "bad boy" tidak heran kalau kita akan tertarik dengan "bad boy". Sama dengan para pria yang suka sekali dengan wanita yang pintar mengurus rumah. Mungkin itulah karakter yang dibanggakan dari ibunya. .
Setelah kita menyadari faktor ini ada baiknya kita tidak lagi mempertanyakan: "Kenapa ya saya bisa jadi sama orang seperti itu?" atau "Orang seperti apa sih yang sebenarnya aku mau atau yang tepat buat aku?". Karena jawabannya ada di depan mata kok. Coba ingat-ingat lagi karakter orang tua kita. Ingat lagi amanah-amanah yang diberikan oleh orang tua sedari kecil. Pasti terselip jawaban tentang kriteria berdasarkan relasi dengan orang tua tersebut.
Coba diulik-ulik lagi deh sekarang !!!
Siapa tau dengan hasil ulik ulikan yg detail kita bisa menemukan benang yang pas untuk meyakinkan hati dalam mempertimbangkan kriteria utama dan plus plus
By :
Thisisati dgn di tambahkan sedikit bumbu olh yg posting
note:
Yang ngepos sebetulnya mash blm lulus juga jd anggap aja teori abal2
jomblo itu harus sabar..sabar..banget.
ini hati harus seluas samudra banget,
Eh tapi badainya kenceng.
Apalagi klu ada yg tanya kapan nikah ? Terus disalah - salah salahin kenapa belum nikah . bahkan ampe di tuduh ke hal mistis , kena guna2 makanya harus di ruqyah .
Nyambung blog sebelah kemarin yang isinya ada tentang kriteria...!!
Berdasarkan ilmu dan teori2 klu cari jodoh itu yang penting kaan..
Kriteria utama terpenuhi yak ;
1. Agamanya
2. Akhlaknya
3. Nasab/ Keluarganya
Tapi gak jarang juga kita baik cewek or cowok udh terjebak dalam lingkungan kriteria plus.. plus...+ + yg menjadi prioritas
Misalnya yg plus itu :
1. Nyamanya
2. Pekerjaanya
3. Statusnya
4. Karakternya
5. Fisiknya
6. Pendidikannya
7. ...
8. ...
9. ... Tambahin sendiri
Perangkap plus ini kadang lebih dominan dan menjadi yg utama di lihat hehehehe ye kaan, padahal kita udh tau ilmunya teruss udah berusaha belajar juga utk menyikapinya tapi masih aja hal ini prioritas. hmmm...
jadi klu udh gtu siapa yang salah coba !!!?
Yang jelas pastinya perilaku kita menyikapi kriteria itu sendiri..Apalagi klu sdh punya ekspetasi tinggi
so...sdh menjadi resiko di tanggung sendiri yaak dalam menanti panjang tak bertepi !!
Kesimpulan:
Jawabannya klu udh berupaya tapi jodoh belum datang yaa berarti menurut Allah emang blm siap dan belum layak mengemban Amanah baru dari status single menjadi ganda campuran
semangat yaa gaess...Pasti Allah beri yang terbaik asal kita memang ikhtiar dan terus ber benah diri
semoga kita semua segera menemukan pasangan terbaik untuk teman beribadah di dunia dan betemu kembali di akhirat.
Aamiin...
Happy long weekend Sobat...
JIKA BISA MEMILIH
Betapa hidup adalah tentang memilih dan dipilih , jika kau menjadi orang yang diberikan pilihan ,
Semoga pilihanmu adalah dia yang hadir dengan niat membahagiakan tanpa pernah berfikir untuk meninggalkan
Peran Ayah dalam Pendidikan
Al Quran lebih banyak mencatat peran Ayah dalam mendidik anak-anaknya. Dialog dialog indah antara Orangtua dan Anak di dalam Al Quran adalah dialog antara Ayah dan Anak. Lihatlah betapa indah dialog Luqmanul Hakim dan anaknya, betapa indah dialog Ibrahim AS dengan ananda Ismail AS.
“Yaa Bunayya (wahai ananda)” jika dilihat sepintas orang menyangka itu panggilan lembut seorang bunda pada anaknya namun ternyata begitulah Al Quran merekam dialog para ayah sejati memanggil lembut anak-anaknya.
Riset riset membuktikan peran keayahan (fatherhood) di sepanjang sejarah pada suku suku yang ada di muka bumi dalam mendidik menunjukan peran yang dominan. Bahkan sejak bermain, membacakan kisah, sampai kepada menuturkan narasi-narasi besar peran keluarga dalam peradaban adalah tugas para ayah.
Bermain dengan ayah, disimpulkan sebagai bentuk membangun sikap dalam bersosial anak anaknya.
Perintah bermain kepada anak, justru lebih ditekankan kepada ayah. “Barang siapa yang memiliki anak, hendaknya ia bermain dengannya dan menjadi sepertinya. Barangsiapa yang membuat anaknya bahagia maka pahalanya setara dengan membebaskan budak sahaya, dan barang siapa membuat anaknya tertawa, maka pahalanya setara dengan orang yang menangis karena takut kepada Allah.”
Jadi bukan tanpa alasan ketika banyak pakar pendidikan menyatakan bahwa tugas utama seorang ayah bukanlah mencari nafkah, namun mendidik anak-anaknya. Maka diperlukan kemampuan mencari nafkah yang smart, agar sang Ayah tidak meninggalkan peran mendidiknya di dalam keluarga.
Jadi apa sesungguhnya peran Ayah?
1. A Man of Mission and Vision
Para ayah adalah pembuat misi keluarga, yaitu peran spesifik keluarga dalam peradaban. Lihatlah di dalam Al Quran bagaimana Nabi Ibrahim AS adalah sang pembuat misi keluarga. Misi keluarga beliau diabadikan dalam doa-doanya.
2. Pensuplai Ego
Seorang ayah diperlukan kehadirannya sebagai pensuplai Ego bagi anak anaknya. Supply ego ini memberikan kemampuan “leadership” bagi anak anaknya, sementara ibu pemberi supply Emphaty atau “followership”.
Ayah dengan hadir dalam keluarga akan memberi keteladanan melalui sikap sikap yang berangkat dari fitrah keayahannya dengan menunjukkan ketegasan, pembelaan pada keluarga, ketegaan yang penuh cinta dll adalah supply ego yang berkesan bagi anak.
3. Pembangun Struktur Berpikir Dan Rasionalitas
Ayah dengan rasionalitas berfikirnya, berkontribusi membangun struktur berfikir bahkan inovasi di rumahnya atau di keluarganya. Kalau Ibu memberikan kemampuan emosional.
Alangkah baiknya jika keluarga memiliki family knowledge atau kearifannya sendiri yang diwariskan turun temurun.
4. Pensuplai Maskulinitas
Para ayah diperlukan kehadirannya untuk memberikan suplai maskulinitas baik anak lelaki maupun anak perempuan. Ayah dan Ibu harus hadir sepanjang usia anak sejak 0-15 tahun (Aqil Baligh). Anak lelaki pada usia 7-10 tahun memerlukan lebih banyak kedekatan pada ayahnya untuk menguatkan konsep fitrah kelelakiannya menjadi potensi peran seorang lelaki sejati.
5. Ayah Sang Raja Tega
Pada usia 10 tahun ke atas, anak anak perlu diuji kemandirianya, keimanannya dgn beragam program, nah para ayahlah sang raja tega yang mampu memberikan tugas tugas berat untuk menguatkan potensi potensi anak menjadi peran peran peradabannya kelak. Dalam hal ini ibu sebagai “sang pembasuh luka” yang memberi penawar bagi keletihan dan obat bagi luka dalam menjalani ujian.
6. Ayah Penanggungjawab Pendidikan
Sesungguhnya ayahlah penanggungjawab pendidikan, yang merancang arah dan tujuan pendidikan keluarganya sesuai misi keluarganya. Ibulah yang kelak mendetailkannya menjadi proyek atau kegiatan harian.
Secara fitrah bahasa, wanita lebih cerdas bahasa dibanding para lelaki. Wanita bicara 50rb sampai 70rb kata perhari, jadi ibu memang lebih banyak membersamai anak.
7. Ayah Konsultan Pendidikan
Melihat bahwa seorang lelaki “single tasking” dibanding wanita yang “multi tasking”, para ayah tidak bisa terlalu banyak turun dalam hal detail, bahkan mereka perlu lebih banyak berada di luar masalah agar bisa memberikan solusi yang jernih bagi para ibu yang dalam kesehariannya sudah dipenuhi banyak masalah dalam mendidik.
Para ayah yang tidak mau atau sulit terlibat dalam proses mendidik anak anaknya, umumnya adalah para ayah yang tidak selesai dengan dirinya atau tidak bahagia menjalani karirnya walau sukses sekalipun, jadi mereka harus dibantu agar kembali fitrahnya dan banyak didoakan.
Forum-forum keayahan harus banyak dibuat untuk membekali keyakinan dan kemampuan para ayah dalam mendidik anak anaknya. Komunitas ini juga harus bergerak membangun ekonomi bersama agar para ayah dapat mencari nafkah lebih smart.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
#fitrahbasededucation
Harry Santosa