namun dia mengandung dosa dan dusta
Apabila kehalalannya belum terbukti nyata
Tolong dijaga sedekah subuh!
Kang, mengapa sedekah subuh?
Pertama, karena waktu subuh ada doa para malaikat yang mendoakan orang yang bersedekah, " Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak atau bersedekah dengan yang lebih besar!".
Kedua, doa Rasulullah yang mendoakan ibadah kita diwaktu subuh. Diantaranya adalah sedekah.
Jadi masing-masing kita harus memiliki kotak amal, yah boleh kita namakan Tabungan Subuh. Jika sudah banyak bisa kita setorkan ke badan amil zakat, masjid, panti asuhan, atau langsung ke orang yang benar-benar membutuhkan.
Biasakan pula anak-anak kita dilatih juga walaupun dia masih bayi, kita buatkan tabungan subuh khusus atas nama anak kita. Tentu kita ayah atau ibunya yang mengisinya disaat waktu subuh. Sehingga saat nanti sudah besar atau bahkan sudah baligh, biar mereka yang mengisi sendiri menyisihkan dari uang jajannya. Selain melatih anak juga semoga mereka jadi anak sholeh-sholehah.
Sedekah subuh sungguh-sungguh sangat dahsyat!
Apapun masalah kita, baik utang, jodoh, rumah tangga, pekerjaan, anak, dan masalah lainnya insya Allah teratasi. Cobalah sedekah subuh, sungguh ini luar biasa.
Selama saya sampaikan sedekah subuh ini kepada orang lain baik saudara teman dll, sungguh subhanallah, hampir 80 - 90% dari mereka ketika menghubungi saya atau ketemu saya, alhamdulillah masalahnya sudah selesai. TUNTAS!!! Ini kehebatan dan keberkahan sedekah subuh!. Tentunya dengan ijin Allah.
Selain saat punya masalah, tabungan sedekah ini juga bisa kita manfaatkan setelah kita berbuat dosa. Nah kalau ini bukan hanya saat waktu subuh saja, tapi kapan saja saat kita berbuat dosa bisa langsung diisi sedekah. Atau baru niat saja mau berbuat dosa, bisa diisi juga heh.
Nah ini akan melatih kita. Tabungan kita akan makin banyak karena sering dosa heh. Tak usah banyak-banyak misal Rp 5000 untuk satu dosa.
Ketika mencaci maki atau ghibah seseorang, isi tabungan sedekah.
Ketika chat di grup nyinyirin atau comment jahat ke temen, isi tabungan sedekah.
Ngomong kotor atau ngumpat saat liat story IG atau FB temen/artis, isi tabungan sedekah.
Berkata kasar pada saudara, suami, istri, atau anak misal "bodoh" dll, isi tabungan sedekah.
Apalagi berkata kasar pada orang tua, wah isi tabungan sedekahnya harus berlipat-lipat Rp 100rb ya no nego heh.
Nanti kita akan tahu sendiri bahwa ternyata banyak sekali dosa kita. Terutama dosa mulut dan jari jemari kita yang lemes bermain comment atau chit-chat syantik.
Bagus juga diterapkan pada anak, walau dia usia balita. Saat misal dia berkata kasar, kita isi tabungan sedekah. "Kenapa ayah isi uang ke situ?", "Karena adek tadi bilang apa ayo, jadi ayah isi ini buat Allah". " Maaf ya yah, adek salah". Dengan keluguannya mulai belajar. Duh jadi pingin main dengan cucu.
Tapi sebaiknya jangan keras pada anak, seperti Rasullah lemah lembut didik anak. Karena lemah lembut adalah kunci keberhasilan pendidikan pada anak.
Banyak hikmah tabungan sedekah ini sebenarnya:
Pertama, terutama untuk sedekah subuh yaitu terselesaikan masalah kita tentunya dengan ijin Allah.
Hikmah kedua, dengan menjaga sedekah akan menjamin ampunan dosa. Bahkan terjamin husnul khatimah. Terjamin dari kematian buruk bahkan jauh dari kematian mendadak. Musim kan sekarang orang mati mendadak, nonton tv koit eh meninggal, lagi batuk meninggal, duduk jongkok meninggal, nyruput kopi meninggal eh ada gak ya. Ya sukur-sukur pas baca Al Qur'an, lagi sholat, lagi zoom majelis taklim, atau ibadah lainnya trus meninggal.
Hikmah ketiga, mendidik diri agar terlatih menahan hawa nafsu, dalam hati mikir "Kalau berbuat dosa lagi, kena denda Rp 5000 lho!". Kebayang sehari 10x berbuat dosa, 50.000, se-uang rokok bagi perokok berat, ga banyak sih. La kok ga banyak? Ya udah naikkan jadi Rp 20.000 heh, heeh ah. Kenapa 'heh' terus, kalau bahas serius ga boleh cekikikan.
Hikmat keempat, seakan kita sedang Tawassul, agar kita tidak terjerumus pada dosa itu lagi dan semoga Allah jauhkan dari dosa itu lagi.
Ya mungkin dari kita ada yang menganggap ibadah ini remeh temeh, kurang greget, kurang nendang, kurang pol, gak gue banget, ga gaul, ga online, ibadah anak kecil ngisi celengan. Dibanding semalaman sholat sunnah, puasa daud, tiap adzan lima waktu kemasjid pake jubah putih jenggot panjang jidad item pake sorban wangi2an bawa sajadah tasbeh siwak, atau sedekah besar seperti turut bangun masjid dengan sedekah puluhan juta.
Tapi kita tidak tahu amal sholeh mana yang yang menjamin husnul khatimah dan masuk surga. Bisa jadi amal sholeh yang remeh, yang kecil, ringan tapi nilainya sangat luar biasa disisi Allah. Sehingga melalui amal itu kita terjamin masuk surga dan terjamin husnul khatimah. Tentunya ibadah wajib ya tetap wajib ya, tauhid sholat puasa zakat, gak cuman ingin enak dan ringannya saja, khas orang Indonesia banget deh, heh.
Semoga kita dimudahkan menjadi manusia sholeh dan sholehah. Aamiin.
Kang Jay
Sedikit ketik-ketik request dari neng Fit.
Bagi keluarga muda uang adalah hal sensitif untuk dibicarakan, ego seperti saat single belum sepenuhnya hilang. Sehingga perlu ada komunikasi. Kita dan pasangan kita bisa duduk berdua sambil menyeruput kopi atau teh dan berbincang-bincang masalah keuangan saat ini dan masa depan.
Keluarga muda ini bukan berarti muda dalam usia, namun muda dari kapan pernikahannya. Walau misal saya menikah lagi, maka itu juga keluarga muda, apalagi mulai dari nol banget. Itu parah sih jika mulai dari nol untuk seumuran saya, selama 20 tahun kemana aja, tidur@#$%& what the f@#$%^. Tapi tenang walau mulai dari nol, ingat ada pepatah bilang life begin at forty ha ha ha.
Kadang keseganan untuk membicarakan keuangan bisa jadi bom waktu dimasa depan. Lebih baik saat masih baru menikah buatlah kesepakatan awal tentang pentingnya perencanaan keuangan. Tentukan siapa bendahara yang bertugas mengelola keuangan, yang bertanggung jawab membayar tagihan listrik, telepon, cicilan dan lainnya. Tentukan juga uang siapa atau uang darimana yang akan digunakan untuk apa.
Biaya yang cukup besar yang umumnya dihadapi keluarga muda misalnya persiapan DP untuk KPR, biaya persalinan, biaya anak masuk playgroup, kredit motor/mobil, biaya liburan, dan lain sebagainya.
Pastikan setelah 1 tahun menikah ada dana darurat untuk antisipasi hal-hal yang tidak terduga. Untuk keluarga muda, sediakan dana darurat setelah tahun pertama minimal 2 kali pengeluaran rutin bulanan termasuk cicilan apapun. Ditahun kedua minimal 4x, dan ditahun kelima dan seterusnya minimal 6x. Kalau saya lebih suka bentuknya emas batangan dan disimpan di brangkas rumah, pertimbangannya lebih tahan terhadap inflasi bahkan nilainya selalu naik. Kita harus konsisten, pakailah dana darurat untuk hal tak terduga, seperti jika terkena PHK, biaya pengobatan karena kecelakaan, atau terjadi musibah yang menyebabkan tidak bisa bekerja. Contoh dimasa Covid ini, sangat lumayan kan bisa bertahan dalam 6 bulan sambil rebahan karena nasib misal kena PHK atau usaha sulit.
Sebenarnya ada pengaman lainnya yaitu memiliki Asuransi. Namun pengalaman saya ikut Asuransi itu mubazir jika kantor juga mengcover Asuransi, bahkan 20th saya ikut asuransi plus embel-embel investasi namun yang didapat tidak seberapa. Berpuluh tahun cuman dapat beberapa puluh juta jika dicairkan, padahal dulu promosinya ratusan juta. Bahkan asuransi kesehatan dari kantor yang lebih sering saya gunakan. Apalagi sekarang ada BPJS Kesehatan yang wajib di ikuti, sehingga jika sudah ada Asuransi BPJS dan dari kantor maka saya sangat sarankan jangan tergiur ikut Asuransi lain dengan embel-embel investasi miliaran. Bikin sakit hati @#$%&* ha ha. Itu fakta, gara-gara dulu agen asuransinya neng geulis dan imut pisan euy.
Setelah lima tahun pernikahan, biasanya sudah mulai stabil tuh. Mungkin sudah punya anak, sudah mulai mencicil KPR bahkan mencicil Mobil. Gaji juga sudah naik sehingga sebelumnya cicilan 35% gaji sudah menjadi 20%. Saatnya mulai memikirkan investasi masa depan. Saat ini banyak instrumen investasi yang memberi keuntungan lebih dari inflasi. Seperti deposito, reksadana, saham, obligasi, hingga emas.
Kalau saya sebagai orang old, suka pusing jika harus mikir tentang saham, reksadana, obligasi apalagi trading online jadi saya tidak pernah mencoba itu semua. Deposito sudah saya coba tapi paling lemah terhadap inflasi, cuman setara saja. Nah pilihan terampuh yang selalu saya buktikan tangguh berpuluh tahun adalah investasi Emas. Jadi jika punya uang lebih (istri) buru-buru beli emas di Butik Antam, jika sudah kekumpul misal 100 gram maka akan disimpan dideposit box di Pegadaian. Ingat!!! Emas baru berkilau setelah disimpan minimal 2 tahun, sebelum itu jangan dijual. Kasih target untuk anda investasi, percaya tidak percaya alias ajaib alias aneh ada aja uang datang untuk di investasikan, si Emas seperti bisa manggil temannya Emas lain lagi dan lagi. Bingung aing. Oiya, Butik Antam tersebar dimana-mana, eh kalau di Jakarta area sih he he.
Kemudian setelah beberapa ratus gram, misal setelah 5 tahun, maka akan saya cairkan dan saya belikan rumah untuk dikontrakkan. Jadi dari investasi Emas jadi investasi Rumah. Tekun aja nabung emas, saya (eh istri) dulu menabung dari 2 gram, kemudian 5 gram. Saya pandang-pandang itu emas ditaruh dibawah bantal agar berbuah, kemudian paginya saya ambil dan pandang-pandang lagi, ee tidak terasa kekumpul ratusan gram. Mulai takut disimpen dimana, awalnya saya simpan dibrangkas dan ditempatkan di bawah atap rumah ha ha. Tapi kemudian saya memilih Pegadaian walau ada uang sewa deposit, tapi masih seimbang dengan kenaikan harga emas.
Oiya ada tips dari pengalaman hidup, saya tidak menyarankan gonta-ganti mobil. Itu pemborosan banget nget. Memang terlihat prestasi jika pulang kampung bawa mobil bagus, namun percayalah mending ngakali sewa mobil mewah ha ha, itu benar-benar saya lakukan dan berlangsung berpuluh tahun ha ha. Sampai istri dulu suka pilih sendiri tahun depan mudik pakai mobil apa ha ha. Sedangkan di rumah, punya sih mobil sekelas Kijang tapi itu-itu saja yang dipakai berpuluh tahun, nyicil mobil dari gress jadi tau sejarah perawatannya, itu mobil tidak pernah rewel dan tangguh kemana-mana, walau rada boros sih. Mengapa kagak gonta ganti, karena tau rasanya nyesek nyicil misal mobil 100jt dicicil dengan bunga jadi 160jt, udah gitu pas masa itu sempet kena phk pula jadi makin nyesek nyicilnya. Kapok nyicil. Tapi saya masih suka nyicil motor sih ha ha, praktis dan simpel soalnya tinggal gesek visa 2jt trus tanda tangan gak jelas ee sehari kemudian motor dianter, ee gak kerasa 2th motor lunas. Mikir lagi deh nyicil motor apa, asyik uhuy, padahal itu motor sebelumnya dua tahun kilometer dibawah 500 saking cuman jadi pajangan. Yah itulah sifat orang yang susah direm, yaitu konsumtif, puas dari beli barang padahal dipakai juga kagak. Jadi inget artis-artis beli tas branded puluhan dengan harga fantastis, terus pakenya kapan, kalau dari jauh sih mirip tas beli di mangdu.
Teman kantor saya yang selevel ada yang uangnya seakan dihamburkan hanya untuk sebuah mobil, saya inget sekali dulu mobil yang dia beli starlet dari hasil uang pensiun kena phk, setelah kerja kemudian kredit yaris 4jt perbln, jual lagi kredit kijang 5,5jt perbln, jual lagi kredit pajero sport 10jt perbln, sekarang jual lagi kredit crv turbo 12jt perbln dan istrinya kredit jazz rs 5jt perbln. Tapi rumah cuman satu, dan satu-satunya. Ya tiap orang beda-beda sih, kepuasan dia mungkin di mobil. Toh harta juga tidak dibawa mati. Tapi ini kan lagi bahas keuangan, bukan bahas cara ngumpulin pahala bekal akherat, nanti dibahas blog beda tentang tujuan akhir hidup menuju surga ya neng.
Lanjut, bagi yang suka bisnis mungkin bisa diputar tabungan atau investasi tersebut. Namun saya tidak terlalu suka bisnis, soalnya gampang kasihan dan mudah ditipu. Intinya sih masih fokus jadi pegawai dan pengajar. Saking gampang ditipu, sampai-sampai istri saya dulu bilang kesaya, "Bang klo abang gak nikah ama aye nih ye bang, abang bakal miskin kaga punye ape-ape". Emang sih yang suka beli emas bukan saya tapi istri hwahaha. Hemat mat mat bin kopet pet pet. Tapi hasilnya fantastis, yah bagi saya yang cuman buruh biasa dengan penghasilan biasa, bukan direktur, pengusaha apalagi sultan. Saya sering terngiang2 kata-kata istri kalau ngatain saudara2nya dibelakang, "orang kalau mau kaye ye nabung, gaji berapepun besarnye kalau kaga nabung ye miskin aje terus, miskin kok dipiara, mending piara kambing trus bunting bisa dijual anaknye". Ngablak dah, mangapppp.
Untuk semacam bisnis kecil2an yang dijalani, saya paling jual beli rumah, yah rumah yang saya beli dan sudah direnovasi jika harganya makin bagus maka saya jual untuk kemudian beli rumah ditempat lain dan jika bagus juga maka saya jual lagi. Begitu seterusnya. Bisnis kontrakan kalau saya rasa tidak seberapa menjanjikan, yah cuman buat bulanan, namun sayapun punya rumah sekedar untuk investasi masa depan untuk anak cucu, atau suatu saat diusia tua butuh uang untuk biaya hidup kan tinggal jual salah satu rumah kemudian simpan dalam bentuk emas yang dijual tiap bulan misal 10 gram bisa lah buat 10 tahun, kemudian 10th kedepannya begitu lagi, maklum bukan ASN yang punya pensiunan bulanan. Tapi nanti habis dong rumahnya? Ya kan emang investasi itu untuk jaring pengaman hari tua. Ya udah bukan 10 gram tapi 5 gram buat sebulan, hemat saat pensiun. Akhir-akhir ini ada Asuransi menawarkan ke saya program pensiun, tapi saya tolak mentah-mentah, kapok.
Begitu sekelumit nasehat ya neng Fit dari orang tua ini yang sudah pernah menjalani rumah tangga selama hampir 20 tahun, yang pernah jatuh bangun seperti kena PHK namun selalu berusaha bangkit lagi. Bukan sombong, karena saya juga cuman buruh biasa saja dikelas menengah, namun saya sekedar menceritakan pengalaman tentang manajemen keuangan keluarga yang pernah saya jalani, barangkali menginspirasi. Jika pun tidak sekedar bacaan sambil makan kwaci.
Ingat nasehat utama manajemen keuangan keluarga dari om: selalu punya tabungan 6x gaji MINIMAL, kalau kagak kelar idup kita he he.
Kang Jay
Ini ga tau apa gw yang ketuaan apa gw yang barbar yak, gw ngalamin nih masa-masa dating online dari jaman ke jaman. Keknya perjalanan karir dating online gw tuh panjjjjaaaaannnngggg, bisa dikata advanced level lah gw
Anak jaman sekarang ; anak gadis anak perjaka duda janda lakor binor jaman sekarang tuh udah enak beud main dating online, udah high technology, aplikasi chat beragam, video call, tuker2an poto sepersekian detik, canggeeeehhh cuy.
Nah gw pernah ngalamin masa2 tuker2an poto bisanya via email. Dulu, mo tau muka aslinya kudu nyari warnet yang ada kameranya yang nyantol diatas komputer tuh, susyeeeuuhh....hanya warnet2 tertentu dan harganya beda ama komputer yang ga ada kameranya. Bersyukur lo sekarang udah bisa video call, tapi pas liat muka aslinya langsung end !
Ngalamin gw bisanya chat via YM, mIRC, dan bisanya chat juga pas jam kerja doang, secara kaga punya kompi dirumah. Ya kalo pas dirumah mau ga mau ya sms-an lah, padahal jaman dulu sms mehong yak, apalagi telpon, huh ! Gw pernah bayar tagihan hp jutaan gegara LDR wkwkwwkkkkk, belom lagi pernah bayar tagihan telpon rumah bengkak ratusan ribu diomelin ama emak gw, huahahahaaaaa... ; tapi ga kapok2 juga pacaran SLJJ
Saking lamanya perjalanan karir dating online gw, kalo dijajar2in tuh mantan2 gw tersebar dari sabang ampe merauke. Sumpeh2 deh...wkwkwkwkkkkkk (((ampuni kelakuan hambaMU ini pada jaman jahiliyah itu yaoloh)))
Gilingan sih kalo lo pernah main dating online sejak tahun 2000an awal, kerasa banget perjalanan teknologinya tuh, dari tahun ke tahun. Hp memang sudah ada, tapi jaman dulu kan pasca bayar yak, gak kek sekarang kartu sekali buang ganti baru jadi bisa menghilangkan jejak dengan mudah supaya gak diuber2 mantan wkwkwkwkkkk, beli nomor hp juga dulu mayan yak harganya gak kek sekarang bisa beli nomor hp sekali 5 dah.
Paling aman emang pake telpon kantor sih dulu, alasannya tele marketing hahahahaaa....astagfirullah kelakuan gw tapi kalo pas ketauan dilacak dari billing tagihan nomor yang sering dihubungi dan lebih sejam, ya kudu bayar tuh tagihan pake potong gaji lho.
Kesini2nya udah mulai ada skype yekaaann, udah mulai bisa tuh lo tau muka inceran lo, tapi kalo gak punya kompi dirumah ya kudu diwarnet juga. Paling irit emang skype di kantor sih wkwkwkkkkk...
Tahun ke tahun teknologi makin canggeh ampun2an sampai kemudian elo bisa auto poto kalo diminta dan video call kalo kepo sama muka inceran elo.
Kecanggihan teknologi ini nih emang menguntungkan orang banyak yak tapi disisi lain ya jadi fitnah juga. Misal, lo ngincerin orang dimarih, dari poto profilenya sih keknya oke yekan, tipikal elo beud nih yak, tapi lo kepo nih poto beneran muka dese apa editan 750%, Apa jangan2 poto dese jaman masih muda tapi belagak awet muda.
Kekepoan lo akan terjawab dengan video call si inceran itu. Bakal bener sesuai mukanya ama potonya apa jauh beud bedanya langit ama bumi. Ya tapi kan gak semua orang nyaman ujuk2 video call dong yak. Trus kalo orang gak mau video call, dianggap boong, gak jujur, dan sebangsanya ??? Eitsssss, ntar dulu bos, gak gitu mainnya maliiiihhhhh...
Gw termasuk orang yang menolak ujuk2 video call. Chatting aja dulu napa sih, tahaaannn....tahhhaannn...tahhhhaannn, ya kalo lo gak tahan ya udah gosah ngincer gw, simpel kan ? Ya walopun ga sesimpel itu sih perkaranya hahahaaa...
Ada memang orang yang sama keponya dua2nya. Asal udah tukeran no wa auto video call. Udah. Kelar mpe situ entahlah lanjut ato enggak. Biasanya kalo cucok meyong ama mukanya, lanjotkeun ! Tapi kalo pas video call liat mukanya biasa aja, END !
Tapi ada orang yang harus nyaman dulu nih kejiwaan cintanya, harus nemu dulu chemistry-nya, harus ini itu dulu baru bisa okeh deh kita video call. Gosah jauh2 lah contohnya gw aja, ga bisa gw sekali dua kali chat trus video call. Elo video call cuman mau liat muka gw, apakah sesongong poto gw yang sok dramatis ala ala itu, apa kebalikannya ? Kalo muka gw ga sesantuy poto gw, trus lo ga mau komunikasi lg ama gw, siapa disini yang gak jujur ??? Mau menuntut soal kejujuran apa lo ?
Buat gw, buat sebagian orang, terutama ciwik2 nang gemoy kinyis2 menuju unyuk2, kenyamanan komunikasi itu bisa jadi adalah sebuah kewajiban yang kadang dilalaikan oleh sebagian para mulia cuwuk2 yang ga sabar mo kawin. Asal lo tau yak, cewe kalo udah nyaman, padahal belom video call, pas kopdar muka lo ga setampan romeo pun, ikhlas dia nerusin hubungan ini mau dibawa kemana. Kalo cewe udah nyaman, jangankan muka, lo kere juga dia pura2 gila aja
Meski kadang....; rasa nyaman itu, jebakan.
"Woi Kang, kami disini lagi pusing mikirin cari pasangan halal, bukan pusing mikirin rumah tangga". Ha ha ayolah ditengah kesibukan mencari pasangan disambi mempelajari bagaimana memanage keluarga kita dimasa depan menjadi baik.
Walau berkesan sederhana namun management rumah tangga ada baiknya dipelajari juga.
Memang model suami-istri sama sama bekerja ini bukan model yang umum ditemui dalam cerita dongeng, seperti cinderella dengan sang pangeran, sehingga tidak mudah mencari model panutan. Panduan keilmuan untuk model ini pun belum banyak bahkan juarang. Walau kenyataannya buanyak terjadi.
Bahkan banyak pria yang sebelumnya saklek bilang ke wanita ta'arufnya, "Saya ingin istri seorang ibu rumah tangga". Titik tidak pake koma. Si wanita karena sudah suka dan kagum, mengiyakan sambil ngomong dalam hati, "Yah gimana entar aja, cari cowok model 'dapuran' ginian yang baik dan mapan itu susah, bodo amat", ha ha ha. Ee setelah berjalannya waktu ternyata benar dibenak sang wanita tentang "gimana entar", akhirnya si pria menyadari bahwa istri bekerja ada baiknya juga. What next setelah dapat lampu hijau?.
Memang kalau saya, dulu, menerapkan model konvensional suami bekerja istri ibu rumah tangga. Karena istri memang tidak suka bekerja diluar. Namun saat ini saat saya jomblo mulai memikirkan model suami-istri bekerja, dengan simulasi jika saya mendapatkan istri bekerja atau istri yang ingin bekerja setelah nikah. Walau terdengar aneh, istri ingin bekerja setelah nikah, tapi kan bisa saja terjadi ha ha ha.
Lalu pemikiran berikutnya, untuk suami-istri bekerja apakah bisa urusan keluarga dan pekerjaan dibalance?.
Saat ini semakin banyak suami istri sama-sama bekerja. Sebabnya bisa macam-macam. Seperti: si istri sudah terlanjur bekerja sejak sebelum menikah, terlanjur punya karir bagus di tempat kerja. Atau dari keluarga yang sangat concern dengan pendidikan sehingga saat dewasa, dia terinspirasi perempuan-perempuan yang berkiprah di wilayah publik seperti Sri Mulyani, Marie Elka Pangestu, dll.
Sementara, si suami biasanya memberi ijin istrinya untuk bekerja, karena: memahami harapan tinggi orang tua istri yang menyekolahkan anaknya sampai tingkat tinggi, memahami bahwa istrinya punya potensi untuk berkembang dalam karir, memahami istrinya ingin independen secara finansial, atau untuk menghindari kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi di kemudian hari misal suami meninggal atau kena PHK.
Jadi, istri bekerja itu bukan semata-mata masalah aktualisasi, gengsi atau sekedar masalah finansial. Barangkali ada cerita panjang di balik itu semua.
Meski suami-istri sama-sama bekerja, seringkali tipe manajemen yang diterapkan masih tipe manajemen model istri di rumah-bapak bekerja, di mana suami berharap mendapat pelayanan seperti suami yang lain yang istrinya IRT. Suami memfokuskan diri mencari nafkah dan menyerahkan sepenuhnya urusan rumah tangga pada istrinya. Si istri pasrah saja dengan keputusan suami, karena memang biasanya keluarga lain juga begitu.
Namun karena si istri bekerja, tidak banyak waktu yang dia miliki untuk mengurus pekerjaan rumah yang seabrek itu; mulai urusan baju kotor, masak, bersih-bersih, halaman, sepeda rusak, rekening listrik, acara arisan RT, antar jemput anak, dsb. Akhirnya istri membutuhkan “perpanjangan tangan”, yaitu pembantu atau orangtuanya.
Jika menilik soal mempunyai anak, dengan kemajuan teknologi sekarang ini, tidak perlu lagi seorang ibu yang melahirkan untuk istirahat berlama-lama. Luka Operasi Caesar bisa kering dalam hitungan hari. Tak jarang seorang ibu sudah bisa bekerja seminggu setelah melahirkan. Namun bagaimana dengan mengasuh anak?.
Mencari pembantu yang pintar, cekatan, jujur, tanggung jawab dan bisa dipercaya tidaklah mudah. Kalaupun ada yang seperti itu, dia akan berpikir 100x untuk jadi pembantu. Akhirnya yang jadi pembantu itu biasanya yang sulit diterima kerja di mana-mana.
Alternatif lain yaitu orangtua istri/suami yang turun membantu. Namun bagaimana pun juga, gaya didik antar generasi bisa jadi berbeda. Belum lagi sindrom nenek/kakek terlalu sayang atau tidak tegaan sehingga cenderung memanjakan cucu. Bantuan ini adalah bantuan luar biasa yang harus dihargai, kasihan sebenarnya, bahkan saya pernah dengar ceramah dengan KH Anwar Zahid, beliau selalu mewanti-wanti jamaatnya untuk balikin cucumu ke orang tuanya, itu tanggung jawab mereka, kakek neneknya saatnya istirahat.
Kalau kedua alternative diatas susah atau kasihan, maka terpaksa pasrah bawa ke lembaga profesional seperti child care atau tempat penitipan anak. Kelebihan di lembaga seperti ini yaitu komplain bisa diterima, karena memang ada biaya yang dibayar untuk harapan pelayanan yang profesional. Coba bayangkan jika complain ke orang tua yang tentu segan, atau complain ke pembantu dengan kapasitas kemampuannya yang terbatas.
Kerepotan urusan rumah tangga ini menyebabkan waktu istri untuk bekerja berkurang secara signifikan dibanding saat sebelum menikah atau sebelum punya anak. Jika sebelumnya si istri bisa bekerja sepuas hati dan sebebas merpati, kini waktunya menjadi terbatasi waktu untuk keluarga. Istri tak lagi bisa kerja lembur. Banyak kesempatan yang lewat di depan mata, tidak bisa diraih karena keterbatasan waktu. Kualitas kerja jadi terasa kurang maksimal. Kondisi ini semakin menyulut stress saat menyadari rekan kerja yang lain melesat jauh lebih cepat.
Situasi seperti ini bisa menyebabkan istri pekerja mudah uring-uringan. Biasanya tergelitik untuk menyalahkan suami bahkab anak. Bahkan bukannya kebahagiaan rumah tangga yang didapat, namun percekcokan2 antara suami istri yang sama sama merasa bekerja. Ini semua karena manajemen yang amburadul, istri seakan merasa semua pekerjaan rumah di dia. Bahkan jika tidak dimanage maka bisa terjadi perceraian, karena istri merasa toh tidak ada suami juga semua bisa dihandle sendiri baik mencari nafkah maupun mengurus rumah.
Saya jadi ingat, adik perempuan saya yang pekerja keras, suatu saat ketika emosinya di puncak karena stres dengan semua kesibukan, menyuruh suaminya pergi membawa sekalian anak-anak dari rumah, tentu efek stres akut ini tidak diharapkan.
Memang jika terjadi ketidak-seimbangan dalam keluarga seperti ini, saran yang paling sering muncul adalah himbauan pada Istri untuk keluar dari pekerjaannya dan berkonsentrasi mengurus rumah tangga. Bahkan ada yang menyarankan: “Jangan pernah berusaha menyeimbangkan urusan rumah tangga dan karir. Karena itu tidak mungkin. Pilih salah satu.”
Herannya, tidak banyak yang menyarankan agar Suami lebih banyak meluangkan waktu untuk turun membantu membereskan masalah rumah tangga. Konsep suami adalah ‘pemimpin’ istri rawan disalah tafsirkan sebagai suami bebas mengatur istri semaunya, tanpa perlu mendengarkan pendapat istri dan berempati terhadap keadaannya. Pemimpin yang baik seharusnya pemimpin yang bisa berempati, dan tidak hanya menggunakan dalil agama sebagai tameng egoisme.
Pada model istri-suami bekerja ini, baik suami atau istri seharusnya paham betul akan keterbatasan masing-masing. Suami memahami bahwa istrinya bekerja, sehingga waktu untuk keluarga terbatas, maka tidak seharusnya menerapkan standar pelayanan ibu rumah tangga pada istrinya. Sebaliknya, suami perlu membantu istri mengurus pekerjaan rumah tangga. Sayangnya dimasyarakat kita, masih banyak yang berkomentar “iba” saat ada suami yang memasak, mencuci baju, atau memandikan anak. Biasanya yang berkomentar iba ini ibu si suami, saudara si suami, teman si suami, atau rekan kerja suami. Komentar iba pada situasi ini rawan menjadi komentar yang kurang semestinya, karena bisa jadi si istri juga tak kalah capeknya.
Adalah hal yang sangat rasional jika tugas-tugas kerumahtanggaan perlu didiskusikan dan didistribusikan. Ritual pagi suami untuk “sruput kopi plus baca koran pagi-pagi” boleh-boleh saja dilakukan jika tugas pagi sudah ditunaikan, dan istri sudah memastikan tidak ada lagi yang perlu dibantu. Sungguh kurang adil jika di satu sisi si istri multi tasking; kerepotan masak, memandikan anak, menyuapi anak, menyiapkan bekal ke kantor dan sekolah… sementara si suami enjoy ngopi-ngopi sambil baca koran yah peaceful life he he… Walau mungkin tidak salah-salah banget suami, tapi berempatilah sedikit.
Saran saya, tugas kerumahtanggaan suami ini sebaiknya MENGIKAT. Bukan tugas yang boleh dikerjakan boleh tidak, tergantung kelonggaran waktu dan mood. Karena kalau demikian, beban pikiran akan pekerjaan itu tetap ada di pundak istri. Padahal meski belum dikerjakan, jika ada kepastian bahwa istri tidak perlu mengerjakan tugas A,B,C,… karena tugas itu akan dikerjakan suami, hal itu sudah sangat mengurangi beban stress sang istri. Semisal mencuci dan menjemur baju dikerjakan suami, namun men-setrika dikerjakan istri. Artinya jika suami tidak mencuci maka baju tetap teronggok kotor menumpuk, bukan berarti istri mengambil alih perkerjaan itu.
Konsep ini sebenarnya bisa juga diterapkan ke anak yang sudah remaja, saya inget ibu saya membagi tugas kami anak-anaknya. Pekerjaan saya adalah mencuci piring dan perkakas dapur lainnya, terserah piring atau gelas kotor banyak maka tugas itu tetap disaya. Saya tidak mencuci piring = piring bersih sedikit, anggota keluarga lain bisa marah ke saya karena itu tanggung jawab saya.
Lanjut, di sisi lain, istri juga harus bisa menghargai bahwa suaminya sudah berkorban dengan tidak mematok standar ibu rumah tangga padanya. Istri-bekerja perlu merasionalisasi target karir atau pekerjaannya, disesuaikan dengan alokasi waktu untuk keluarga. Istri–bekerja tidak perlu merasa karirnya terlalu lambat saat tidak bisa mencapai target setinggi rekan yang lain. Istri-bekerja tidak sepatutnya membandingkan diri dengan pencapaian rekan kerja pria-nya dimana istrinya IRT, atau rekannya yang single, di mana dia mungkin bisa bekerja lembur semaunya. Masa depan keluarga dan anak-anak akan menjadi satu pencapaian tersendiri yang tak kalah pentingnya.
Hidup ini harus balance, termasuk antara keluarga dan pekerjaan. Baik istri atau suami bekerja, seharusnya tidak perlu merasa bersalah jika tidak bisa mengikuti rapat mendadak yang diadakan seusai jam kerja. Asalkan tugas sudah dipenuhi sesuai standar, masalah keluarga lebih penting. Jika ternyata suami atau istri berbaik hati mengijinkan pasangannya bekerja overtime, maka ia harus berjanji memberi hadiah setimpal. Hargai pengorbanannya. Jangan kemudian egois karena bekerja overtime maka mengabaikan tugas masing-masing yang sudah disepakati. Jikapun harus melimpahkan tugas itu, maka memintalah kepasangan kita dengan baik-baik.
Jika suami-istri bisa menghargai posisi masing-masing, ada pembagian tugas kerumah tanggaan yang jelas, plus lingkungan kerja mendukung; maka model suami-istri sama-sama bekerja ini pun bisa menjadi model ideal. Baik suami maupun istri perlu sedikit berkorban untuk menyesuaikan diri dengan kondisi ini. Namun, tidak ada yang perlu jadi martir. Istri tidak perlu berhenti bekerja, jika di situ ia bisa berkarya untuk dunia. Tidak ada yang tahu kan bisa jadi sang istri bisa mengubah dunia dan suaminya pasti laki-laki hebat nan bijaksana.
Maaf ini blog terpanjang ya he he. Saya paham pembaca suka melihat judul, awal dan akhir bacaan. Maka mangga bagi yang kuat baca, dibaca pelan-pelan. Jika tidak, bisa baca paragraf akhir diatas sebagai kesimpulannya.
Ketikan diatas diramu dari berbagai sumber dan literatur.
Kang Jay.
Krena tuhanmu tak pernah membiarkan anda berjuang sendiri.
Oleh: Yunda Fitrian
"Ah, emak-emak depresi itu kurang iman aja!"
Kadang ada orang yang menganggap depresi atau stres tingkat tinggi itu karena kurang iman. Kurang ibadah. Kurang ngaji.
Saya tidak punya cukup ilmu untuk menilai. Tapi saya ingin berbagi sesuatu yang saya dapat setelah merenungkan kisah seorang perempuan penghulu surga.
Perempuan terbaik, paling shalihah di zamannya; Maryam binti Imran. Bunda dari Nabi Isa Alayhissalam.
Alquran mengabadikan ucapan Maryam saat hendak melahirkan Isa alayhissalam. Sebuah kalimat yang menyiratkan beban mental begitu berat.
Sebuah kalimat yang menurut saya, terlalu tabu untuk diucapkan. Apalagi oleh seorang perempuan yang menjadi pemimpin perempuan surga. Kalimat yang mungkin kalau diucapkan di hadapan emak yang gak empati, responnya persis sama dengan kalimat yang saya tulis di awal tadi ?
Allah mengabadikan ucapan curhat Maryam itu dalam Alquran. Ucapan yang memang hanya Maryam ucapkan dalam kesendirian, bukan di hadapan kaumnya apalagi di medsos yak. Ucapan tersebut tertulis dalam surat Maryam ayat 22-23.
"Dan kisahkanlah di dalam Kitab (Al-Qur’an) tentang Maryam, ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Rasa sakit hendak melahirkan membawanya pada pohon kurma, ia berkata: “Oh, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tak berarti dan dilupakan.”".
Saya membayangkan duka hati Maryam. Seorang gadis yang beribadah siang dan malam di Baitul Maqdis. Semua orang hanya mengenalnya sebagai seorang perempuan shalihah.
Lalu tiba-tiba ia hamil tanpa suami? Apa kata dunia??
Maryam tahu tak akan ada yang percaya. Hanya Zakariya dan istrinya, yang yakin akan kebenaran cerita Maryam.
Setegar-tegarnya Maryam, setinggi-tingginya iman Maryam, gadis itu tetap hancur hatinya mendengar omongan orang.
Itu Maryam, perempuan paling shalihah pada zamannya. Paling banyak zikirnya. Paling bagus ngajinya. Paling tebal imannya. Jangan ditanya ibadahnya.
Bisa-bisanya perempuan seshalihah itu akhirnya berkeluh kesah? Bahkan sampai berucap mengharap kematian?Hanya karena omongan orang?
Betapa begitu besarnya pengaruh kalimat tuduhan, nyinyiran, dan penghakiman terhadap batin seorang Maryam.
Maryam sang manusia pilihan masih bisa merasakan sakit hati, pilu terhadap pandangan orang.
Bahkan sampai berandai mati saja. Dilupakan orang. Dianggap tak pernah ada. Daripada harus menghadapi dunia yang tak berpihak padanya.
Di situlah saya tersadar. Maryam, perempuan shalihah yang imannya tak mungkin diragukan itu, hanya manusia biasa.
Manusia, diciptakan Allah dengan fitrah rasa. Punya emosi dalam jiwa. Keberadaan iman tidak meniadakan gejolak emosi manusia. Melainkan mengarahkannya untuk mengelola segala rasa dalam taat padaNya. Tapi sekali lagi, bukan menghilangkan semua emosinya. Inilah bedanya manusia dengan malaikat.
Butuh waktu bagi manusia untuk mengelola emosi jiwa dan buncahan rasa. Ada proses yang perlu dilewati, bukan dalam sekejap mata.
Ah, entah mengapa setelah membaca kisah Maryam, saya tak sampai hati menyimpulkan perempuan yang depresi itu kurang iman.
Justru bisa jadi episode depresi yang mereka alami, adalah cara Allah menaikkan mereka ke derajat yang lebih tinggi. Atas jihad mereka mengelola hati.
Siapa tahu, sakit hati yang mereka rasa, adalah jalan menuju surga. Sebab gugurnya dosa. Sebab pahala atas lelah jiwa.
Jangan-jangan saya yang ujiannya biasa-biasa saja, sedang jalan di tempat belok kiri dikit masuk neraka, hiks naudzubillahimindzalik..
Kembali ke kisah Maryam. Setelah curhatan duka tersebut, Allah pun langsung meresponnya.
Ternyata bukan dengan menghardik Maryam karena ia mengeluh berandai mati saja. Allah tidak bilang, "Eh Maryam, gak boleh ngomong gitu! Mana iman kamu?!".
Tidak.
Allah Maha tahu, manusia yang ia ciptakan sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Sedang kalut dengan emosi yang mengaduk jiwa.
Allah Maha tahu, yang dibutuhkan Maryam saat itu bukan omelan. Bukan nasihat. Tapi dukungan. Ketenangan.
Apa yang Allah lakukan?
Surat Maryam ayat selanjutnya, 24-26.
"Kemudian Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyang-goyangkanlah pelepah pohon kurma itu ke arahmu niscaya akan gugur buah-buah kurma yang telah masak itu kepadamu. Maka makanlah dan minumlah, dan senangkanlah hatimu. Jika kamu melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar kepada Yang Maha Pengasih untuk berpuasa, maka aku takkan berbicara kepada seseorang pun pada hari ini.”"
Allah mengutus 'konselor' berupa malaikat Jibril untuk memandu Maryam. Menghalau kesedihan dan menuntunnya fokus pada kekuatan yang masih ia miliki. Perintah untuk menggoyang pelepah pohon kurma untuk menjatuhkan kurma matang adalah cara Allah membuat Maryam percaya dirinya masih punya daya.
Selanjutnya Maryam diminta makan dan minum, serta menyenangkan hatinya. Menurut saya, ini solusi yang sangat manusiawi!
Maryam yang sedang tenggelam dalam rasa sakit karena melahirkan, emosi sedih membayangkan tudingan kaumnya, diberikan kesempatan untuk makan dan minum. Setelah terselesaikan kebutuhan pokoknya tersebut, barulah Allah menyuruh Maryam menyenangkan hatinya.
Selama Maryam menata hati, Allah beri ia kesempatan untuk menenangkan diri, memenangkan pertempuran batinnya dengan berpuasa. Maryam diperintahkan untuk berpuasa dan tidak berbicara. Tidak membantah apapun komentar negatif kaumnya.
Masya Allah.
Membaca kisah ini sungguh membuat saya merasakan kasih sayang Allah. Bahwa Dia tak pernah meninggalkan hambaNya. Tidak pernah membebani di luar batas kemampuan hamba Nya. Bahwa Allah sangat memanusiakan manusia.
Bahwa ungkapan kesedihan, merasa tak ada harapan, bukanlah pertanda hilang iman. Melainkan pertanda bahwa yang mengucapkannya hanyalah manusia. Ciptaan Allah yang dibekali fitrah rasa. Makhluk yang membutuhkan perlindungan Robb-nya.
Maka jika ada emak yang curhat kelelahan, sedih, sampai punya keinginan menyakiti diri sendiri atau anaknya, jangan buru-buru menghakiminya kurang iman.
Ajaklah ia duduk nyaman, fokus pada kekuatan yang masih dimilikinya. Bawakan makan, minum, dan senangkan dulu hatinya. Baru bantu ia menata emosinya.
Jika sang emak curhatnya di medsos, gak usah nimbrung komentar nyinyir. Cukup diinbox, diwapri, diajak ngobrol personal aja. Kalau benar-benar peduli dan sayang padanya.
Sebab kita tak pernah tahu, Allah mungkin sedang menaruh perhatian padanya. Sedang mengamati siapa yang akan ikut dapat pahala dalam skenario ujian seorang hamba. Siapa yang ikut menolong dengan tulus dan siapa yang hanya ikut menjatuhkan sesama.
Wallahu a'lam bishshawab. Semoga Allah kuatkan semua ibu yang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Makan, minum, dan bersenang hatilah, Bunda. Sebab Allah sedang membukakan jalan menuju surga. InsyaAllah.
*NOTE*s
Menurut saya, Dari sini ada garis merah dr hobi wanita saat ini yg terjawab :
Hal yang wajar dan manusiawi kalo wanita stress bawaannya pengen makan,
Sedih - makan
Senang - makan S
hati - makan K
ternyata itu salah satu cara untuk menyenangkan hati ?
Cuma beda nya Siti Maryam binti Imran makannya Kurma matang, sedangkan kita para wanita sekarang,, makan burger, ketoprak, pizza, buble tea atau apalah yg kalori nya tinggi.
Akibatnya.. BB naik drastis ?? Dan menambah ke setresan kita ??? #angka timbangan geser ke kanan
Bagaimana menurut Anda? Setuju kah?
Saya teringat nasehat kyai langitan yang sudah meninggal, kyai yang sangat dihormati oleh pak Jokowi dan pak Prabowo, yaitu nasehat tentang mahar:
“Nak, kalau kamu menikah, usahakan mahar istrimu kasih yang banyak walaupun calon istrimu hanya minta mahar seperangkat alat sholat. Jika tidak punya uang, kalau bisa ya cari-cari dulu, karena uang mahar itu berkah jika dipakai usaha. Nanti, setelah menikah kamu minta izin ke istrimu uang mahar itu akan dipinjam dan dipakai untuk modal usaha, insya Allah usahamu akan berkah dan sukses.”
Nasehat ini dipraktekkan oleh santrinya, dan banyak santrinya yang benar-benar berkah dan sukses. Eehhmmm.......
Kang Jay
"Kenapa kamu belum Menikah ? "
Dgn santuynya Wanita itu Menjawab
"Karena saya belum siap!!
Lantas wanita itu balik bertanya " kamu sendiri kenapa belum menikah ?"
"Karena kamu belum siap."
Jawab laki² itu sambil tersenyum