Sebenarnya sampai saat ini pun banyak ustadz dan kyai masih mempertanyakan apakah jodoh adalah takdir, melihat bahwa jodoh juga mengikuti sebab-akibat seperti usaha dan doa.
Saya pernah mengikuti ceramah jum'at, sang Habib berapi-api bilang Jodoh Bukan Takdir, saya cukup lama mencernanya sambil garuk-garuk kepala tanda bingung he he he.
Kalau saya sendiri sih cenderung melihat jodoh adalah takdir seperti ajaran dibuku-buku agama saat sekolah, namun ketika saya cerna dari ceramah itu maka saya juga ikut heran karena banyak diantara kita terlalu saklek menganggap bahwa jika jodoh adalah takdir maka jodoh itu harus SEMPURNA, padahal kesempurnaan sangat mustahil didapatkan dalam hubungan asmara.
NAH POLA BERPIKIR seperti ini yang bisa membahayakan hubungan rumah tangga, kata sang Habib. Jodoh Tidak Sempurna = Jodoh Bukan Takdir, padahal takdir adalah ghoib. Ketika sampai rumah, saya merasa berhasil mencerna apa yang disampaikan sang Habib, masuk akal juga sih. Masih sangsi sih, ya sudahlah. Mungkin yang ingin disasar oleh sang Habib adalah Pola Berpikir nya.
Coba saya ulas.
Jika kita terlalu percaya hubungan sukses adalah hasil dari takdir jodoh, maka kita akan cenderung malas menyelesaikan masalah hubungan karena kita pikir pasangan kita harusnya sempurna dan hubungan seharusnya selalu lancar. Misal kita kenalan dengan cowok atau cewek kemudian kita merasa banyak kekurangan didiri dia dan banyak masalah terjadi, dengan mudah kita langsung menjudge "Oh dia bukan jodohku, karena jodoh yang disiapkan Tuhan untukku adalah jodoh sempurna dan lancar seperti yang aku idam-idamkan". "Aku tuh cowok atau cewek baik-baik lho (versi dia) jadi harus dapat yang baik-baik juga (lagi-lagi versi dia juga)". Hellooooooo...any body home.... Padahal sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik disisi Allah.
Kalau kita terlalu percaya pasangan hidup kita (misal sudah nemu) adalah jodoh sempurna yang ditakdirkan untuk kita, maka kita akan menyalahkan pasangan jika terjadi masalah. Kita akan mengkritik pasangan jika dia melakukan kesalahan. Kita akan menuntut pasangan untuk berubah demi kita. Akibatnya jika tidak, maka kita akan dengan mudah meninggalkan hubungan dan mencari orang lain yang kita anggap sempurna. Padahal kesempurnaan tersebut hanya ekspektasi yang membutakan kita untuk menjalani hubungan secara realistis dan sehat.
Sedangkan jika pasangan lain yang tidak terlalu memusingkan bahwa jodoh yang dia dapat saat itu adalah takdir sempurna namun berfikir yang REALISTIS, maka saat menghadapi konflik akan lebih sehat. Mereka memberikan ruang terbuka untuk mengungkapkan perasaan dan keinginan satu sama lain demi memperbaiki konflik. Mereka tidak menahan uneg-uneg karena mereka tahu hubungan mereka tidak sempurna, sehingga mereka akan terus berusaha demi satu sama lain.
Hal ini berbeda dengan orang yang percaya dengan jodoh adalah takdir sempurna. Ketika menghadapi konflik, konflik tersebut justru dianggap sebagai tanda pasangan mereka bukanlah jodoh yang ditakdirkan untuk mereka. Alih-alih memperbaiki konflik, malah langsung menjudge itu bukan jodoh dia, jadi harus secepatnya bercerai dan mencari jodoh sebenarnya yang ditakdirkan Tuhan, ha ha ha pikiran sesat.
Jadi silakan saja kita percaya dengan jodoh adalah takdir yang tidak bisa diubah. Namun tetap selalu berpikir bahwa jodoh kita adalah orang yang tepat menurut standar kita sendiri, bukan artinya sempurna. Setelah bertemu orang yang tepat, kita tetap harus berusaha membangun hubungan yang sehat dan sudah pasti akan ada konflik yang harus dihadapi.
Sekali lagi walau itu takdir, namun jodoh jangan hanya ditunggu dan didoakan, jodoh juga harus tetap dicari dan diusahakan dengan tingkatkan terus kualitas diri dan standar kita dalam mencari pasangan. Kita harus selalu bersikap realistis untuk terus berusaha agar hubungan berjalan mulus dan sukses.
Kang Jay
Apa kabar semua semoga dalam keadaan sehat,sudah lama tidak buka AN kayaknya banyak yang baru.. salam kenal dariku.
krn jujur,kesetiaan,perhatian.....
adalah kunci kebahagiaan.......
Kebanyakan orang yang lama menjomblo banyak yang tak bisa menjelaskan mengapa sampai saat ini jodoh kita belum datang.
Ada alasan unik yang tanpa disadari membuat kita sulit menemukan belahan jiwa, yakni menyabotase diri sendiri.
Menyabotase diri sendiri bisa diartikan sebagai secara aktif meremehkan dan menutup peluang untuk interaksi sosial atau pun potensi bertemu orang baru.
Pada kondisi ini, kita mengatakan pada dunia bahwa kita tidak tertarik pada suatu hubungan baik secara sadar atau tidak sadar.
Kita seringkali menyalahkan faktor eksternal, misalnya menyalahkan cuaca panas atau macet sehingga malas datang ke sebuah undangan acara, menyalahkan teman yang dekat dengan kita berperangai buruk semua. Inti dari kebanyakan sabotase diri adalah rasa takut.
Ada kisah tentang sepupu saya, dia cantik, sarjana ekonomi dan bekerja sebagai SPG produk kosmetik. Dia paling males diajak ke acara keramaian. Tante saya sempat bingung bagaimana mencarikan jodoh untuk putrinya. Ada anak kenalan ibunya dikenalkan namun dibilang anak mami. Usia sepupu saya pun bertambah, pada akhirnya kandidat yang ada kebanyakan adalah duda. Ada salah satu duda serius yang datang kerumah, namun sepupu saya selalu mencari celah bagaimana sang Duda merasa tidak nyaman dan berusaha mempengaruhi ibunya bahwa sang duda berperangia buruk dan masih mengingat mantan istrinya.
Akhirnya sang duda mundur teratur. Sepupu saya dengan bangga bilang ke mamanya, "Tuh kan ma, untung eteh tidak serius ama dia, dianya cuman main-main nyatanya ga pernah datang lagi, untung eteh masih dijaga Tuhan untuk tidak mendapatkan suami berperangai buruk". Mamanya cuman bisa mengelus dada, jika sekali dua kali bilang kenalan prianya dicap buruk tak apa, namun kalau sering???. Kemudian takdir tidak bisa ditolak, diusia 41th sepupu saya meninggal karena Leukimia. Sedih jika teringat sepupu saya yang cantik ini, teman main saya karena kita hampir seumuran. Ini benar-benar kisah nyata. Saya masih sering meninggalkan ucapan ulang tahun di FB nya, adiknya (sepupu saya juga) suka membalas pesan saya karena dia adminnya.
Sebenarnya kondisi mensabotase diri ini dapat dimengerti bahwa banyak orang menahan diri demi melindungi diri sendiri agar tidak terluka. Ini terutama disebabkan oleh rasa takut akan penolakan dan keinginan untuk menghindari patah hati.
Sering kali ketika seseorang secara emosional terluka di masa lalu, wajar untuk melindungi diri. Tapi ada perbedaan antara bersikap skeptis secara sehat dan merusak kebahagiaan sendiri.
Banyak orang yang tanpa sadar menyabotase peluang mereka menemukan cinta karena adanya kenyakinan negatif, seperti merasa lebih baik saya sendiri, takut menjadi korban perselingkuhan, dan berpikir tak punya waktu untuk menjalin asmara.
Secara umum, pada kondisi ini memang kita belum siap menjalin asmara karena masih memegang beberapa keyakinan itu.
Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Ini mungkin klise, yaitu belajarlah mencintai diri sendiri. Ada banyak manfaat untuk belajar mencintai diri sendiri sebelum kita dapat mencintai orang lain.
Saat mencintai diri sendiri akan timbul kasihan, kasihan tubuh ini belum pernah merasakan pernikahan, kasihan tubuh ini belum mencoba digunakan untuk mendapatkan anak, kasihan tubuh ini belum banyak dibelai oleh kekasih hati, dan lain sebagainya.
Belas kasih dan kesadaran diri adalah langkah pertama dalam menarik dan mengembangkan hubungan positif.
Kang Jay
1..manis indah awalnya hnya bbrp bulan atau thn
2...tahap pain,,,konflik mulai dtng..muncul kburukkan dan kkurangan pasangan nampak jlas
trs flat...mulai bosn,,,kasih syg pudar,,,sling mnyalahkan,,,
akhirny dtng bumbu2 dr luar yg mmprkruh(orang ktiga:WIL,PIL,MRTUA,SOdara)
blsing...tahap dlm mnntukan arah kmbli atau mnyusun kmbli kasih syg....
atau jln brakhir ...brgantung ksabaran dan ktahanan untuk mnjga prnikahan
smua akan trlwati.
so,,,sblm tahap konflik mmuncak,,,sbaikny sblm mnikah knali calon psangan sbaik mungkin,,,jgn skdar lihat CV...lihat kluarganya,,,krn nikah bukan hny mnjalin rlasi dgn pasangan kita ttapi with familynya...slnjutny brdoa kpada Alloh dgn syakin2nya...krn itu yg utama...
Annyeoung haseyo
Ya maap2 kata dah yak, buat yang gak suka drakor, kalo belakangan gw bakal ngeblog soal drakor. Anggap aja gw lagi nyari trade mark selain komen-komen unfaedah gw dan gebukin akun2 annoying
Gw lagi pengen bahas soal judul drakor diatas yang belakangan viral dan menambah penonton abal2 yang pinisirin sama drakor ini yang ada pelakornya ceunah. Ya kalo soal gitu2 sih emang sekejap jadi sesuatu dah.
Tapi gw melihat dari sisi yang lain. Bukan dari sisi drakor ini seru karena si pelakor. Biasanya cerita soal keluarga baik-baik dulu, baru nongol pelakor dan konflik soal perseteruan istri sah dan pelakor. Kemudian terjadi pilihan dan memutuskan, kemudian tamat. Yang kalo disalah satu tipi nasional, tamatnya ditandai dengan azab yang terjadi pada si pelakor dan atau pada si suami yang berselingkuh. Jangan harap yak azab2 gitu ada di drakor wkwkwkkkkk...
Gw suka drakor ini karena menurut gw persoalan sesungguhnya bukan soal pelakor, - iya, ada, tapi 6 episode doang- selebihnya adalah kehidupan pasca perceraian yang terjadi karena perselingkuhan salah satu pasangan. Bagaimana para mantan (istri/suami) bersikap setelah rumah tangga itu hancur dan ada anak-anak yang jadi korban yang harus diselamatkan psikologisnya.
Bahwa setelah perceraian itu selesai dengan keluarnya akta perceraian ; what next ???
Kehidupan perkawinan selesai, iya. Tapi kehidupan setelah perceraian dengan adanya anak-anak masih akan terus berlanjut dengan episode yang tidak akan pernah selesai. Apalagi kalo memang kek drakor ini yak, asli drama bener dah...
Ada memang kehidupan kek drakor gitu. Ketakutan sang istri kalo2 suaminya balikan lagi sama mantan istrinya. Ketakutan kalo2 si suami selingkuh lagi. Ketakutan kalo anak terdahulu bakal mengganggu rumah tangga yang sekarang.
Keresean mantah suami yang ganggu banget. Entah karena gak terima digugat cerai, entah gak terima kalo mantan istri kawin lagi dan dapet yang lebih oke dari dirinya. Entah karena emang masih punya rasa.
Walaupun, senyatanya ada juga sih yang ketika sudah selesai semuanya, ya udah aja. Kelar. Baik-baik. Tidak ada gangguan apa-apa. Lapang dada menerima kenyataan hidup yang tadinya belahan hati belahan jiwa oh bulan oh bintang, you're my sunshine, bukan jadi siapa2 kemudian. Hanya sekata ; mantan.
Dan senyata yang lain lagi, ketika semuanya selesai, maka tanggung jawab terhadap anak-anak juga selesai. Luar biasa sih yang kek gini. Luar biasa ngaco !!! (((pengen berkata-kata kasar tapi ntar menurunkan kadar image gw yang udah turun merosot tajam ))).
Gw rasa sih memang tidak ada kehidupan yang baik-baik saja setelah perceraian. Bagi yang bercerai mungkin akan merasa lebih baik. Tapi anak-anak tidak.
Satu hal ; semua pihak terluka.
Sesungguhnya.