User blogs

Adil VIP
Dua kali puasa, dua kali lebaran.

Namun Jodoh tak kunjung datang.


Nasib.


Adil May 23 '20 · Nilai: 5 · Komentar: 3
Jayadiningrat VIP


Ini bukan kisah hidupku, namun akan kuceritakam kisah yang mengharu biru:


"Lagi apa Aa disana?" Suara ibuku di ujung telefon. "Lagi rebahan, Ma," jawabku jujur.
"Lebaran ini pulang? Mama dan Abah rindu," kata Ibuku. Nada suaranya pilu.


"Aku mohon maaf Ma, dan mohon keridhaan Mama dan Abah, aku tak bisa berkumpul lebaran ini, Ma," jawabku. Wabah Corona dan aturan PSBB memang tidak memungkinkan untuk sembarangan pulang kampung.


"Apa kabar Ani?" tanya ibuku. Seketika, pertanyaan itu membuat lidahku kelu. Membuat jantungku berdegup tak beraturan.


"Belum komunikasi lagi, Ma," jawabku. Selanjutnya ibuku bercerita tentang rasa rindunya kepada sang mantan mantu, "Dulu, berapa hari sebelum lebaran, pasti Ani bantu Mama pilihkan model pakaian lebaran..." Aku lebih memilih diam.


"Ya sudah, kamu baik-baik ya di sana kalau memang tidak bisa mudik." "Iya, Ma, kita saling mendoakan saja ya Ma" kataku sekenanya.


Ibuku menutup sambungan telefon setelah menyampaikan beberapa pesan ampuh bagi anak keduanya. Meskipun sudah berusia 35 tahun, ibuku selalu memiliki pesan khusus untuk kami lima bersaudara.


Langit Depok terlihat muram. Hujan turun deras sejak tadi pagi. Aku kembali meneruskan aktivitasku, rebahan di kamarku yang hanya berukuran 4x4. Kamar kost yang kutinggali enam bulan terakhir ini.


Entah kenapa, hari ini rasanya aku terlalu malas. Tidak ada satu pun pekerjaan yang aku selesaikan padahal waktu sudah hampir pukul 12, walau WFH biasanya aku sudah duduk manis setengah hari mengerjakan beberapa tugas. Separuh hari, kubuang dengan cara yang sia-sia.


Adzan berkumandang, memanggil untuk bersiap menghadap Sang Maha Kuasa. Aku melangkahkan kaki. Walau terasa enggan aku selalu mencoba untuk memaksakan memenuhi panggilan-Nya di waktu terbaik.


Sudah sesiang ini, artinya waktu puasa di hari ini tinggal setengah. Lebaranpun tinggal dua hari lagi. Ah, lebaran ini akan sangat jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Bukan hanya karena adanya PSBB dan wabah Corona. Ada hal lain yang lebih membuatku merasa bahwa Lebaran ini jauh berbeda.


Aku mengambil air wudhu. Menggelar sajadah melakukan sholat empat rakaat. Aku sholat, dengan penuh kesungguhan. Sujudku kupersembahkan kepada sang Maha Kuasa, Maha pengatur jagat raya dan semua yang terjadi di dalamnya. Aku benar-benar merasa kecil dan tidak berguna.


Tidak terasa, ada air mata yang terurai, kesedihan menjalar. Aku tidak lagi bisa menahan tangis, sisi kelelakianku ambrol.




Kata-kata Mamaku tentang Ani membuatku menangis hari ini, hari sebelum lebaran, ada kehilangan yang begitu besar dalam hati. Bayangan Ani memenuhi kepalaku.


Teringat perkataanku waktu itu, "Aku talak kamu, dan kita tidak akan bisa lagi bersama.".


Kalimat itu yang membuat aku menjadi begini hari ini. Tentunya kalimat itu pula yang membuat Ani hancur lebur. Ya Tuhan, maafkan lidah ini, maafkan apa yang telah aku ucap.


Terbayang sudah, wajah Ani yang pucat pasi, matanya tidak lagi bersinar, Istriku menangis sepanjang malam karena ulah dan perkataanku. Ani bersimpuh di kakiku, berlutut dan memohon aku menarik kalimat itu. Namun apa daya, kalimat itu bukan lagi kalimat yang Pertama dan Kedua kali, itu adalah yang Ketiga. Dimana kami tidak mungkin rujuk lagi. Aku menyerah pada keadaan, mungkin Tuhan memang sudah tidak mengizinkan kami bersama lagi.


Aku memutuskan meninggalkannya kala itu karena aku pun ingin menjaganya, tak lagi mau menyakitinya.
Ah Ani, sampai saat ini aku masih sangat menyayangimu. Namun apa daya, sudah terlalu sering kita bertengkar bukan?.


Lebaran tahun lalu, kita masih bisa bersama, saling mengunjungi ke sesama saudara. Ani engkau kugandeng dengan bangga, bergamis panjang dan kerudung yang dipadu padan dengan cantiknya. Baju kami pun sama warnanya. Kami selalu percaya bahwa cinta yang kami miliki kuat adanya. Kemudian sesampai dirumah, kitapun berpelukan dan kemudian Ani mencium tanganku sambil meminta maaf atas kesalahannya setahun lalu, akupun begitu. Namun kali ini sudah tidak bisa bersama lagi. Ani di sana dan aku di sini dengan rasa kehilangan yang sama.


"Sudah sahur belum? Makan sama apa buka puasanya? Lekas beli penanak nasi, biar sahur bisa makan nasi hangat!" ujar Ani. Bawelnya tidak pernah hilang. Walaupun sudah tidak bersama lagi, Ani masih sempat mengingatkanku.


Ah, aku rindu saat-saat itu.


Sore hari, jika udara cerah, kami jalan-jalan ngabuburit, mencari penganan untuk takjil. Atau, sesekali istriku mendadak sangat repot dengan bahan masakan yang akan akan dibuatnya, akhirnya aku terpaksa pergi sendirian mencari kolak. Meninggalkannya bertempur di dapur menyelesaikan menu santapan berbuka kami.


Kalau hujan deras, kami akan memilih untuk diam di rumah, memasak apa saja yang ada di kulkas. Hebatnya, Ani selalu bisa membuat makanan enak walau bahan seadanya.


Kini, hujan turun juga, Ani. Namun kita tidak lagi memasak bersama membuat menu berbuka. Ani, kamu sedang apa di sana? Adakah kamu mengingatku seperti aku mengingat semua tentang dirimu?.


Kadang, jika boleh meminta, ingin rasanya kembali ke masa lalu, memperbaiki semuanya. Tidak akan pernah aku sia-siakan dia. Akan aku didik, aku jaga, aku bimbing dengan sepenuh tanggungjawabku. Mungkin kini aku tidak perlu melihatnya susah payah bekerja untuk menafkahi dirinya sendiri.


Ani, sekali lagi, maafkan aku.


Ani, yang kadang keras kepala dengan keinginannya, rasanya ingin aku meminta maaf berkali-kali, jika aku tidak cukup bersabar menjadi pendamping terbaik. Namun aku yakin, dan aku pun merasakan betul, cinta Ani masih begitu besar kepadaku. Aku yakin, tidak akan pernah ada benci dalam hatimu, begitu pula denganku, aku tidak pernah menyimpan dendam padanya.


Hanya saja aku telah mengambil keputusan Ketiga itu.


"Kamu mau aku bantu carikan penggantiku?" ujarnya lewat sebuah pesan WA.


Tanpa sadar, aku pun memintanya mencarikannya, dengan nada yang lapang Ani pun mengiyakan dan siap mencarikan. Ketika aku sadar diri dan mengenang beberapa kejadian yang membuat aku cemburu, hari ini pasti aku telah melukai hatinya.


Ani, maafkan jika aku sudah membuatmu merasakan cemburu dengan bahasan tentang calon istri baruku.


Sajadah sudah kulipat lagi. Aku kembali beranjak ke tempat tidur. Berbaring lagi, melamunkan sosoknya. Takdir tidak bisa berubah begitu saja, apa yang sudah terjadi akan sulit diperbaiki dan terulang kembali. Ani akan tetap menjadi dirinya yang sekarang, dan aku pun akan tetap menjadi diriku yang saat ini masih terus kupelajari.


Ya, aku tidak akan pernah berhenti belajar menerima keadaan diri. Berjuta cara, aku selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan tidak mengulang kesalahan yang sama.


Untuk Ani, ada rangkaian doa yang selalu aku panjatkan. Semoga dia mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik daripadaku.


Terima kasih, Ani.


Kang Jay

Jayadiningrat May 22 '20 · Nilai: 5 · Tags: ani
Jayadiningrat VIP


Jika jodoh tak akan ke mana, jika belum jodoh usaha apapun yang dilakukan tak akan membuahkan akhir bahagia.


Seperti kisah pria ini yang sudah bekerja keras menabung untuk menikahi kekasihnya. Ternyata kisah cintanya berakhir pedih.


Perkenalkan pria bernama Azam, pria pada umumnya, lulusan D3 usia 29 tahun bekerja sebagai screenwriter di salah satu stasiun TV swasta. Perkenalannya dengan Rita seorang gadis pegawai swalayan usia 25 tahun karena dikenalkan oleh temannya, "Zam, kamu mau gak aku kenalin ama cewe manis tetangga kosku, baru putus dari pacarnya, anaknya baik lho".


Gayung bersambut, akhirnya Azam dan Rita bertemu di salah satu restoran cepat saji ditemani temannya. Pada pandangan pertama, Azam merasa cocok dan sedikit malu-malu dia membuka percakapan, semua menjadi cair. Kemudian terjadi beberapa pertemuan sepulang kantor bahkan menjelang tengah malam jika Rita mendapat shift malam.


Mereka berdua sudah saling merasa nyaman, Rita menganggap Azam adalah teman curhat yang baik, yah Azam adalah pendengar setia, dalam menyimak curhatannya bahkan kadang kala Azam ikut terbawa emosi.


Hingga akhirnya 2 bulan telah berlalu, pada suatu malam dipertemuan sepulang ngantor, sang gadis seperti terlihat gelisah, lalu dia memberanikan diri menanyakan status hubungan mereka. Azam sebenarnya belum siap menjawab, namun dia akhirnya memberanikan diri 'juga' bilang bahwa dia juga ingin menikah.


Beberapa hari kemudian mereka bertemu kembali, sang gadis menanyakan lagi, "kapan?", Azam pun menjawab untuk beri waktu dia mengumpulkan uang dulu untuk biaya pernikahan yah setahunan. Si gadis sepertinya rasa gusar dan terlihat gak sabar langsung bilang "bagaimana kalau kita tunangan dulu", Azam mengiyakan.


Mulailah perjuangan Azam dalam menabung untuk biaya nikah, mereka masih rajin bertemu sepulang kantor.



Namun nasib berkata lain, setelah empat bulan dia bekerja keras mengumpulkan tabungan pernikahan. Sang kekasih memutuskan hubungan mereka untuk kembali ke mantan pacarnya sebelum dengan dia. Azam sangat bersedih, harapannya bersanding dengan kekasih hatinya telah pupus, uang tabungan yang dia kumpulkan pun hanya bisa dia pegang dan pandangi. Trenyuh.


Kisah diatas sebenarnya sering kita dengar disekitar kita. Sebagai pria saya menganalisa sebenarnya si gadis sudah memberi sinyal yaitu dari gelagat sang gadis meminta menikah segera atau setidaknya tunangan dulu.


Ini memperlihatkan kegalauan dia, antara mantan terindah yang masih dia cintai atau kekasih baru yang 'mungkin' belum dia cintai tapi mungkin bisa menawarkan komitmen menikahinya, namun sayangnya komitmennya lama yaitu satu tahun lagi tanpa dibarengi dengan pertunangan yang dijanjikan. Disisi Azam dimaklumi, mungkin dia tidak tahu situasi itu, mungkin jika diberi tahu, tentu si gadis merasa gak etis memberi tahu, mungkin si Azam menikahinya segera. Pada akhirnya sang gadis berpikir sendiri dan memutuskan kembali ke mantan kekasih hatinya, walau dia sadar si Azam lagi mengumpulkan uang ha ha ha.


Saya akui, wanita suka dengan gercep pria. Tapi kita pria tidak suka gerak cepat kalau urusan nikah. Dipikiran kita pria langsung mikir: gimana biaya nikah, mau dikasih makan apa, bulanan cukup gak, mau tinggal dimana, bagaimana pendapat bapak ibu, sudah yakin belum sebagai calon ibu dari anak-anaknya kelak dll. Coba aja perhatikan mempelai di pelaminan, yang paling ceria siapa. Putri saya saat menikah ceria sekali, sampai keingetan si A si B gak datang ha ha ha. Saya memahami kemurungan suami putri saya, langsung sehari kemudian setelah resepsi saya kasih rumah dan isinya, tapi tetep ya itu hibah diatasnamakan putri saya, dia langsung ceria sampai sekarang. Saya suka heran ama para orang tua yang nahan-nahan warisan, sang anak harus menunggu sampai orang tuanya koit dulu, padahal kan lebih bahagia sebagai orang tua bagi warisan saat kita masih hidup dan melihat mereka bahagia. Bukan memanjakan, namun sampai kapan punya rumah, pun bisa KPR maka mereka harus hemat karena sepertiga uangnya buat bayar KPR, belum cicilan kendaraan, susu anak bahkan ada orang tua yang masih berharap kiriman bulanan.


Saya teringat, pernah suatu waktu 6 tahun lalu berkenalan dengan Janda di AN, itu pertama kali saya kopdar. Dihari pertama kali jumpa itu saya cukup surprise dengan keterbukaan dia, saat kita berdua pindah dari restoran cepat saji ke bioskop, didalam taksi dia berucap mengapa kita tidak langsung ke KUA saja, mungkin itu candaan bagi dia namun bagi saya yang sudah lama sekali tidak pernah nge-date terakhir usia 21 tahun sebelum menikah, itu terdengar seperti tantangan dan sangat menantang. Seharian saya sampai berpikir apa samber aja apa semudah itu. Apa perlu saya besok bareng berangkat ke KUA? Mumpung besok buka kalau sabtu minggu kan tutup ha ha ha. Kalau tutup mosok ke KUD.


Kang Jay

Jayadiningrat May 21 '20 · Nilai: 2 · Tags: balik, ke, mantan
JanuAriyanto VIP
Lagi.coba untuk serius malah dia putusin q nggak jelas alasannya
JanuAriyanto May 21 '20 · Komentar: 2 · Tags: sabar.ya allah
Jayadiningrat VIP


Diusianya yang sudah menginjak tiga puluh lima tahun telah membuat gundah gulana. Apalagi adiknya telah lebih dulu menikah tiga tahun yang lalu.




Sebenarnya secara fisik, Allah telah memberikan anugerah cantik dan juga cerdas, sehingga banyak orang yang mempertanyakan tentang kesendiriannya. Bahkan mereka berpikir dirinya terlalu banyak memilih.


Terkadang dia ingin menangis setiap kali ibundanya melihat dirinya seolah berkata "Kapan kamu menikah anakku?" Hatinya terasa perih. Setiap malam selalu berdoa dan berharap agar segera hadir laki-laki sholeh datang untuk melamarnya.


Bahkan ikhtiarpun telah dilakukan untuk menjemput jodohnya dengan rajin mengikuti majelis ilmu, menjadi pengurus yayasan amil zakat, bershodaqoh ke panti asuhan dan menjadi kakak asuh dari beberapa balita di panti asuhan tersebut. Pekerjaannya sebagai pendidik disalah satu SMP Swasta dijalan Patuha Bandung membuatnya terbiasa dengan anak-anak.


Haripun berlalu begitu cepat. Suatu hari tiba-tiba dirinya merasakan sakit pada perutnya. Mual yang dahsyat, muntah-muntah hebat. Sampai harus ditangani di IGD. Entah apa yang terjadi, langsung tak sadarkan diri. Ketika membuka mata terlihat wajah ibunda, bapak dan adiknya telah berada disampingnya. Terdengar isak tangis, namun kemudian dia tertidur lelap.


Terdengar suara lembut menyapanya, "Sudah bangun Teh?" Dia hanya bisa tersenyum kepada dokter yang merawatnya. Samar-samar sambil berusaha fokus terlihat wajah dokter yang seolah tidak asing. "Sepertinya saya mengenal, dimana ya?" gumamnya terdengar lirih. "Benar, kita memang saling mengenal Teh, saya adalah teman sekolah sewaktu di SMA 5 Bandung.." jawab dokter itu. "Ya Allah," teriaknya dalam hati. Dia ingat, dokter yang merawatnya adalah temannya yang cupu sewaktu duduk dibangku SMA, dia dulu pernah "menembaknya". Menyatakan cinta kepada dirinya dengan menyelipkan surat di bukunya dan semua itu berlalu begitu saja tanpa dia indahkan. Surat cinta yang tak terbalas.




Dengan semangat, dokter itu bercerita tentang dirinya, setamat SMA melanjutkan kuliah di Kedokteran Unpad, lulus sebagai sarjana lalu menyelesaikan koass, lanjut mengabdikan diri di salah satu puskesmas dipedesaan Pendeglang sampai perjalanannya menjadi seorang dokter umum pns di RS Hasan Sadikin Bandung. Saat itu dirinya hampir menyelesaikan pendidikan spesialis bedah vaskular di Unpad, sebelumnya dia sudah mendapat gelar MARS yang ilmunya dia manfaatkan sebagai kepala instalasi gawat darurat. Sang gadis juga menceritakan perjalanan hidupnya dan keluarganya. Seperti tak mau kalah, sang dokter juga bercerita banyak tentang keluarganya, ibunya meninggal saat masih kuliah yang membuatnya sempat down, ayahnya sakit-sakitan tinggal dirumah adiknya seorang arsitek lajang, dan kakak-kakaknya yang telah sukses dan tinggal dirantau.


Dia juga bercerita tentang kekagumannya dulu pada sang gadis, hal ini membuat sang gadis tersipu malu sambil merasa bersalah mengapa dulu begitu tidak peka dan dengan mudah mengabaikannya. Perlahan komunikasi keduanya terjalin lebih dekat. Sebagai seorang dokter umum yang mengawasi kesehatan pasiennya membuat banyak waktu untuk berbincang. Keduanya saling menaruh hati seolah sudah saling mengetahui isi hatinya. Menceritakan masa SMA dari dua sudut pandang yang berbeda namun memiliki kesamaan waktu dan lokasi. Menggidik bersama saat membahas hantu Nancy di jendela SMA 5.


Seminggu di RS tibalah waktu sang gadis pulang. Dokter yang merawatnya itu tidak tinggal diam, beberapa hari kemudian dia datang bertamu dan bertemu dengan orang tua sang gadis di rumahnya daerah Lengkong Kecil. Tiap malam minggu dokter itu selalu datang, tidak sampai sebulan, dokter itu mendadak bilang ingin melamar. Dengan mantap dia bilang akan membahagiakan gadis itu, bahkan jauh sebelumnya dia telah memendam rasa cinta. Orang tua sang gadis pun sujud syukur, demikian indah kuasa Allah mempertemukan jodoh anaknya disaat tak terduga.


Pernikahan dilangsungkan dengan sederhana dengan adat sunda yang kental di gedung Seskoad, menyebar sekitar 250 undangan. Saya suka dengan mobil moris mini sang dokter yang dipakainya sebagai mobil pengantin:



Sang gadis sangat bersyukur telah mendapat jodoh yang diidam-idamkannya, sosok laki-laki yang insya Allah akan membuat hidupnya bahagia.


"Ya Allah, aku bersyukur pada-Mu telah memberikan aku kesabaran untuk bertemu dengan belahan jiwaku. Ternyata sakitku membawa keberkahan yang mempertemukan aku dengan jodohku. Alhamdulillah, Terima kasih Ya Allah atas semua takdir-Mu."


Air matanya bergulir membasahi pipinya bersyukur bertemu dengan jodohnya yang tak diduga.


Kang Jay

Jayadiningrat May 20 '20 · Nilai: 5 · Tags: ikhtiar, jodoh, takdir, ikhtiar
Nanang87 VIP
Kenapa tak dir dan waktu tk pernah mendukung qu,apa kah salah jika ku pilih ortuku di bandingkan kemauwan ku!!disappointed


Nanang87 May 20 '20 · Komentar: 1
Indixan VIP
Bicara ttg jodoh, kunci jawabannya udah pasti ada di Yang Maha Kuasa, Yang menciptakan jodoh kita, Yang mengatur rezeki kita, Yang tau apa yg terbaik buat kita sesuai dengan kesanggupan kita..


Sebagian orang, bisa mendapatkan jodoh sesuai dgn kriteria yg mereka mau.. ada yg cepet ketemu jodohnya, ada yg nunggu lamaaaa banget, tp mereka ga perduli, yg penting dpt sesuai dgn kriteria yg mereka mau..

Sebagian yg lain, dapet jodoh krn pressure sosial.. umur udah tua, udah mulai bosen ditanya kapan nikah.. masalah kriteria udah ga penting lagi buat mereka..


Sebagia orang, ada yg menuntut kesempurnaan dr seseorang yg akan jadi pasangannya, walopun sebenernya dia jg punya banyak kekurangan, jauh dr sempurna (kl dia mau introspeksi diri)..

Sebagian yg lain, justru bisa menerima semua kekurangan pasangannya, krn dia terbiasa hidup dgn tulus, nrimo, bisa mencintai pasangannya apa adanya..


De el el, de el el...


Masalah jodoh, udah seharusnya kalo hanya kita yg bisa menentukan pilihan.. orang lain, siapa pun mereka, hanya bisa sekedar memberi saran, pertimbangan, penilaian..

Krn sbenernya, kita semua udah tau kl jodoh itu adalah takdir... & takdir itu sudah pasti ketetapannya, kita hanya perlu menjalaninya sebaik mgk..

Krn sesuatu yg kita anggap baik, bisa jadi justru itu buruk buat kita, & sebaliknya..

We just never know..

Kita hanya perlu mempertebal keyakinan, kalo Allah pasti akan memberikan seseorang yg terbaik buat kita, sesuai kebutuhan kita, di waktu yg tepat..

Masalah bahagia atau tdk, tinggal bagaimana kita bersikap.. krn kebahagiaan itu sebenernya adalah sesuatu yg bisa kita ciptakan, kapanpun, dimanapun, bersama siapapun..

Positive thinking aja yg jadi kuncinya..


Ramadhan sebentar lagi kelar, banyakin doa dia hari2 terakhir ramadhan.. siapa tau, di hari kemenangan nanti, akan ada seseorang yg datang mengetuk pintu hati kita... slight_smile


Life is a journey full of surprise.. Good luck, gaes wink

Indixan May 20 '20 · Nilai: 5 · Komentar: 6
fit82 VIP

Duh kenapa judulnya kayak film bersambung ya. Whatever..


Di part sebelumnya ada ttg ceritaku yg tdk berhasil menjalin relationship dgn duda tanpa anak , dikarenakan si duda ini sudah terlalu nyaman dgn kedudaan.

Lalu akupun berkenalan dgn duda yg memiliki tiga anak. Sejak awal aku respek dgn kejujurannya, bagaimana ia menjelaskan perceraiannya dgn mantan istrinya, bagaimana dia menjaga anak-anaknya tetap dlm kondisi baik dan bagaimana gigihnya ia membangun usahanya walo diapun sudah jd karyawan tetap disatu perusahaan. Sifat dewasa, kebapakan & pekerja kerasnya cukup menarik perhatianku saat itu. Tapi kemudian aku sadar, bahwa dia punya anak loch, dan mendidik anak itu kan ga gampang.


Kalo seandainya si duda ini anaknya satu mungkin aku masih siap secara mental untuk turut mendidik anak tsb , tapi jika anaknya lebih dari satu akupun berpikir 1000 kali untuk ini. Setelah diskusi dgn orang2 terdekat, orangtua & tentunya bermusyawarah dgn Alloh lewat solat malam & istikharah aku memutuskan tidak melanjutkan taaruf dgn duda ini.


Dari ceritaku tadi bisa diambil sedikit catatan bahwa untuk membangun relationship dgn duda dgn anak itu membutuhkan mental baja. Apalagi jika mantan istrinya tinggal dalam satu daerah, dimana anak-anaknya tentu punya jadwal tertentu kapan berada dirumah ayah kandungnya, & kapan berada dirumah ibu kandungnya. Tampak complicated ya. So IMHO, yg namanya faktor kejujuran & keterbukaan di awal relationship ttg keadaan keluarga si duda pasca perceraian sangat diperlukan agar tdk ada salah paham. Dan kuperhatikan bagi sebagian duda cerai membicarakan penyebab penceraian itu tdklah nyaman, sehingga kalo ada wanita single yg bertanya tanpa sadar menjawabnya dgn ketus.


Oya satu hal lainnya yg menjadi kekhawatiranku adalah bagaimana jika si duda & org2 disekitarnya (termasuk anak-anaknya) mulai membandingkan kita dengan mantan istrinya. Waw, I don’t have any cluejoy


Ok, cukup sekian ya with all that duda matters. I’m just sharing what inside my head. Mungkin teman-teman yg lebih senior bisa sedikit membuka cakrawala grinning

fit82 May 19 '20 · Nilai: 3.67 · Komentar: 12
AryoWibowo VIP
Kamu yang mana ... ???


1. JOMBLO FI SABILILLAH (Mereka yang tidak punya pacar, atau belum menikah, karena sibuk berjuang di jalan Allah dengan cara mencari Ilmu atau mengkhotbahi orang)
2. JOMBLO WALLAHU A'LAM (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, dan selalu melihat jodoh di tangan Tuhan, demi menikmati kemenangan)
3. JOMBLO SHAUMAGODIN (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, lalu melakukan puasa dan membaca doa-doa tertentu yang menarik hati lawan jenis)
4. MUSTAQIM JOMBLO SHIROTOL (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, tapi tak putus asa untuk terus bergaya dan berjalan ke masa depan, mencari lawan jenis yang mau memperhatikannya)
5. JOMBLO MUKHLISIN (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, tapi tetap ikhlas dan sabar setiap hari diteriaki teman-teman sebagai Jomblo)
6. JOMBLO NAWAETU (Mereka yang setiap tahun merencanakan menikah, padahal pacar dan calon pasangan belum ada)
7. JOMBLO MUGHOLADOH (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, kemudian menghabiskan akhirnya di depan komputer, membuka situs porno, menonton youtube dan di tempat, demi mengisi puasian hati)
8. JOMBLO TAHLIL (Mereka yang tak punya pasangan, kemudian menghabiskan malam mingguan di acara Tahlilan).
9. JOMBLO SUMMUM BUKMUN (Dia adalah jomblo, yang selalu diajak nongkrong di warung atau di cafe oleh kekasih, tetapi tugasnya hanya meminta perbincangan mesra mereka.)
10. JOMBLO LAILATUL QADAR (Dia adalah Jomblo yang selalu begadang, tidur tanpa tidur, dan berharap pada Tuhan agar dianugrahi pasangan yang seribu kali lipat lebih baik dari pada orang yang pernah memutuskanahkan)
11. JOMBLO JUZ AMMA (Jomblo yang berhak atas pasangan, usia pacarannya pasti pendek)
12. JOMBLO QOLQOLAH (Jomblo yang terus gigih meraih pasangan, tapi berhasil selalu mantul)
13. JOMBLO MUJAHID (Jomblo yang selalu melihat orang lain pacaran, lalu ia masuk ke organisasi radikal, agar bisa melakukan sweeping menuju kemaksiatan)
14. JOMBLO WALADDHOLIN (Jomblo yang putus asa karena tak juga bisa mendapatkan pasangan, lalu berhasil lolos dengan membawa diri)
15. JOMBLO MUTAFAQUN ALAIH (Jomblo yang sangat istiqomah mempertahankan kejombloannya, sebab mendukung para sahabatnya yang juga jomblo)
16. JOMBLO TA'LIM MUTA'ALIM (Jomblo yang menghabiskan biaya untuk takdzim dan berkhidmat pada saat guru bernyanyi, sambil diam-diam berharap bisa dijodohkan dengan kuda)
17. JOMBLO TAWASULAN (Jomblo yang membutuhkan cinta pada lawan jenis, selalu membutuhkan macomblang atau menggunakan. Tapi tak pernah berhasil)



AryoWibowo May 19 '20 · Nilai: 5 · Komentar: 5 · Tags: jomblo ngenes
Ardian81 VIP
setelah lebaran harapanya sdh menemukan pasangan hidup yg sesui keinginan hati
Ardian81 May 19 '20 · Nilai: 5 · Komentar: 2
Pages: « Previous ... 202 203 204 205 206 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo