Sebagian orang, bisa mendapatkan jodoh sesuai dgn kriteria yg mereka mau.. ada yg cepet ketemu jodohnya, ada yg nunggu lamaaaa banget, tp mereka ga perduli, yg penting dpt sesuai dgn kriteria yg mereka mau..
Sebagian yg lain, dapet jodoh krn pressure sosial.. umur udah tua, udah mulai bosen ditanya kapan nikah.. masalah kriteria udah ga penting lagi buat mereka..
Sebagia orang, ada yg menuntut kesempurnaan dr seseorang yg akan jadi pasangannya, walopun sebenernya dia jg punya banyak kekurangan, jauh dr sempurna (kl dia mau introspeksi diri)..
Sebagian yg lain, justru bisa menerima semua kekurangan pasangannya, krn dia terbiasa hidup dgn tulus, nrimo, bisa mencintai pasangannya apa adanya..
De el el, de el el...
Masalah jodoh, udah seharusnya kalo hanya kita yg bisa menentukan pilihan.. orang lain, siapa pun mereka, hanya bisa sekedar memberi saran, pertimbangan, penilaian..
Krn sbenernya, kita semua udah tau kl jodoh itu adalah takdir... & takdir itu sudah pasti ketetapannya, kita hanya perlu menjalaninya sebaik mgk..
Krn sesuatu yg kita anggap baik, bisa jadi justru itu buruk buat kita, & sebaliknya..
We just never know..
Kita hanya perlu mempertebal keyakinan, kalo Allah pasti akan memberikan seseorang yg terbaik buat kita, sesuai kebutuhan kita, di waktu yg tepat..
Masalah bahagia atau tdk, tinggal bagaimana kita bersikap.. krn kebahagiaan itu sebenernya adalah sesuatu yg bisa kita ciptakan, kapanpun, dimanapun, bersama siapapun..
Positive thinking aja yg jadi kuncinya..
Ramadhan sebentar lagi kelar, banyakin doa dia hari2 terakhir ramadhan.. siapa tau, di hari kemenangan nanti, akan ada seseorang yg datang mengetuk pintu hati kita...
Life is a journey full of surprise.. Good luck, gaes
Duh kenapa judulnya kayak film bersambung ya. Whatever..
Di part sebelumnya ada ttg ceritaku yg tdk berhasil menjalin relationship dgn duda tanpa anak , dikarenakan si duda ini sudah terlalu nyaman dgn kedudaan.
Lalu akupun berkenalan dgn duda yg memiliki tiga anak. Sejak awal aku respek dgn kejujurannya, bagaimana ia menjelaskan perceraiannya dgn mantan istrinya, bagaimana dia menjaga anak-anaknya tetap dlm kondisi baik dan bagaimana gigihnya ia membangun usahanya walo diapun sudah jd karyawan tetap disatu perusahaan. Sifat dewasa, kebapakan & pekerja kerasnya cukup menarik perhatianku saat itu. Tapi kemudian aku sadar, bahwa dia punya anak loch, dan mendidik anak itu kan ga gampang.
Kalo seandainya si duda ini anaknya
satu mungkin aku masih siap secara mental untuk turut mendidik anak tsb , tapi
jika anaknya lebih dari satu akupun berpikir 1000 kali untuk ini. Setelah diskusi
dgn orang2 terdekat, orangtua & tentunya bermusyawarah dgn Alloh lewat
solat malam & istikharah aku memutuskan tidak melanjutkan taaruf dgn duda
ini.
Dari ceritaku tadi bisa diambil
sedikit catatan bahwa untuk membangun relationship dgn duda dgn anak itu membutuhkan
mental baja. Apalagi jika mantan istrinya tinggal dalam satu daerah, dimana
anak-anaknya tentu punya jadwal tertentu kapan berada dirumah ayah kandungnya,
& kapan berada dirumah ibu kandungnya. Tampak complicated ya. So IMHO, yg
namanya faktor kejujuran & keterbukaan di awal relationship ttg keadaan
keluarga si duda pasca perceraian sangat diperlukan agar tdk ada salah paham. Dan
kuperhatikan bagi sebagian duda cerai membicarakan penyebab penceraian itu tdklah
nyaman, sehingga kalo ada wanita single yg bertanya tanpa sadar menjawabnya dgn
ketus.
Oya satu hal lainnya yg menjadi kekhawatiranku adalah bagaimana jika si duda & org2 disekitarnya (termasuk anak-anaknya) mulai membandingkan kita dengan mantan istrinya. Waw, I don’t have any clue
Ok, cukup sekian ya with all that
duda matters. I’m just sharing what inside my head. Mungkin teman-teman yg
lebih senior bisa sedikit membuka cakrawala
1. JOMBLO FI SABILILLAH (Mereka yang tidak punya pacar, atau belum menikah, karena sibuk berjuang di jalan Allah dengan cara mencari Ilmu atau mengkhotbahi orang)
2. JOMBLO WALLAHU A'LAM (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, dan selalu melihat jodoh di tangan Tuhan, demi menikmati kemenangan)
3. JOMBLO SHAUMAGODIN (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, lalu melakukan puasa dan membaca doa-doa tertentu yang menarik hati lawan jenis)
4. MUSTAQIM JOMBLO SHIROTOL (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, tapi tak putus asa untuk terus bergaya dan berjalan ke masa depan, mencari lawan jenis yang mau memperhatikannya)
5. JOMBLO MUKHLISIN (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, tapi tetap ikhlas dan sabar setiap hari diteriaki teman-teman sebagai Jomblo)
6. JOMBLO NAWAETU (Mereka yang setiap tahun merencanakan menikah, padahal pacar dan calon pasangan belum ada)
7. JOMBLO MUGHOLADOH (Mereka yang punya pacar, atau belum menikah, kemudian menghabiskan akhirnya di depan komputer, membuka situs porno, menonton youtube dan di tempat, demi mengisi puasian hati)
8. JOMBLO TAHLIL (Mereka yang tak punya pasangan, kemudian menghabiskan malam mingguan di acara Tahlilan).
9. JOMBLO SUMMUM BUKMUN (Dia adalah jomblo, yang selalu diajak nongkrong di warung atau di cafe oleh kekasih, tetapi tugasnya hanya meminta perbincangan mesra mereka.)
10. JOMBLO LAILATUL QADAR (Dia adalah Jomblo yang selalu begadang, tidur tanpa tidur, dan berharap pada Tuhan agar dianugrahi pasangan yang seribu kali lipat lebih baik dari pada orang yang pernah memutuskanahkan)
11. JOMBLO JUZ AMMA (Jomblo yang berhak atas pasangan, usia pacarannya pasti pendek)
12. JOMBLO QOLQOLAH (Jomblo yang terus gigih meraih pasangan, tapi berhasil selalu mantul)
13. JOMBLO MUJAHID (Jomblo yang selalu melihat orang lain pacaran, lalu ia masuk ke organisasi radikal, agar bisa melakukan sweeping menuju kemaksiatan)
14. JOMBLO WALADDHOLIN (Jomblo yang putus asa karena tak juga bisa mendapatkan pasangan, lalu berhasil lolos dengan membawa diri)
15. JOMBLO MUTAFAQUN ALAIH (Jomblo yang sangat istiqomah mempertahankan kejombloannya, sebab mendukung para sahabatnya yang juga jomblo)
16. JOMBLO TA'LIM MUTA'ALIM (Jomblo yang menghabiskan biaya untuk takdzim dan berkhidmat pada saat guru bernyanyi, sambil diam-diam berharap bisa dijodohkan dengan kuda)
17. JOMBLO TAWASULAN (Jomblo yang membutuhkan cinta pada lawan jenis, selalu membutuhkan macomblang atau menggunakan. Tapi tak pernah berhasil)
Mencari jodoh atau pasangan hidup, sebenarnya bagi laki-laki itu mudah, tinggal tunjuk jari saja untuk dapatkan jodoh. Tidak seribet wanita. Tinggal penuhi syaratnya, melamar, lalu menikah.
Syaratnya cuma 1 yaitu kemapanan. Ha ha ha ini yang bikin tidak mudah. Eehh.
Yah secara umum kemapanan dibagi menjadi tiga :
1. Mapan Mental : Dewasa, berilmu, jujur dan bertanggung jawab.
2. Mapan Spiritual : Beriman, rajin ibadah, banyak beramal kebajikan..
3. Mapan Lahiriah : Punya pekerjaan atau penghasilan, rajin bekerja, jikapun tampang pas-pasan tidak masalah yang penting sehat, rapi, bersih, wangi. Dan jangan lupakan yaitu Perkasa.
Mapan lahiriyah, biasanya sih lebih berfokus pada punya penghasilan tetap, sudah punya kendaraan, minimal motor. Syukur-syukur sudah punya cicilan KPR rumah, bagusnya lagi sudah punya rumah sendiri.
Jika modal dasar kemapanan itu sudah terpenuhi pada diri seorang laki-laki, maka tidak perlu susah hati buat segera menikah.
Namun jika syarat di atas belum terpenuhi, harap bersabar, kalau perlu rajin puasa sunnah, penuhi dulu syaratnya, usaha yang gigih, hingga terpenuhi syarat di atas. Insya Allah kita bisa. Setidaknya sudah punya tabungan untuk acara pernikahan walau sederhana, ini dalam artian si wanita bersedia mulai dari NOL, yah kalau usia kita dibawah 30 tahun masih mungkin sih, dalam artian mungkin sang wanita melihat prospek masa depan kita atau sang wanita sudah suayang banget atau sang wanita sudah kepepet ha ha ha..
Setelah syarat terpenuhi atau dimiliki, maka meskipun kita pria kuper, alias tidak memiliki bakat melakukan pendekatan pada wanita, atau minder karena punya wajah pas-pasan, maka kita tidak perlu khawatir, ikuti tahapannya.
Empat tahapan yang bisa dilakukan oleh pria dalam mendapatkan pasangan halal, sebagai berikut :
1. Gerilya dulu mencari wanita sholehah, baik, berakhlak, dan sebagainya sesuai kriteria kita. Terserahlah menurut selera kita saja, wanita seperti apa yang disuka, bahkan jika ingin yang cantik silahkan saja. Kalau sudah melihat, menemukan, entah itu di jalan, di pasar, di tempat kondangan, di AN, facebook, sosmed atau di seberang jalan depan rumah, tinggal tunjuk saja orangnya, kunci pilihan kita ke dia yang dituju.
2. Setelah menemukan wanita yang layak dijadikan istri maka langkah berikutnya adalah melakukan pendekatan. Kirim pesan kalau di AN. Atau kalau lihat di jalan, coba cari dimana biasa dia singgah atau rumahnya, kenali keluarga atau saudaranya, dan dapatkan nomer teleponnya, tidak usah telepon namun bisa kirim WA dulu, ajak ketemuan. Jika masih tidak memiliki keberanian, langsung ke tahap selanjutnya yaitu melamarnya, namun ini biasanya sih dikampung, dalam artian kita sudah tahu rumahnya bahkan sudah kenal keluarganya.
3. Tahap berikutnya setelah rada akrab atau mau langsung tabrak, yaitu melamar wanita yang kita suka, dengan mendatangi orang tuanya. Jika tidak berani, minta bantuan sama orang tua kita, kakak, atau saudara dekat, bahkan tokoh masyarakat atau pak Lurah untuk datang ke rumah orang tua wanita tersebut, melamar anaknya buat kita.
Untuk laki-laki yang sedikit kuper ada dua tahap ketakutan saat berhubungan dengan wanita;
a. Saat mau menyatakan cinta, takut ditolak.
b. Saat melamar pada orang tuanya, takut tidak diterima.
Saya teringat sepupu saya. Btw, kok banyak cerita tentang sepupu sih? Maklum ya pemirsah, ibu saya 12 bersaudara dan ayah saya 8 bersaudara. Lanjut cerita, jadi sepupu saya ini lebih tua dari saya 6 tahun, anaknya memang rada kuper tapi giat bekerja. Sejak STM dia menyukai gadis tetangga kampung. Kemudian setelah dia bekerja di Jakarta sebagai karyawan pabrik elektronika maka dia mulai pede dengan penghasilannya dan sudah mampu ngontrak rumah petak di Jakarta. Saat Lebaran, diungkapkanlah ke ayahnya bahwa ia suka gadis itu dan ingin menikah dengannya. Menanggapi keinginan anaknya, sang ayah berembuk dengan pak Lurah yang masih saudara. Dua hari kemudian, sepupu saya, ayahnya dan pak Lurah mendatangi rumah orang tua si gadis. Shocklah si gadis sampai menangis, secara, tidak ada kabar eee mendadak dilamar. Maklum sepupu saya tipe cinta dalam diam. Maka sang ayah si gadis menyerahkan segala keputusan ke anaknya. Saya kenal gadis itu karena masih satu kampung, adiknya teman satu kelas saya di SD, terus terang saya rada sangsi si gadis menerima lamaran itu, si gadis punya wajah lumayan cantik semampai sehingga saya pikir dia sudah ada pacar atau calon. Sehari, dua hari, tiga hari tidak ada kabar, namun dihari kelima sebelum sepupu saya balik ke Jakarta, si gadis mengiyakan. Maka menikahlah dan mereka tinggal di Jakarta. Walau saat ini di Jakarta masih ngontrak, namun dikampungnya sudah punya rumah sendiri lunas. Mobil Agya selalu menemani mereka pulang kampung.
4. Oiya kembali lagi ke tahapan berikutnya, yaitu perkenalan atau tanpa perkenalan tapi langsung menentukan hari pernikahan. Jika orang tua sang wanita menyerahkan keputusan pada anaknya, dan anak perempuannya mengajukan syarat untuk mengenal kita lebih dahulu, ya kenapa tidak untuk perkenalan [ta'aruf] dulu, ngobrol dulu, jangan sering-sering, cukup lah 2-3 x pertemuan. Setelah sudah saling mengenal, merasa saling cocok dan deal, maka segera tentukan hari pernikahan. Get Married!
NAMUN jika setelah pertemuan itu si wanita tidak menerima alias menolak lamaran kita dengan berbagai alasan, maka ikhlaskan saja, tentu dia punya alasan sangat kuat untuk menolak kita. Ingatlah bahwa bagi wanita baik biasanya punya dasar keyakinan bahwa jika ada yang melamar maka jangan langsung ditolak, dipikir masak-masak, karena jika ditolak langsung maka sama saja dengan menolak jodoh yang Allah sajikan. Wanita dan orang tuanya pasti hati-hati sekali.
Namun jika kita ditolak dengan baik-baik, ya sudah kita terima dengan lapang dada, ingatlah wanita didunia ini masih banyak, cinta memang penting namun kita sebagai pria harus rasional dan realistis, yah lupakan si dia dan kita cari lagi yang lain. Karena laki-laki itu kodratnya mencari, memilih, dan melamar. Sama seperti waktu kita melamar pekerjaan, kalau ditolak, ya cari kerja tempat lain lagi, jangan putus asa, karena putus asa itu tidak baik dan itu bukan sifat Laki Tulen.
Semoga langkah-langkah diatas bisa mempermudah kita pria dalam pencarian jodoh.
Pada umumnya, masalah yang ada pada diri pria saat mencari jodoh adalah ketidaksiapan di diri pria itu sendiri, yaitu belum memenuhi syarat kemapanan, bukan sulitnya mencari wanita yang mau dinikahi.
Yah istilahnya kita nikah sih mau banget, tapi oh tapi modal ga punya ha ha. Modal dulu penuhi, yah setidaknya biaya acara nikah lah, baru usaha mencari pasangan hidup. Kita sebagai pria harus maklum bahwa kemapanan jadi poin utama seorang pria disukai oleh umumnya wanita. Jangan pernah bilang wanita matre jika kita sendiri tidak punya modal apa-apa. Wanita juga bingung, bolak-balik lihat kita dari segala sisi, tampan kagak, perhatian juga kagak, maka jangan kaget jika sampai dibilang mokondo.
Akhirnya jika kita pria sudah menemukan wanita calon pasangan hidup yang pas, yah yang sesuai dengan yang kita inginkan. Maka pesta pernikahan tidak perlu harus yang mewah dan meriah, sesuaikanlah dengan budget kita, yang penting khidmat, penuh keceriaan, kekeluargaan, dan kebahagiaan dari kedua mempelai.
Jikapun punya modal buat biaya pernikahan yang meriah dan mewah, mending disaving untuk tahap selanjutnya seperti punya rumah, punya anak dll.
Saya ada tips ketahanan ekonomi keluarga, yaitu tabungan minimal 2x gaji atau penghasilan kita. Pastikan ada minimal 2x ditabungan atau ujud barang berharga seperti emas, pengalaman saya sih jadi aman jaya dan punya efek jadi lebih hemat. Mungkin setan suka menggoda rumah tangga kita saat tongpes terutama istri, bahkan sampai bertengkar hebat, tapi saat punya tabungan ini maka saya perhatikan godaan ada tapi sedikit. Dua kali ini juga saya pikir lumayan jika kita sampai kena cut gaji atau bahkan PHK, seperti di zaman Covid ini. Saya lihat teman yang tanpa persiapan ini, ampe jual-jualin isi rumah, over kredit mobil dll. Dua kali ini memang sedikit, tapi jika hemat bisa buat empat bulan nafkah.
Sebelum melamar anak orang, ayo kita mulai mengumpulkan modal kemapanan terutama finansial. Mulai bekerja, jangan malas-malasan, jangan malu punya usaha kecil atau pekerjaan biasa, jika dirintis dengan kemauan keras insya Allah akan menghasilkan kemapanan. Namun jika ada wanita baik yang tidak mensyaratkan kemapanan finansial alias mau mulai dari NOL, berarti anda pria beruntung ha ha ha. Selamat berjuang kaumku.
Kang Jay.
Siti Aminah dan Muhammad Imam menikah dengan hanya modal Rp 5 Juta. Dua tahun lalu sempat viral dan mereka diundang ke beberapa stasiun TV.
Foto Siti dan Imam:
Lalu bagaimana mereka bisa mengatur uang Rp 5 Juta tersebut?
"Jadi kami enggak bikin undangan, hanya nikah sederhana aja. Yang datang cuma kedua keluarga kami, dan tetangga dekat rumah karena kami nikahnya di mushola depan rumah," kata Siti
Pernikahanya dihadiri sekitar 50 orang yang merupakan keluarga dan tetangga dekat.
Siti dan Imam menikah di Desa Tanalum, Purbalingga, Jawa Tengah.
Rincian biaya pernikahan pasangan ini adalah sebagai berikut:
1. Biaya penghulu Rp 600.000
2. Baju pengantin, make up, dan dokumentasi foto Rp 1.000.000
3. Konsumsi pernikahan (masak sendiri) Rp 900.000
4. Mahar Rp 250.000
5. Seserahan (baju gamis) Rp 200.000
6. Perhiasan Rp 1.750.000
Setelah acara akad nikah selesai, pasangan ini membagikan makanan kepada tetangga sebagai pemberitahuan bahwa mereka sudah menikah.
"Setelah selesai akad nikah, baru kami bagi-bagi nasi ke tetangga, menyampaikan bahwa kami sudah menikah," ujar Siti.
Ada juga kisah lain yaitu pernikahan Satrio dan Karin di Purwokerto, yang menghabiskan biaya Rp 5,5 juta. Dengan rincian: makeup dan pakaian Rp 1,6 juta, cincin perak Rp 700 ribu, penghulu dan seserahan Rp 1,4 juta, foto dan video akad hanya soft file Rp 800 ribu, biaya konsumsi dan lain-lain Rp 1 juta.
Foto Satrio dan Karin:
Akad dilangsungkan di masjid dekat rumah, kemudian setelah selesai pindah ke rumahnya, tanpa panggung dan pelaminan.
"Oiya, pas sehabis akad. Kita sengaja nggak pakai pelaminan, jadi tamu langsung makan. nggak ada foto stage, karena kita pikir semua orang sudah bawa kamera kan. Saya dan karin menyambut, ngobrol, ngopi, ngemil, tertawa bareng," kata Satrio
Memang menikah merupakan suatu momen yang diharapkan terjadi sekali seumur hidup. Wajar orang berlomba-lomba memberikan kesan istimewa saat pernikahan. Tentunya ini membutuhkan biaya yang besar.
Namun, sebenarnya kita juga tahu ada banyak cara mudah untuk menghemat biaya pernikahan, seperti contoh diatas pernikahan Siti & Imam dan Satrio & Karin. Singkirkan gengsi, biaya yang murah tetap bisa membuat momen pernikahan berkesan. Pesan dari kisah ini menikahlah sesuai kesanggupan. Jangan memaksakan diri hanya karena status sosial dan omongan orang sehingga harus terlilit hutang.
Saya ingat Paman kandung saya melakukan hal yang sama, bedanya akad di kantor KUA dengan Snack kotak. Kemudian pulang dilanjutkan acara kumpul-kumpul sederhana tanpa tenda dirumah istrinya dengan Nasi terik (rendang jawa) berikut capcay dan acar yang sudah dipaket di piring-piring sederhana, tambahannya ada snack dan teh manis, bahkan tidak membagikan Nasi kotak ke tetangga.
Kami keluarga mempelai pria awalnya cukup surprise mengingat kami datang jauh dari Cirebon ke Banyumas, namun melihat kebahagiaan Paman terpancar dari wajahnya maka kami keluarga menjadi cair. Paman saya juga tidak muda lagi, lajang usia 44 tahun meminang gadis 31 tahun. Saat ini sudah dikaruniai tiga anak.
Apalagi yang membahagiakan selain melihat kedua mempelai bahagia mengakhiri masa lajangnya. Plong. Sehingga bukan acara pernikahan yang megah yang diharapkan, namun sahnya akad nikah dan kehidupan rumah tangga setelahnya yang rukun & bahagia sampai maut memisahkan.
Lalu, bagaimana dengan Anda? Tertarik menggelar pernikahan sederhana tanpa pelaminan dan modal minim?.
Bagi Duda dan Janda seperti saya, mungkin tantangan itu hal sepele ha ha, jawabannya tertarik, bahkan malu jika terlalu ramai dan megah, terutama malu ke cucu. Lalu, bagaimana dengan Perjaka dan Gadis? Tertarik?.
Kang Jay
Alkisah, sepupu perempuan saya. Saya akui dia sangat cerdas sekali. Semasa SD SMP SMA selalu rangking-1 dikampung, kemudian dia kuliah, IPK-nya pun cum laude. Pokoknya TOP! Dengan potensi yang luar biasa tersebut, saya dulu memprediksi ia bakal dapat beasiswa S-2, atau paling tidak akan melanjutkan ke jenjang selanjutnya dengan jangka waktu yang tidak akan lama.
Namun jauh sebelum saudara saya mengajukan keinginannya untuk melanjutkan S-2, ibunya sudah mewanti-wanti dia untuk menunda harapannya. Setelah lulus, kerja sebentar, kemudian nikah. Titik. Urusan pendidikan tinggi itu belakangan, begitu nasihat beliau.
Apa daya, hampir 8 tahun setelah lulus dari S-1 yaitu diusia 31 tahun, jodohnya tak kunjung tiba. Selain karena ibunya hanya mempertimbangkan laki-laki yang tinggal di satu kota, bahkan sekitaran kampungnya saja. Profesi tentara, polisi, pegawai bank juga tidak masuk kriteria.
Padahal pria-pria lajang yang tinggal di kampungnya rata-rata hanya tamatan SMA. Kalaupun ada yang belum menikah, itu pun usianya terpaut jauh, empat puluh tahun dan ketika diajaknya mengobrol, jangankan tersambung, mau dihubungkan pun kabelnya sudah ruwet duluan. Kemudian pria-pria itu mundur teratur.
Sudah sering ia dijodohkan ibunya dengan orang didaerahnya, namun sayangnya tidak ada yang memahami dia lagi. Sempat ia bertanya pada saya, "Apa perlu aku pura-pura bodoh dan iya-iya saja Kang dan menerima siapapun yang datang?. Agar mereka tidak mundur teratur."
Di tengah putus asanya, saya mencoba untuk membuatnya sedikit agak tenang, "Teh jodoh itu baiknya sekufu. Kalau memang Teteh belum bisa S-2 demi menuruti keinginan ibu. Pergilah ke luar, cari komunitas. Bisa cari hobi yang lingkungan yang buat Teteh merasa nyaman. Atau ikut seminar! Siapa tahu jumpa orang yang nyambung disana. Kalau Teteh hanya pasrah, menjalani apa yang ibu inginkan. Teteh akan menderita sendiri lho. You are responsible for your own happiness, not your mom."
Dia hanya menarik napas panjang. Saya menambahkan, "Okelah, Teteh bisa aja nikah, hanya untuk menuruti keinginan orangtua. Beban mereka memang hilang ketika Teteh menikah. Tapi siapa yang kemudian menjalani dan merasakan lika-liku kehidupan rumah tangga? Bukan mereka, kan?!. Memang tidak ada salahnya Teteh menurunkan kriteria namun itu benar-benar dari hati nurani Teteh."
Dari kisah ini, saya pun jadi agak mengelus dada kalau kecerdasan perempuan sering diidentikkan menjadi ancaman laki-laki. Bahkan beberapa orangtua sering melarang anaknya untuk sekolah tinggi-tinggi dan merantau karena takut nanti tidak dapat jodoh. Memang kenapa kalau perempuan cerdas? Bukankah ketika perempuan cerdas, ia justru punya potensi untuk melahirkan generasi yang cerdas juga?.
Apa perlu wanita menyembunyikan angka di rapor dan ijazah agar mengamankan insekuritas laki-laki yang merasa takut harga dirinya jatuh hanya karena mendapatkan pasangan yang lebih pintar? Tentu tidak, bukan?
Saya akui, dulu sayapun ada ketakutan dekat dengan wanita pintar. Saya ingat saat STM ada teman wanita satu Lab, saya merasakan dia ingin dekat dengan saya sehingga minta diajari mengoperasikan mesin di Lab. Dalam hati saya mikir bukannya dia lebih pintar dari saya?, berikutnya saya segan ngajari dia dan pada akhirnya kita jaga jarak.
Namun setelah beberapa tahun punya pengalaman hidup diluaran, pemikiran saya pun berubah, alangkah baiknya kecerdasan perempuan itu dihargai. Bukannya berpikir bahwa kepintaran wanita akan membuat laki-laki terlihat inferior.
Adik kandung saya juga cerdas, SD SMP SMA selalu tiga besar dikelasnya, kemudian menikah dengan pria biasa aja. Walau terlihat janggal dari luar dimana adik saya yang terkesan jadi 'otak' keluarga. Namun saya lihat mereka rukun dan bahagia aja, si suami terlihat suka dan manut aja dimanjakan dengan service 'otak' sang istri.
Semoga pria-pria jomblo yang sedang mencari calon istri bisa berpikir ulang tentang wanita yang 'lebih' cerdas. Sedangkan untuk wanita-wanita cerdas, sedikit menurunkan ekspektasi untuk mendapatkan pria cerdas juga, jika ada pria biasa yang ingin melamar maka tidak ada salahkan dipertimbangkan.
Saya selalu ingat wanti-wanti ibu saya untuk adik-adik perempuan saya, dan ini saya teruskan ke anak perempuan saya: "Wanita yang menunggu jodoh itu, ibarat anak sekolah yang sedang menunggu angkot. Kadang, ada angkot yang bagus, tapi isinya penuh. Kadang pula ada angkot yang banyak kursi kosong, tapi agak jelek. Maka segeralah mengambil keputusan memilih angkot yang dirasa pas, dibanding terus berharap ada angkot bagus tapi kosong. Pada akhirnya malah jadi takut telat sampai sekolah, sehingga terburu-buru naik angkot yang seadanya saja."
Kang Jay.