User blogs

Jayadiningrat VIP


Siti Aminah dan Muhammad Imam menikah dengan hanya modal Rp 5 Juta. Dua tahun lalu sempat viral dan mereka diundang ke beberapa stasiun TV.

Foto Siti dan Imam:


Lalu bagaimana mereka bisa mengatur uang Rp 5 Juta tersebut?


"Jadi kami enggak bikin undangan, hanya nikah sederhana aja. Yang datang cuma kedua keluarga kami, dan tetangga dekat rumah karena kami nikahnya di mushola depan rumah," kata Siti


Pernikahanya dihadiri sekitar 50 orang yang merupakan keluarga dan tetangga dekat.


Siti dan Imam menikah di Desa Tanalum, Purbalingga, Jawa Tengah.


Rincian biaya pernikahan pasangan ini adalah sebagai berikut:


1. Biaya penghulu Rp 600.000

2. Baju pengantin, make up, dan dokumentasi foto Rp 1.000.000

3. Konsumsi pernikahan (masak sendiri) Rp 900.000

4. Mahar Rp 250.000

5. Seserahan (baju gamis) Rp 200.000

6. Perhiasan Rp 1.750.000


Setelah acara akad nikah selesai, pasangan ini membagikan makanan kepada tetangga sebagai pemberitahuan bahwa mereka sudah menikah.


"Setelah selesai akad nikah, baru kami bagi-bagi nasi ke tetangga, menyampaikan bahwa kami sudah menikah," ujar Siti.


Ada juga kisah lain yaitu pernikahan Satrio dan Karin di Purwokerto, yang menghabiskan biaya Rp 5,5 juta. Dengan rincian: makeup dan pakaian Rp 1,6 juta, cincin perak Rp 700 ribu, penghulu dan seserahan Rp 1,4 juta, foto dan video akad hanya soft file Rp 800 ribu, biaya konsumsi dan lain-lain Rp 1 juta.

Foto Satrio dan Karin:


Akad dilangsungkan di masjid dekat rumah, kemudian setelah selesai pindah ke rumahnya, tanpa panggung dan pelaminan.


"Oiya, pas sehabis akad. Kita sengaja nggak pakai pelaminan, jadi tamu langsung makan. nggak ada foto stage, karena kita pikir semua orang sudah bawa kamera kan. Saya dan karin menyambut, ngobrol, ngopi, ngemil, tertawa bareng," kata Satrio


Memang menikah merupakan suatu momen yang diharapkan terjadi sekali seumur hidup. Wajar orang berlomba-lomba memberikan kesan istimewa saat pernikahan. Tentunya ini membutuhkan biaya yang besar.


Namun, sebenarnya kita juga tahu ada banyak cara mudah untuk menghemat biaya pernikahan, seperti contoh diatas pernikahan Siti & Imam dan Satrio & Karin. Singkirkan gengsi, biaya yang murah tetap bisa membuat momen pernikahan berkesan. Pesan dari kisah ini menikahlah sesuai kesanggupan. Jangan memaksakan diri hanya karena status sosial dan omongan orang sehingga harus terlilit hutang.


Saya ingat Paman kandung saya melakukan hal yang sama, bedanya akad di kantor KUA dengan Snack kotak. Kemudian pulang dilanjutkan acara kumpul-kumpul sederhana tanpa tenda dirumah istrinya dengan Nasi terik (rendang jawa) berikut capcay dan acar yang sudah dipaket di piring-piring sederhana, tambahannya ada snack dan teh manis, bahkan tidak membagikan Nasi kotak ke tetangga.


Kami keluarga mempelai pria awalnya cukup surprise mengingat kami datang jauh dari Cirebon ke Banyumas, namun melihat kebahagiaan Paman terpancar dari wajahnya maka kami keluarga menjadi cair. Paman saya juga tidak muda lagi, lajang usia 44 tahun meminang gadis 31 tahun. Saat ini sudah dikaruniai tiga anak.


Apalagi yang membahagiakan selain melihat kedua mempelai bahagia mengakhiri masa lajangnya. Plong. Sehingga bukan acara pernikahan yang megah yang diharapkan, namun sahnya akad nikah dan kehidupan rumah tangga setelahnya yang rukun & bahagia sampai maut memisahkan.


Lalu, bagaimana dengan Anda? Tertarik menggelar pernikahan sederhana tanpa pelaminan dan modal minim?.


Bagi Duda dan Janda seperti saya, mungkin tantangan itu hal sepele ha ha, jawabannya tertarik, bahkan malu jika terlalu ramai dan megah, terutama malu ke cucu. Lalu, bagaimana dengan Perjaka dan Gadis? Tertarik?.


Kang Jay

Jayadiningrat May 17 '20 · Nilai: 5 · Tags: pernikahan, sederhana
Jayadiningrat VIP



Alkisah, sepupu perempuan saya. Saya akui dia sangat cerdas sekali. Semasa SD SMP SMA selalu rangking-1 dikampung, kemudian dia kuliah, IPK-nya pun cum laude. Pokoknya TOP! Dengan potensi yang luar biasa tersebut, saya dulu memprediksi ia bakal dapat beasiswa S-2, atau paling tidak akan melanjutkan ke jenjang selanjutnya dengan jangka waktu yang tidak akan lama.



Namun jauh sebelum saudara saya mengajukan keinginannya untuk melanjutkan S-2, ibunya sudah mewanti-wanti dia untuk menunda harapannya. Setelah lulus, kerja sebentar, kemudian nikah. Titik. Urusan pendidikan tinggi itu belakangan, begitu nasihat beliau.


Apa daya, hampir 8 tahun setelah lulus dari S-1 yaitu diusia 31 tahun, jodohnya tak kunjung tiba. Selain karena ibunya hanya mempertimbangkan laki-laki yang tinggal di satu kota, bahkan sekitaran kampungnya saja. Profesi tentara, polisi, pegawai bank juga tidak masuk kriteria.


Padahal pria-pria lajang yang tinggal di kampungnya rata-rata hanya tamatan SMA. Kalaupun ada yang belum menikah, itu pun usianya terpaut jauh, empat puluh tahun dan ketika diajaknya mengobrol, jangankan tersambung, mau dihubungkan pun kabelnya sudah ruwet duluan. Kemudian pria-pria itu mundur teratur.


Sudah sering ia dijodohkan ibunya dengan orang didaerahnya, namun sayangnya tidak ada yang memahami dia lagi. Sempat ia bertanya pada saya, "Apa perlu aku pura-pura bodoh dan iya-iya saja Kang dan menerima siapapun yang datang?. Agar mereka tidak mundur teratur."


Di tengah putus asanya, saya mencoba untuk membuatnya sedikit agak tenang, "Teh jodoh itu baiknya sekufu. Kalau memang Teteh belum bisa S-2 demi menuruti keinginan ibu. Pergilah ke luar, cari komunitas. Bisa cari hobi yang lingkungan yang buat Teteh merasa nyaman. Atau ikut seminar! Siapa tahu jumpa orang yang nyambung disana. Kalau Teteh hanya pasrah, menjalani apa yang ibu inginkan. Teteh akan menderita sendiri lho. You are responsible for your own happiness, not your mom."


Dia hanya menarik napas panjang. Saya menambahkan, "Okelah, Teteh bisa aja nikah, hanya untuk menuruti keinginan orangtua. Beban mereka memang hilang ketika Teteh menikah. Tapi siapa yang kemudian menjalani dan merasakan lika-liku kehidupan rumah tangga? Bukan mereka, kan?!. Memang tidak ada salahnya Teteh menurunkan kriteria namun itu benar-benar dari hati nurani Teteh."


Dari kisah ini, saya pun jadi agak mengelus dada kalau kecerdasan perempuan sering diidentikkan menjadi ancaman laki-laki. Bahkan beberapa orangtua sering melarang anaknya untuk sekolah tinggi-tinggi dan merantau karena takut nanti tidak dapat jodoh. Memang kenapa kalau perempuan cerdas? Bukankah ketika perempuan cerdas, ia justru punya potensi untuk melahirkan generasi yang cerdas juga?.


Apa perlu wanita menyembunyikan angka di rapor dan ijazah agar mengamankan insekuritas laki-laki yang merasa takut harga dirinya jatuh hanya karena mendapatkan pasangan yang lebih pintar? Tentu tidak, bukan?


Saya akui, dulu sayapun ada ketakutan dekat dengan wanita pintar. Saya ingat saat STM ada teman wanita satu Lab, saya merasakan dia ingin dekat dengan saya sehingga minta diajari mengoperasikan mesin di Lab. Dalam hati saya mikir bukannya dia lebih pintar dari saya?, berikutnya saya segan ngajari dia dan pada akhirnya kita jaga jarak.


Namun setelah beberapa tahun punya pengalaman hidup diluaran, pemikiran saya pun berubah, alangkah baiknya kecerdasan perempuan itu dihargai. Bukannya berpikir bahwa kepintaran wanita akan membuat laki-laki terlihat inferior.


Adik kandung saya juga cerdas, SD SMP SMA selalu tiga besar dikelasnya, kemudian menikah dengan pria biasa aja. Walau terlihat janggal dari luar dimana adik saya yang terkesan jadi 'otak' keluarga. Namun saya lihat mereka rukun dan bahagia aja, si suami terlihat suka dan manut aja dimanjakan dengan service 'otak' sang istri.


Semoga pria-pria jomblo yang sedang mencari calon istri bisa berpikir ulang tentang wanita yang 'lebih' cerdas. Sedangkan untuk wanita-wanita cerdas, sedikit menurunkan ekspektasi untuk mendapatkan pria cerdas juga, jika ada pria biasa yang ingin melamar maka tidak ada salahkan dipertimbangkan.


Saya selalu ingat wanti-wanti ibu saya untuk adik-adik perempuan saya, dan ini saya teruskan ke anak perempuan saya: "Wanita yang menunggu jodoh itu, ibarat anak sekolah yang sedang menunggu angkot. Kadang, ada angkot yang bagus, tapi isinya penuh. Kadang pula ada angkot yang banyak kursi kosong, tapi agak jelek. Maka segeralah mengambil keputusan memilih angkot yang dirasa pas, dibanding terus berharap ada angkot bagus tapi kosong. Pada akhirnya malah jadi takut telat sampai sekolah, sehingga terburu-buru naik angkot yang seadanya saja."


Kang Jay.




Jayadiningrat May 16 '20 · Nilai: 5 · Tags: jodoh, cerdas
duwan VIP
cinta tak kenal fisik
duwan May 16 '20
duwan VIP
inikah yg nmnya cinta?
duwan May 16 '20
duwan VIP
ya
duwan May 16 '20 · Nilai: 5
duwan VIP
entahlah
duwan May 16 '20
duwan VIP
jomblo
duwan May 16 '20
duwan VIP
sendiri
duwan May 16 '20 · Komentar: 1 · Tags: sedih
duwan VIP
rata rata seorang wanita mencari pasangan dari segi kemapanan sedangkan seorang pria rata rata mencari pasangan dari segi kecantikan dan keseksian....?


duwan May 16 '20
duwan VIP
apa kesendirianmu membuatmu gegana,gelisah galau merana?stuck_out_tongue_winking_eye


duwan May 16 '20
Pages: « Previous ... 202 203 204 205 206 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo