Jika manusia memiliki kediaman, maka rindu berkediaman di dalam hati.
Jika manusia memiliki tempat favorit, maka tempat favorit bagi rindu adalah pikiran.
Rindu senang berada pada dua tempat tersebut dan dia sering berjalan-jalan dari hati ke pikiran dan dari pikiran ke hati.
Seketika rindu bisa timbul, rindu juga bisa membolak-balikkan hati dan pikiran. Membuat rasa berubah dan menjadikan hati tidak lagi teduh. Pada saat itulah kesedihan mengambil momen dan membuat air mata terjatuh.
Rindu senang berjalan-jalan pada malam hari. Menapak dari pikiran ke hati. Membuat siklus tidur kita yang merindu berubah dan menjadikan dunia kita terbalik. Saat orang-orang di semesta ini tertidur pulas, kita malah tidak pernah puas untuk bermain dalam kerinduan. Begitu aneh, bukan? Kita bermain dalam rindu dan rindu itu berdomisili dalam hati di diri kita sendiri. Sebab itu, yang kita temukan hanya kesedihan dan bayang sesuatu yang kita rindukan, bukan dirinya seutuhnya.
Rindu sangat senang memiliki rumah di hati. Sedang yang membangun rumah tersebut di hati kita adalah jarak, kehilangan, dan kepergian. Maka, saat terjadi jarak pada hubungan, kehilangan, dan kepergian, rumah bagi kerinduan otomatis terbangun.
Kita tidak akan bisa melakukan penolakan, tidak ada kata yang tepat selain pasrah.
Kang Jay
Efek stay at home jd wkt pulang kerja bermanfaat bgt buat salurin hobi.
Efek covid 19 buat diriku mulai berpikir buat atur menu buat di masak apa aza, dah jarang bgt go food makanan.
Share bareng yuk sahabat AN efek positif dari covid 19 apa aza buat kamu?
Jika kita melihat orang yang berbahagia dengan pasangannya, maka pada kenyataannya orang yang bahagia itu sudah bahagia sebelum mereka bertemu dengan pasangan mereka yang bahagia juga.
Boleh saya bilang, sulit ada orang lain yang dapat membuat kita bahagia!.
Lalu dari mana kita mendapatkan gagasan bahwa orang lain dapat membuat kita bahagia? Mungkin dari lagu dan film ha ha, karena dalam lagu dan film suka bilang, "Sebelum ada dirimu, aku menderita, namun engkau mengubah segalanya!" Namun, itu hanyalah semacam mitos.
Dalam dunia nyata, orang-orang kebanyakan berkata, ”Sebelum ada dirimu, aku menderita, namun engkau menghancurkan segalanya!”
Orang yang bahagia menarik orang yang bahagia.
Orang yang menderita menarik orang yang menderita.
Ketika kita merasa gembira, pernahkah kita mengatakan kepada diri sendiri, ”Aku harus mencari orang yang sedang sedih?" Tidak! Kita mencari orang lain yang juga bahagia. Apa pun yang kita rasakan itulah yang kita ingin dapatkan.
Agar dikelilingi oleh orang orang yang berpikiran positif, pertama kita harus tersenyum. Jika kita merasa sedih atau depresi, maka diri sendirilah yang dapat mengubah, jangan berharap pada orang lain apalagi mengharapkan pada pasangan yang belum dikenal, entah dimana dan sedang apa ha ha ha.
Ya, jangan mengharapkan kebahagian dari orang lain! Andai orangtuaku, andai saudara-saudaraku, andai pasanganku dulu, andai pacarku, andai teman-temanku. Semua andai-andai itu bullshit !!!
Ayo selangkah demi selangkah, kita membuka diri untuk keluar dari lingkaran kesedihan. Ketika kita mulai melihat sisi yang lebih baik, maka kita kan menarik teman yang bahagia, bahkan menarik calon pasangan halal yang kita idam-idamkan. Bukan pasangan suram yang makin menghancurkan kita ke bagian terdalam dari kesedihan.
Bahagia atau menderita itu hanya permainan sederhana dari mindset atau pikiran kita saja. Salah satu cara paling simpel agar bahagia yaitu coba hitung nikmat dari Allah, hitunglah dengan calculator karena jarimu tidak akan cukup, maka kita akan mulai bersyukur dan mulai menyadari bahwa menjadi bahagia itu amat sangat sederhana dan mudah, semudah kita menarik napas menghirup oksigen yang gratis.
Ayo mulailah kita tersenyum. Wajahmu akan terlihat ceria saat engkau murah senyum. Senyummu akan dibalas oleh senyum orang lain yang sedang bahagia. Percayalah secara tidak langsung itu adalah screening awal untuk memilih pasangan yang bahagia.
Turunkan Ego, berlombalah jadi yang pertama untuk bahagia.
Kang Jay