Ujaran Kebencian
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya yang dimaksud mereka yang dimurkai adalah kaum Yahudi, dan yang dimaksud mereka yang tersesat adalah kaum Nasrani" - HR Ahmad
Apakah ada petugas berwenang di Indonesia yang berani memperkarakan hadits diatas sebagai ujaran kebencian bagi kelompok tertentu yang akibatkan keonaran?
Dalam Al-Qur'an dan Hadits, banyak sekali tuntunan-tuntunan dalam kehidupan, salah satunya adalah bagaimana menyikapi sekelompok manusia yang punya karakter tertentu
Tapi saat ini mengingatkan manusia, menyampaikan analisis, memberi keterangan, atau mengutip hadits dan pendapat ulama tentang masa depan, bisa masuk pasal ujaran kebencian
Anehnya, negeri ini mayoritas Muslim, juga penguasanya, akan tetapi tak ada pembelaan sama sekali pada Islam, yang ada justru agama dan penganutnya dikriminalisasi
Mengingatkan bahaya komunisme, dikatakan menggoreng isu. Protes atas penistaan agama, tuduhannya intoleransi. Ingin menerap syariat, difitnah anti-Pancasila dan anti-NKRI
Sementara dulu ada penista agama, jelas-jelas kata-katanya kotor, jahat, kasar, dan provokatif. Dipuja-puja, jadi anakemas, dibela-bela, sulit sekali diproses hukumnya
Giliran para ulama, tak ada laporan, kalaupun ada segelintir oknum, langsung jadi tersangka. Diperlakukan lebih hina dari preman yang tertangkap membacok orang
Lucunya, ada petinggi partai yang menyatakan bahwa meyakini akhirat setelah dunia fana adalah bentuk ideologi tertutup, ini tidak dikatakan ujian kebencian terhadap agama
Tampaknya, pihak berwenang benar-benar mengikuti isi pidato ini, yang menempatkan "pemimpin ideologi tertutup" adalah musuh bagi Pancasila, keberagaman, kebhinekaan
Ada lagi pejabat partai yang memfitnah, menuduh kelompok lain, memprovokasi dengan kata-kata "bunuh mereka sebelum kita dibunuh", ini pun bukan termasuk ujaran kebencian
Perhatikan, mereka ingin Muslim takut dengan agamanya sendiri, hingga tak ada lagi ulama yang berani berkata yang benar yang tak disukai penguasa
Berkata benar itu beresiko, tapi tidak mengatakan yang benar itu resiko sesungguhnya. Sebab kita bukan hanya menyerahkan diri, tapi juga aqidah kita. Sebab Islam itu Al-Haq
Harga Keadilan
Hanya emas yang akan dibakar, sebab itu cara menghilangkan kotorannya, agar ia keluar dalam keadaan yang paling murni, agar ia makin bernilai, agar kilaunya makin memesona
Kayu gaharu pun tak ada bedanya dengan ranting kayu lainnya. Saat dibakar, barulah wanginya menyebar, sebabkan ia jauh lebih dihargai ketimbang onggokan kayu lainnya
Sering kita menilai kemenangan dengan cara kita, padahal yang kita harapkan adalah ridha dari Allah. Sesekali kita harus bertanya, apa makna kemenangan yang dijelaskan Allah?
Sering kita mendikte pertolongan Allah itu harus datang dalam bentuk yang kita suka. Jangan-jangan, pertolongan Allah itu malah hadir dalam bentuk-bentuk yang tidak kita duga
Sebagaimana iblis berputus asa, maka ia ingin kita semua juga berputus asa dari pertolongan Allah. Dan putus asa itu teman kedzaliman, yang menutupi keadilan untuk terlihat
Sebaliknya, yakin adalah kunci pertolongan. Sebab keyakinan kita itu akan terus mendorong kita menyatakan kebenaran yang dibiaskan oleh mereka yang punya kekuatan
Melihat pada keadaan kita yang sekarang, bukankah ini saat yang paling tepat bagi kita untuk mengapresiasi mereka yang berjuang lebih dulu sebelum kita? Sudahkah kita rasakan perasaan mereka?
Rasulullah Muhammad, para sahabat, para penerus Islam. Para ulama sebelum kita semisal Muhammad Natsir dan Buya HAMKA. Padahal yang kita rasa tak ada apa-apanya dibanding mereka
Sabarlah dan shalatlah. Sebagaimana mereka yang terdahulu bisa melewati ini, kita pun pasti bisa melewati ini, dengan izin Allah. Tak ada jalan lain menuju keridhaan Allah kecuali dengan bukti cinta
Sebagaimana Allah tak perlu apapun dari dunia yang Dia cipta, maka kita hanya perlu bergantung pada Allah. Bersungguh-sungguh setia mensyiar kebenaran, hingga keadilan nyata bertahta
Atas Apa Aku Dibunuh?
Andaikan satu saat saya di jalan tol, lalu ada pengendara lain yang mengganggu jalan saya di tol. Saya amati ia berpakaian biasa, kendaraannya pun biasa, sama-sama pengguna tol seperti saya
Saya pun terganggu, saya meng-klakson, melindungi jalur jalan yang memang hak saya. Ternyata kendaraan tadi polisi yang menyamar, saya dianggap menghalangi tugas polisi
Lalu apakah itu jadi alasan untuk memberondong saya dengan peluru tajam? Apakah itu membolehkan polisi untuk membunuh dan membantai saya dengan sadis?
Saya jadi ingat, pernah terjadi, ada yang ditilang, lalu mencoba ber-argumen dengan polisi, itupun dianggap melawan, menyerang polisi. Yang punya kuasa mah bebas, terserah gue
Kembali lagi ke jalan tol. Anggap saja saya memang temperamen, senggol-bacok. Tapi pembantaian 6 orang itu kan nggak mudah, artinya senjata dan penyerbuan memang sudah disiapkan
Menilik lagi masa lalu, sejak ada konferensi pers dari tentara dan polisi, kehebohan sudah dipertunjukkan, menurunkan spanduk dengan pasukan khusus dan senjata serbu lengkap
Seolah negara ada pada level ancaman paling tinggi, melebihi ukuran apapun yang pernah ada. Melebihi ancaman daerah-daerah yang mau memerdekakan dirinya sendiri
Andaikan saya memang membawa senjata, katakan saya memang sebodoh dan segoblok itu. Lalu apakah itu jadi alasan untuk menumpahkan darah saya? Haruskah saya dibunuh?
Jujur saja, kejadian ini sangat mengusik, karena siapapun yang sudah dilabeli musuh negara, maka langsung diputuskan nasibnya. Tak ada lagi pengadilan, pembuktian. Hukum tiada
Sejarah sudah menunjukkan, power tends to corrupt, absolute power absolute corrupt. Kekuasaan yang mutlak itu pasti akan disalahgunakan. Dan sepertinya polisi sekarang mutlak kuasanya
Apapun bisa diatur, semuanya sudah dimiliki. Jangankan yang ada, yang tidak ada juga bisa direkayasa. Dan ini bukan pertamakalinya, itu semua sudah dilakukan dan itu semua biasa
Bagi orang biasa seperti saya, menilai ini semua menjadi mudah. Satu pihak inginkan kebaikan dengan Islam, pihak lain ingin melindungi kekuasaan dan pendapatannya