Setelah coba mempelajari kebahagiaan akhirnya saya coba merangkumnya disini, ini bukan soal agama dll lebih ke psikologi ya tentang ilmu yg sy geluti.
Well,saya mengibaratkan Kebahagiaan adalah burung liar yang pemalu. Semakin berusaha kita menangkapnya semakin jauh dia terbang, namun ketika kita berhenti mengejarnya malah si burung muncul dengan sendirinya.
Banyak orang mencari kebahagian dengan cara mengikuti cara orang lain seperti berjam2 nonton youtube atau film tentang cara bahagia, atau baca buku cara menjadi bahagia, namun itu malah membuat ketidakpuasan pada diri kita sendiri. Tontonan atau bacaan itu malah mempersiapkan orang merasa kecewa. Terutama karena kita malah makin menerapkan standard yang lebih tinggi dan tinggi lagi seperti contoh yg ditonton atau baca. Semakin kita mencari cara untuk bahagia, malah membuat kita merasa waktu cepat berlalu.
Lalu kita memaksa bahwa kita akan lebih bahagia jika kita menetapkan standar tentang hidup yang baik dan bermakna dari orang lain, misal kita terus-terusan diingatkan bahwa teman sedang berada di suatu lokasi indah atau makan malam yang mewah, saya pikir ini malah jadi pengingat bahwa orang lain lebih bahagia daripada kita.
Jadi semakin kita berusaha bahagia, kita malah bisa menghakimi dan tidak mau menerima hal-hal negatif dalam hidup kita sendiri... lalu mencaci diri sendiri karena merasakan hal-hal yang tidak cocok dengan kebahagiaan.
Lalu apa yang bisa buat kita bahagia? Saya sendiri berkesimpulan cara untuk bahagia adalahkita harus bersikap lebih "terbuka" pada perasaan negatif yang muncul daripada terus-terusan melawan perasaan negatif itu sebagai musuh kebahagiaan.
Contoh misal punya suami toxic, istri biasanya selalu pingin melawan perasan negatif suami toxic dengan mengandai jika cerai maka hidup akan bahagia, perasaan ini muncul terus yg pada akhirnya menjalani pernikahan tidak bahagia, padahal ada solusi bahagia dengan open mind lihat sisi lain suami atau lingkungan.
Contoh berikutnya jomblo berformalin, jomblo biasanya pingin melawan perasaan negatif jomblo ngenes dengan berandai jika menikah pasti bahagia, sehingga makin jauh dari bahagia dalam menjalani hidup, menjadi murung bahkan menjadi robot pergi pagi pulang petang. Saya baca inner ketidakbahagiaan ini di AN, penuh dengan orang yang toxic saling menghujat padahal itu sedang menghujat dirinya sendiri karena dipertemukan dengan orang senasib yang tidak bahagia, memandang orang lain berpenyakit mental lah apalah padahal mental diri sendiri tergoncang karena kejombloannya. Kebahagiaan sesaat untuk menertawakan orang lain yang bernasib sama2 tidak bahagia, malah membuat diri makin tidak bahagia.
Dua contoh diatas yaitu jika cerai maka bahagia atau jika nikah maka bahagia membuat kita terlalu berfokus pada kebahagiaan di masa depan, ini tentu dapat membuat kita tidak mensyukuri pencapaian kita di saat ini. Ketika kita selalu berusaha menerapkan standard kebahagiaan tanpa berusaha lebih "terbuka" dengan realita hidup saat ini membuat kebahagiaan itu semakin menjauh.
Makanya di Islam diajarkan bersyukur atas nikmat Allah hari ini di malam dan pagi hari itu memiliki efek terhadap kebahagiaan yang luar biasa.
Ayo terima dan atur perasaan negatif itu dengan open mind dan rasa syukur. Jangan kejar kebahagiaan, tapi ayo berdamai dengan perasaan negatif, insya Allah itu malah akan menumbuhkan kebahagiaan hakiki. Aamiin.
Kang Jay