Ingin mengomentari bog Hera namun karena setelah ketik2 kok panjang maka saya buatkan Blog tersendiri saja.
Terkait dengan kekayaan makanya banyak orang pingin kaya agar terutama mampu memberikan pendidikan yang baik untuk anak2nya menjadi orang sukses seperti anak para konglomerat atau pejabat tinggi seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, Nadiem Makarin, Gita Wiryawan bahkan AHY, semuanya lulusan Amerika. Pendidikan bagus seperti juga temen Hera membuka peluang ke kesuksesan. Kalau orang bodoh suka bilang ah kuliah dikampus biasa spt Binus jg bisa sukses contohnya William pendiri Tokopedia, atau ada yg bilang ah gak sekolah aja bisa sukses contohnya Bob Sadino. Tp dgn pendidikan bagus akan membuka akses dan wawasan tentang keilmuan bukan hanya mengandalkan keberuntungan dan kegigihan.
Misal dulu sy kalau tidak memaksakan kuliah mungkin saya ya pasrah jadi Admin sampai sekarang, karena temen seperjuangan saya tahun 1996 masih sebagai Admin. Walau kebahagiaan tidak bisa diukur dari kekayaan dan jabatan, namun setidaknya kita harus berjuang seperti juga imam2 Islam jaman dulu kaya2 seperti misal Imam Abu Hanifah orang terkaya di bagdad bahkan pas meninggal dibrangkasnya ada 11T belum pabrik tekstil dll, kecuali Imam Ahmad memang niat tidak mau kaya. Kyai2 di Indonesia jaman dulu jg kaya2, bahkan muridnya bekerja pada kyainya dan digaji, bukan seperti kyai2 jaman kini minta bayaran ke muridnya.
Namun orang2 Islam sekarang seperti berusaha berlindung pada Islam itu sendiri, misal kenapa sekarang orang2 islam miskin dijawab krn "kita mencari akherat", lalu kenapa orang islam suka melakukan kekerasan dijawab " Ya itu kan amar makruf nahi mungkar", atau kenapa orang islam susah maju secara teknologi dijawab "Ya kita kan mengejar akherat" yg paling sering tentang kenapa orang islam miskin2 dijawab "Ya sekaya apapun kan tidak dibawa mati". Pikiran2 itu adalah pikiran2 memperkosa agama, jadi agama digunakan untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak bersalah yg disalahkan agama.
Padahal ulama2 terdahulu bahkan sejak zaman nabi hampir semua kaya. Kita tahu di Islam mengemis itu haram, kecuali kepepet banget nget seperti kepepet makan babi ditengah padang pasir dikasih musafir yahudi. Trus mempermewah masjid itu haram sedang disekitarnya masih banyak orang miskin, masjid itu dimakmurkan dengan keramaian bukan dibangun dgn material2 mewah, faktanya sekarang banyak orang2 islam mengemis untuk memewahkan masjid, keblinger, alasannya untuk syiar lah, ladalah itu malah menghancurkan islam dari dalam. Tapi ya emang umat Islam zaman kini susah sekali menerima kritik, padahal dizaman Umar melakukan instrospeksi setiap malam, instrospeksi diri ini untuk menyelamatkan karakternya agar bisa bersih. Nah umat Islam sekarang sulit mau instrospeksi karena menyakitkan, gak mau disebut dosa gak mau disebut salah akhirnya muslim sekarang menjadi jauh dari peradaban awal muslim yg benar. "Bro kamu kok miskin?", "Iyalah fokus aja pada akherat, kekayaan kan kagak dibawa mati".
Satu kisah lagi, apakah dijaman nabi ada pelacuran?, banyak, baik di madinah maupun di mekah, ada ciri2 khusus rumah pelacuran. Lalu apakah Nabi menggerebek rumah2 itu, Tidak, bisa dicari dihadist manapun. Padahal diislam zinah itu haram. Kenapa Nabi tidak menggerebek? Karena Nabi fokus pada masalah Inti kenapa terjadi pelacuran itu yaitu Kemiskinan. Kalau Islam jaman Nabi kalau ketemu Ular maka lumpuhkan kepalanya, bukan lumpuhkan ekornya, nah umat Islam jaman sekarang banyak yang kebalik lumpuhkan ekornya.
Misal saat ini dampak dari kemiskian spt kriminalitas, premanisme, pelacuran dsb. Lalu muncul Islam garis keras bilang hancurkan pelacuran dsb, nah itu semua ekor2nya jarang yg berpikir menyelesaikan kepalanya yaitu kemiskinannya. Padahal Rasulullah sudah mencontohkan dengan terang benderang, secara logika kita tentu sadar Nabi pasti dapat akses ke kekayaan krn Islam menyebar sangat luas bahkan ke eropa, namun sedikit yg beliau manfaatkan untuk diri dan kelurganya, hampir setiap hari Nabi dapat upeti berkilo2 emas perak perhiasan sutra bahkan budak namun semua itu beliau sumbangkan untuk memberantas kemiskinan karena beliau tahu akar masalahnya umat Islam yaitu kemiskinan. Jadi saya ulang, Nabi itu sangat kaya sekali namun hartanya langsung disumbangkan ke yg membutuhkan. Dengan tercukupi materi dan makanan umat islam maka Nabi mengharapkan umatnya akan khusyuk dalam ibadah dan menjauhi segala larangan agama seperti kriminalitas dll.
Namun saat ini banyak orang terpaku pada kemiskinan Nabi, tidak mikir kemana hartanya dimanfaatkan. Nabi berusaha agar Syariat2 islam yang beliau sampaikan dan bangun itu berdiri diatas kemampuan finansial setiap umatnya. Misal berhaji tentu butuh kekuatan finansial memadai, kemudian berzakat dan bersedekah tentu perlu juga finansial memadai, artinya apa? Artinya syariat islam bisa tegak kalau setiap umat Islam memiliki kekayaan yg memadai. Makanya Islam generasi awal prioritasnya menanggulangi kemiskinan sebagai pondasi awal mendirikan syariat Islam.
Trus ada yang bilang kalau miskin kan hisabnya ringan ? Gini ya, saat diakherat kemudian ditanya kenapa kamu tidak bersedekah dijawab karena saya miskin, malaikat langsung bilang ya sudah kamu lewat tapi bukan dianggap hisabnya ringan tapi karena tidak punya pahala dibagian itu haha. Beda dengan orang kaya? Kau apakan hartamu dijawab buat zakat dan sedekah, buat bantu bangun masjid, buat bikin sekolah dll, tentu malaikat tidak akan suruh lewat saja namun dihitung dulu berapa pahala yang bisa didapat bahkan Allah menjanjikan pahala berlipat lipat ganda lalu dikurangi maksiat dari harta itu tp tidak dilipat ganda alias satu dosa nah setelah dikalkulasi nemulah jumlah pahala sisanya, kan lemayan tuh kagak disuruh lewat saja spt si miskin. Jadi ingat ya, miskin bukan hisabnya ringan tp maksudnya pahalanya ringan hehehehe.
Hikmah yang diajarkan Nabi "Kaya tapi hidup sederhana, bukan hidup sederhana karena terpaksa".
Kang Jay