Duhai wanita muslimahku. Engkau memiliki akhlak yang luar biasa indah. Tak ada sekata pun dari lisanmu yang menyakiti sesama. Tak ada sekelebat pandangan pun yang mengarah pada yang tak dihalalkan.
Engkau jaga lisanmu, hingga tak ada seucap yang didengar yang mengandung kerusakan. Tak ada seucap kata pun yang mengandung kedustaan. Engkau sangat dicintai oleh sekitarmu. Engkau mampu menjaga raga dan jiwamu dari tindakan yang tak diridha oleh Tuhanmu.
Jangankan menyakiti sesama manusia, bahkan pada binatang saja benar benar Engkau juga tak sampai menyakitinya. Jangankan pada sesama manusia, bahkan pada tanaman saja sekuat tenaga Engkau jaga agar tidak sampai merusaknya.
Duhai wanita muslimahku. Engkau memiliki semangat belajar yang sangat baik. Terutama mendalami ilmu yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah ta'ala. Bukankah ilmu itu yang memang diutamakan?.
Keilmuan yang sangat diprioritaskan oleh islam adalah keilmuan yang bersangkutan dengan perintah agama. Engkau sangat cinta belajar. Engkau sangat cinta dengan ilmu. Engkau belajar agama kepada orang yang tepat, Engkau mengkaji agama dengan giat, Engkau berkomunitas dengan komunitas religi yang hebat.
Wajar jika saat ketika berjumpa denganmu, semua yang kau kerjakan, yang kau amalkan, semua memiliki dasar kuat dalam agama. Engkau tak pernah asal-asalan dalam beramal. Karena kau tahu, semua amalan seorang muslim memiliki panduan. Dan kau tak pernah berhenti mempelajari panduan itu.
Engkau tetaplah manusia biasa yang tak luput dari dosa. Engkau tetaplah manusia yang punya potensi melakukan salah dan lupa.
Hanya saja, kebaikan dan kelebihanmu yang terlampau besar, seolah 'menelan' kesalahan-kesalahan kecil yang pernah dilakukan. Engkau tetaplah manusia yang punya peluang berbuat dosa. Tapi ibadahmu, kontribusinya, amaI-amal kebaikanmu, tobatmu, sanggup menutupi secuil keburukan yang pernah kau lakukan.
Duhai wanita muslimahku. Engkau bukanlah malaikat yang tak pernah salah. Engkau tetaplah manusia biasa yang berusaha memaksimalkan seluruh kemampuanmu untuk memberikan yang terbaik bagi orang orang di sekeIiIingmu.
Engkau memang istimewa. Engkau belajar mengasah jiwa, engkau belajar mengasah rasa, engkau belajar mengasah karsa. Engkau terus melatih jiwamu agar peka pada kebaikan.
Engkau senantiasa meluhurkan pekertimu, hingga menjadi karakter yang mendarah daging dan tak lagi mudah untuk berubah. Engkau mengasah intelektualitasmu. Engkau bekerja keras untuk memandirikan hidupmu, agar tak tergantung dengan siapa pun.
Engkau melakukan banyak hal yang bisa membuat pengaruh baikmu meluas pada sekitarmu. Engkau terus berjuang menjadikan hidupmu bermanfaat bagi sebanyak mungkin sesama. Engkau mengasah jiwa sosialmu hingga kontribusimu diterima oleh sebanyak mungkin sesama. Ya, Engkau adalah manusia biasa, yang terus-menerus berjuang untuk menjadi, atau paling tidak mendekati sempurna.
Duhai wanita muslimahku. Engkau memiliki keimanan yang kuat dalam jiwamu. Keimanan yang ditempa dengan beragam pertanyaan, dengan beragam pencarian. Dengan semangat belajarmu yang tinggi, pada akhirnya kau menemukan cahaya melalui proses dan perjalanan yang panjang. Engkau terhidayahi karena upayamu menemukan kebenaran.
Engkau tafakkuri alam yang membentang luas tiada batas. Engkau tadabburi Firman Tuhan yang merupakan mukjizat terbesar pada Rasul-Nya. Kau renungkan segala peristiwa yang terjadi di sekitarmu. Sehingga pada akhirnya, Tuhan pun mengaruniakan petunjuk kebenaran padamu.
Keyakinanmu pada kebenaran agama yang diyakini sama sekali tak diragukan. Itu yang membuatmu tak enggan untuk mengabdikan diri di jalan kebaikan. Asalkan untuk kepentingan agama, kau tak pernah ragu untuk tampil pertama.
Maukah kau kupinang duhai wanita muslimahku.....
Aku paham bahwa engkau masihlah manusia biasa, namun percayalah aku memilihmu karena aku sadar bahwa kesempurnaan seorang manusia justru terletak pada ketidaķsempurnaannya. Ketika aku kagum pada dirimu, aku selalu menyisakan ruang dalam jiwa untuk menerima kekuranganmu. Paling tidak sebagai obat jika kelak ada rasa kecewa. Percayakanlah dirimu sebagai makmumku duhai wanita muslimahku.
Kang Jay