Pria AN tentu sudah banyak yang mengalami. Tapi kita pria selalu diajarkan oleh ibu kita untuk menjadi pria tegar, kuat dan bijak sehingga kita dipaksa menelan kesedihan sendiri. Ini adalah kisah sedih biasa terjadi.
Berlagak seperti korban, tetapi dia tersangkanya.
Dia wanita mengunggah kutipan-kutipan sedih seakan dia yang paling tersakiti. Tidakkah dia lupa pada seluruh ucapan menyakitkan yang dia lemparkan kepadamu dalam nada tinggi merendahkannya? Apakah dia lupa telepon tengah malam penuh perdebatan yang membuatmu sedih dan kecewa?
Dia bercerita kepada semua temannya tentang keburukan dirimu. Lupakah dia pada seluruh keburukan yang dia lakukan kepadamu? Mengatur hidupmu untuk tidak-begini tidak-begitu. Posesif yang tak masuk akal. Mengancam marah bila kau ingin menghabiskan waktu dengan hobimu sedikit lebih lama. Mempermainkan perasaanmu saat kau sedang jatuh-sejatuhnya pada dirinya. Selalu mencari cara agar kau memohon-mohon kepadanya, menangis kepadanya, dan dia akan memaafkanmu, setelah dia merasa puas mempermainkanmu. (Oh, tentu, dia menganggapnya: aku nggak mempermainkan dia, kok. Itu cuma ngetes apakah dia benar-benar sayang atau pura-pura).
Dalam hubungan tak dewasa seperti ini, akan selalu ada permainan "Sebenarnya Aku Korbannya, Dia Yang Salah". Dalam masalah seperti ini, selalu ada dua persepsi berbeda. Dan, aku tak ingin terjebak dalam permainan ini. Mari menjadi dewasa, introspeksi masing-masing, salah dirimu yang telah memulai sesuatu yang salah ini, lalu maafkan dirimu, maafkan dirinya, dan melangkahlah tanpa pernah menoleh ke belakang lagi.
Guys, you were wrong. Memang, kau mencintainya begitu dalam, memperlakukannya bak putri, saya sering mengingatkan di blog-blog saya sebelumnya bahwa para gadis untuk kuat berdiri dengan kaki mereka sendiri. Hal yang sama berlaku untukmu. Sebagai laki laki, sebagai manusia, kau harus mampu berdiri kuat dengan kakimu sendiri, tanpa bersandar dan bergantung pada cinta dari manusia-manusia ini. Supaya nanti saat patah hati melanda, kau tak seperti orang yang tersesat.
Girls, you were wrong. Memang, kau sering kali jadi korban dan pihak yang dirugikan. But that's not how you treat a human. That’s not how you treat yourself. Selama ini, kau bertanya mengapa hidup begitu kejam pada dirimu, tetapi kau lupa betapa kejamnya dirimu terhadap manusia lain dan dirimu sendiri.
Laki-laki dan perempuan sama-sama manusia. Manusia bukan malaikat. Manusia melakukan kesalahan. Kalian telah memahami apa porsi kesalahan masing-masing. Dan, kalian masih punya waktu. Maka, ayo maafkan dirimu, maafkan dirinya, benahi dirimu, melangkah tanpa dirinya, kuatkan dirimu. Dan, jika kau tak tahu bagaimana harus memulai, mulailah dengan menghamparkan sajadah, ya mulai dari Dia yang Telah Menciptakanmu dan seluruh alam semesta ini; mohon ampunlah kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sekarang, lihatlah ke depan, melangkahlah dengan berani, berhenti berlagak bagaikan korban, berperanlah layaknya pahlawan.
Makasih ya supportnya pada rekan-rekan AN untuk saya terus berkarya membuat blog.
Kang Jay