Lantas, apa yang membuat mencari jodoh di bulan puasa lebih spesial?
Bagaimana praktiknya mencari jodoh di bulan puasa, berikut tips dan kiatnya :
... more
Ak jd inget, adek bungsu kerja di t*l komsel, skrg level area manager apa brand manager gt krg paham, dia sama kntrnya dikasih mbl INNOVA terbaru, mblnya ada di Jkt dipake istrinya, sdgkan adek ak dinasnya di salah 1 kota di Sumatra. Nah adek ak ga dikasih BPKB Innova tsb oleh kntrnya, BPKB akan dikasih nanti setelah mbl itu berusia 4 taun. Mgkn ini yg namanya car loan yah, tujuannya spy krywn terikat dg perusahaan, tdk larak lirik perusahaan lain. Nah itu yg janjiin mo kasih rmh ke istri setlh 5 taun menikah apakah tujuannya mengikat istrinya spy ga larak lirik laki2 lain
Tapi ada bedanya jg siy, adek ak setelah dikasih BPKB, akan dikasih mbl INNOVA terbaru lg, jd Innova yg berusia 4 taun itu bs dia jual, dan dia pake INNOVA terbaru yg baru dikasih lg ama kntrnya, sdgkan yg mo dikasih rmh setelah 5 taun blm tentu dikasih rmh lg
Jaman skrg aya2 wae, segala kemungkinan bs aja terjadi dlm kurun wkt 5 taun pernikahan, klo yg laki2 merasa syg rmhnya pindah tgn ke istrinya, lalu dia akan cari2 alasan yg bs menggugurkan perjanjian itu. Jgn kan komitmen mau ngasih rmh yg msh 5 taun ke dpn, komitmen utk menikahi yg tinggal bbrp mgu lg aja blm tentu bs dia pegang. Katanya klo nikah jgn dibikin ribet n njimet, laahh dia yg ngomg, dia sdiri yg ribet
Sebagian besar kelakuan anggotanya gajebo.. Ada yang kebelet kawin cuma krn udah modal bayar sekian ratus ribu.. Ada yang hobi debat.. Ada yang nostalgia.. Ada yang nyinyir. . Yang paling bikin sakit mata, pada typo.. Bukan hanya 1-2 kali dalam satu ketikan. Tapi banyakk.. Tapi gue akui admin grup lebih sigap dari grup sblmnya.. Walau kadang lamaaa..
Ada yang mengeluh gak direspon ketika chat salah satu member.. Gimana mau balas kalo diawali dengan 'P', 'Hy'.. P?!! Palalu peyang kamsudnya?? Hy??!! What the hell is that??!! At least you can say Assalamu Alaikum, selamat pagi/siang/malam, Halo..
Sekian uneg2 dari seorang member yang baru join kurleb 2 tahun tapi tidak protes seperti para newbie
THINGS HAPPEN FOR a REASON, KAKAK...
Lagipula ketika alasan anda menanyakan itu untuk menghindari Playboy, ato Laki-Laki tidak baik, HEII..mana ada yang akan ngaku mereka bercerai karena ketahuan selingkuh.
Cara yang saya gunakan setelah tawaran bertukar CV via WA mendapat respon positif, maka saya akan mengirimkan CV saya terlebih dahulu (yang bentuknya tidak sekaku tabel2 CV layaknya melamar kerja). Syukur Alkhamdulillah hampir semua balasan saya terima dengan kondisi sebanding (ybs juga mengirimkan dengan format dan alur yang sama). Percaya tidak percaya, ini sudah memberikan sedikit banyak gambaran niat ybs dalam platform ini. Kalaupun ternyata dari CV tsb ada hal yang tidak berkenan, saya tidak akan memaksakan komunikasi lebih lanjut, saya justru terimakasih sudah membuatnya lebih lugas, singkat dan tidak buang waktu.
Sebaliknya, Yang agak bikin sebel (Alkhamdulillah gak sampai hitungan 10jari)adalah, ketika saya sudah berbagi CV tersebut, bukan dibalas dengan tulisan sebanding, tapi deeper questions yang tendensinya negatif dan memojokkan (Ini gak asik sih)...lebih gak asiknya, she's gettin' deeper with their questions..GUA BUKAN MALING WOIII...
GINI DEH...Kami tau sebagai lelaki duda, punya pengalaman gagal, pasti kejujuran menjadi pertanyaan Besar dari Wanita kepada Kami. Tapi apakah keraguan kalian kepada kami akan terjawab dengan hanya sebuah kalimat "Aku Jujur lho yaa ini sama kamu"...kan enggak?
Sebetulnya, kejujuran itu sebuah subyektivitas, beda orang beda ukuran. Tapi Sadarlah, ketika seseorang sudah bersedia bercerita panjang lebar tentang keburukan, kondisi tidak ideal, sebelum kalian menanyakannya, artinya dia sedang jujur. Tidak mudah bercerita tentang sebuah kekurangan, kondisi tidak ideal. Kalian bisa simpan saja dulu cerita itu dan lihat kembali ke-singkronan cerita itu dengan komunikasi2 kalian berikutnya dan masih banyak cara untuk bisa tahu seseorang sedang berkata jujur atau tidak selain dengan cara interogasi dan memojokkkan.
Jangan sampai, ketika seseorang sudah menceritakan semua kekurangan, ketidak idealan dirinya, lalu kalian pojokkan dengan kalimat yang bertendensi Negatif, Interogatif dan berujung judgement. Ini akan membuat si Cow enggan bercerita jujur dikomunikasi2 berikutnya.
Sedang kalian sendiri lupa melihat, bersedia bercerita kekurangan dan ketidak idealan diri kalian sendiri.
Kalaupun kalian keberatan dengan kondisi kekurangan si Cowok, yaa udah cukup sampaikan saja, tanpa interogasi, tanpa memojokkan.
Yang Perlu Kita Ingat Bersama adalah "Seseorang dengan segala cerita hidupnya, pilihan hidupnya, karakter, cara berpikirnya adalah semua yang membawa Dia ke titik/kondisi saat ini, Siapa Anda yang datang kemarin sore (yang belum tentu punya cerita liku hidup yang lebih ideal) tetiba interogasi, memojokkan dan judging".
Saya Yakin, semua nama yang ada di AN ini, mengidamkan Rumah Tangga yang dinikmati berdua, bukan berada dalam tuntutan dan tekanan 1 pihak saja. Sesederhana, jika sejak awal cara komunikasinya anda rasa kurang bisa anda nikmati, yaa sampaikan dengan baik, hargai posisi dia (dengan tidak interogatif dan judging), interospeksi diri anda sendiri lalu cari yang lain.
Buat yang pada nikah, selamat bertambah masalah ya.
Samawa itu ga ada, jika adapun itu adalah gelar bagi mereka yg berhasil melewati badai dan bencana.
Karena nikah itu tidak mudah, islam menyebutnya setengah agama.
Bagi yg sudah menikah semoga langgeng.
Bagi yang sudah terlanjur bercerai gpp juga. Kalian berhak untuk lepas dari penjara.
Bagi yg belum menikah jangan takut, kamu juga akan mengalami penderitaan yg sama.
Bagi yg memilih tidak menikah juga gpp. Kalian juga berhak bahagia.
Semua kita akan senang dan menderita dengan caranya masing-masing. Nikah atau tidak, cerai atau enggak sama saja. Tidak mungkin senang terus atau menderita terus.
Hidup ini enak, maka jadilah orang yg enak
Belum nikah ribet
Mau nikah ribet
Ntar saat udah nikah pasti juga ribet.
Apalagi punya anak banyak, makin ribet
Dasar orangnya aja yang ribet
Sukanya hidup dalam keribetan
Sok2an mau nikah siri, mau dikemanain anak yang banyak dari istri lama itu? Belum lagi biayain anak bawaan.
Sok2an kaya, sok2an jadi jagoan, mau seberapa kuat biayain anak nanti saat kuliah?
Akan seberapa kuat hadapi konflik rumah tangga dari istri lama dan istri baru? Status dengan istri lama aja belum kelar
Jangan omdo doang mah!
Heran sama pola pikir pria model sok jagoan tukang PHP ntar kalau udah tua kena prostat baru tau rasa!
Jangan suka PHP dan mainin hati cewek, ntar kena karma lu! kasihan tuh anak lu!
*CERBUNG*
*Dibaca disaat santai*
*SUAMIKU JADUL*
_Part 1_
Namamya kuno, Parlindungan, biasa dipanggil Parlin. Tak punya akun FB, apalagi IG. Nomor kontak di HP-nya hanya lima belas, semuanya keluarga. Itulah suamiku. Kakakku menyebutnya suami jadul yang hidup di tahun delapan puluhan.
"Enak juga punya suami jadul ya, orang sibuk dengan HP-nya masing-masing, dia justru cabut rumput," kata kakakku seraya menunjuk suamiku yang lagi cabut rumput. Perkataan kakakku itu justru seperti hinaan untukku.
Saat itu kami seperti biasa berkumpul, semacam arisan tak resmi, kami satu keluarga selalu berkumpul setiap bulan di rumah orang tua. Ya, memang begitu, ketika semua orang sibuk dengan hp-nya, suamiku justru membersihkan halaman rumah orang tua. Kadang aku malu juga, entah apa kelebihan suamiku ini, sehingga ayah dulu ngotot menjodohkan kami.
"Maklumi aja, orang kampung memang keahliannya cabut rumput," kata kakak iparku seraya tertawa.
Kami keluarga besar berjumlah enam orang, aku nomor tiga, akan tetapi akulah yang terakhir menikah. Ketika adik paling bungsu sudah punya anak, aku baru dapat jodoh, itupun dijodohkan ayah. Orang kampung, pengangguran pula. Aku bilang pengangguran karena memang dia tak kerja, seharian hanya di rumah. Akan tetapi dia rutin kasih uang belanja. Entah dia dapat dari mana aku tak tahu. Kami baru tiga bulan menikah. Aku bahkan belum tahu dia kerja apa?
Penampilannya juga memang kuno, masih setia dengan rambut gobel, masih setia dengan celana keeper. Di rumah seharian justru hanya pakai sarung.
"Gaul dikit napa, Bang?" kataku pada suami, ketika dia lagi sibuk membersihkan halaman. Kudatangi dia, karena tak tahan cibiran saudaraku sendiri.
"Gak percaya diri abang, Dek, cerita mereka urusan kantor terus, aku hanya tau rumput," jawab suami seraya terus mencabuti rumput.
"Udah kalau gitu aku ikut cabuti rumput," jawabku seraya duduk dan mulai kerja.
Perkenalan kami dulu sangat singkat sebelum menikah, hanya kenalan sepuluh hari baru akad nikah.
"Kau percaya pada Ayah, Nia?" begitu kata Ayah sewaktu mengenalkan kami.
"Tentu saja percaya, Ayah," jawabku.
"Menikahlah dengannya," kata Ayah lagi, seraya menunjuk pria jadul itu.
Saat itu aku hanya diberi waktu berpikir satu hari, kuterima dengan pertimbangan umur yang sudah kepala tiga, karena aku juga percaya pada Ayah, tak mungkin dia menjerumuskan putrinya sendiri. Kami menikah sepuluh hari kemudian. Aku bahkan belum pernah dibawa ke rumah mertua. Kenal mertua hanya ketika resepsi saja. Aneh kan? akan tetapi itulah hidupku.
Kami kumpul ketika makan siang, enam anak dan enam menantu semua berkumpul di meja makan. Ayah mulai bicara.
"Ayah berencana mau umroh, tapi uangnya tak ada, bersediakah kalian membantu Ayah?" tanya Ayah.
Semua kami terdiam dan saling berpandangan, belum pernah Ayah minta bantuan begini, selama ini beliaulah yang membantu kami, hampir semua anaknya diberi modal untuk usaha sendiri.
"Ayah tahu usaha lagi sepi, tapi kubantu juga satu juta," kata abangku yang tertua.
Satu juta? dia yang paling lumayan hidupnya hanya bantu satu juta, bagaimana yang lain.
"Aku juga satu juta," kata kakak yang nomor dua. Dan disambung saudara yang lain hanya bisa bantu lima ratus ribu.
Tinggal aku, kulihat suamiku yang seperti biasanya hanya diam saja.
"Batalkan saja, Ayah, hanya dapat empat juta, biaya umroh dah berapa?" kata abangku yang tertua.
"Sisanya aku yang talangi," kata suami tiba-tiba.
Semua mata mengarah ke suami, aku juga ikut melihat suamiku itu, bagaimana dia bisa bicara begitu, sedangkan rumah kami saja masih ngontrak, beli HP saja dia tak mampu?
"Bang?" kataku pada suami lebih tepatnya bertanya, ingin melihat kesungguhan.
"Iya, aku bayar semua," kata suami, nada suaranya kedengeran yakin sekali.
Ayah menutup pembicaraan dengan mengucapkan "Alhamdulillah" lalu beliau masuk kee kamarnya.
"Aku yakin Ayah prank ini," kata adik bungsuku.
"Kok kau bilang gitu?"
"Dia hanya menguji kita, aku yakin sekali, makanya si Parlin berani talangi semua, pasti ayah sudah bicara duluan dengan Parlin, Ayah kan akrab sama dia," kata abangku yang tertua.
"Beli bedakmu saja dia gak mampu, mau berangkatkan Ayah umroh lagi?" sambung kakakku yang nomor dua.
Kulirik suami, dia hanya diam seperti biasa. Ini suami macam apa, orang membicarakan dia di dekatnya sendiri dia diam.
"Andaipun benar, aku yakin itu uang ayah juga, pengangguran gitu dari mana dapat uang banyak?" sambung Adikku.
Segera kutarik tangan suami dari orang ramai, kuajak dia bicara berdua. Aku tak habis pikir, HP-nya saja masih HP Nokia jadul.
"Bang, apa benar?" tanyaku setelah kami berduaan.
"Iya, Dek, benar."
"Bang, kalau memang ada uang abang segitu, lebih baik beli motor baru, HP baru aja," kataku lagi.
"Lo, kok adek gitu? itu orang tuamu, Dek, mungkin ini keinginan terakhirnya."
"Baik, dari mana Abang ambil uang segitu?"
"Itu hanya satu sapi, Dek,"
Untuk
"Satu sapi?"
"Iya, Dek, hanya seharga satu sapi."
Bersambung...
Copas
┈