Mungkin suatu ketika, kita pernah merasakan hal ini, Tak Berubah. Waktu terasa berjalan sedemikian cepat, baru beberapa waktu yang lalu kita ulang tahun, tapi sekarang sudah mau ulang tahun lagi. Parahnya, pergantian usia itu terasa statis. Tidak ada perbedaan yang berarti antara kita setahun yang lalu dan kita di tahun ini.
Kita mungkin pernah merasa, waktu berjalan begitu cepat, tetapi tidak ada nilai tambah di dalam diri kita. Baik itu pertambahan ilmu, pertambahan kualitas dan kuantitas ibadah, pertambahan kontribusi bagi sesama, pertambahan kondisi finansial, dan lain-lain. Yang ada hanya tambah tua, tapi kita tak tambah yang lainnya. Singkatnya, kita tetap seperti yang dulu.
Jangan keburu bangga ketika bertemu dengan kawan yang lama tak berjumpa, setelah ngobrol panjang lalu dia bilang, “Kamu tetap kayak dulu. Nggak ada yang berubah”. Karena tidak berubahnya kita bisa jadi adalah kesalahan kita dalam mengisi usia selama ini. Masa kita setahun yang lalu sama dengan kita di hari ini? Ini, kan rugi. Mengapa rugi? Gimana nggak rugi, kita makin mendekati kubur, tapi kita tidak semakin baik dari hari ke hari.
Ada yang mengatakan bahwa waktu adalah uang. Di lain tempat ada yang bilang bahwa waktu adalah emas. Bahkan nasihat bijak mengungkapkan bahwa waktu adalah pedang. Bergantung pada siapa pemegangnya, bergantung pada siapa pemilik dan pengendalinya.
Dua orang prajurit yang sama-sama punya pedang, tetapi hasilnya bisa berbeda. Yang satu bisa jadi mengalahkan lawan-Iawannya, yang satu bisa jadi tertebas oleh pedangnya sendiri.
Begitu juga kita. Masing-masing kita sudah dibekali dengan waktu. Tinggal terserah kita. Waktu itu kita gunakan untuk aktivitas yang baik atau yang buruk. Yang pasti, baik kita isi untuk hal yang hebat atau untuk perkara yang tidak penting, waktu kita tetap berjalan menuju titik nol.
Silakan Anda renungkan sejenak, apa sih hakikat waktu bagi kita? Ya, waktu yang kita jalani detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, hakikatnya adalah perjalanan usia kita. Kalau detik demi detik itu kita anggap remeh, sehingga ludes untuk hal yang tak penting, maka hakikatnya kita sedang membiarkan usia kita tergerus untuk yang tak penting.
Begitu juga sebaliknya, ketika kita menghargai detik demi detik waktu yang kita jalani, saat itu pula kita sedang menghargai umur kita. Penghargaan terhadap umur adalah salah satu wujud syukur kita kepada Allah yang masih memercayakan pada kita usia hingga hari ini.
Karena waktu adalah amanah atau titipan, maka perjalanan usia ini nantinya akan kita pertanggungiawabkan di hadapanNya. Berupayalah sebaik mungkin untuk memanfaatkan waktu seproduktif mungkin. Semoga ketika kelak Allah bertanya tentang untuk apa umur kita habiskan, kita bisa menjawabnya dengan jawaban yang elegan.
Kang Jay
Oleh | Jayadiningrat |
Ditulis | Jul 31 '20 |
Dinding Komentar