Wahai Para Lelaki dan Para Ayah,
Saya juga lelaki dan juga Ayah, kini usia saya lebih separuh abad, pernikahan saya lebih dari seperempat abad. Saya paham betul bahwa menjadi ayah dan suami amanah yang berat, itu bukan peran yang mudah dan remeh. Namun itu karunia peran mulia yang penuh perjuangan, bukan hanya peluh bahkan airmata dan jiwa.
Dengan semakin tua maka manusia sejatinya semakin bijak. Seusia saya, setelah hampir 3 dekade memimpin pernikahan, saya baru berani memberi nasihat dan menguak rahasia pernikahan beserta hakekatnya.
Saya mulai menggali pengalaman, mengumpulkan puzzle dan merangkainya, juga berusaha meletakkan peran fitrah keayahan dan kesuamian dalam waktu panjang, memadukannya dengan hakekat kehidupan dan pernikahan dari para Ulama.
Kemudian saya menyampaikan pada lelaki muda dan ayah muda, agar generasi muda tak mengulangi kesalahan yang sama dengan generasi saya. Agar keluarga keluarga muda berkualitas jauh lebih baik, tentu dalam ukuran peran atas fitrahnya dan adabnya.
Ketahuilah Wahai Para Lelaki dan Para Ayah,
Bahwa Lelaki, Ayah dan Suami sejati sepanjang sejarah adalah para peretas jalan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi istri, anak dan keturunannya. Merekalah para Path Finder, who find the way, show the way dan lead the way.
Merekalah leader atau Imam yang memimpin dengan jelas pasti arah kiblatnya, yang memberi takbir dan menunjukkan bagaimana gerakan (harokah) dilakukan agar menjemput saadah dan barokah. Ayahlah, A Man of Mission and Vision.
Ketahuilah Wahai Para Lelaki dan Para Ayah,
Bahwa kitalah para lelaki sejati, tak boleh cengeng kecuali ketika meratap kepadaNya. Kitalah para lelaki yang harus tegas menunjukkan makna dan peran kita juga peran keluarga untuk kebenaran dan keadilan dimulai dari keluarga kita, namun tetaplah bijak dan penuh empati kepada pasangan dan anak.
Saya paham, Kehidupan tak semudah yang dibayangkan, tanggungjawab tak seindah yang dibicarakan. Namun itulah jalan kemuliaan, peran peradaban sebagai ayah dan suami.
Saya pun seorang ayah dan suami, pernah mengalami jatuh bangun sebagai seorang Ayah juga suami, namun jangan menyerah, anda berhak mulia dan memuliakan, tentu ditebus dengan perjuangan.
Kitalah para Imam dan Qowam, yang memimpin sholat dan keluarga agar berdaulat dalam aqidah, dalam ilmu, dalam pendidikan, dalam bisnis atau ekonomi, dalam segala hal. Keluarga kitalah benteng peradaban dan andalah arsitek peradabannya.
Wahai Para Lelaki dan Para Ayah,
Berhentilah menyalahkan keadaan dan keterbatasan diri, apalagi menyalahkan pasangan, sepanjang anda berani melakukan perubahan, mengakui kelalaian dan menjalani pertaubatan khususnya dimulai dari jiwa anda maka Allah berikan ketenangan dan keberanian.
Anda justru hadir untuk membimbing perubahan, meretas jalan kebahgiaan hakiki dan memimpin perjuangan keluarga anda menuju keridhaan Allah di dunia dan di akhirat.
Kembalilah kepada peran fitrah keayahan atau kesuamianmu sebagai seorang lelaki sejati, Ayah sejati dan Suami sejati agar mampu beradab kepada Allah dan pasangan juga keturunan.
Apabila peran fitrah keayahan itu anda jalankan, maka insyaAllah tegaklah keluarga atau rumahtangga dan lahirlah kelak peran peradaban terbaik dari keluargamu untuk peradaban yang luhur dan gemilang.
Dinding Komentar