Merenung sejenak menyapa pepohonan menyambut pagi, dalam lintas kota ada hati yang bertahan siap di bebani.
Goreskan saja untaian peluh kehidupan menatap masa depan nan riang merona atau memerah.
Sambut saja dengan tiga batang lidi yang belajar menusuk langit lewat semedi hari, lalu bawa janinmu untuk melintas dari azan subuh sampai tenggelam matahari.
Mencari restu sang Nadi.
Seperminuman kopi coba kait maksud hati saat matahari beranjak satu tombak meski matahati merenung sesali diri biaskan saja lentera semesta dari pikiran agar larik mengait Aris.
Ada sanad yang terputus saat putik bersemi mengurai makna, mendukungmu bukan asa tapi hakikat pengikat sukma menggelepar melepas arus surgawi.
By tqm
Dinding Komentar