Kalau bicara kitab yang satu ini, karangan Syeikh Ibn ‘Atha’illah, adalah kitab yang cukup berat untuk dibaca dimana perlu guru mengajarkan ke kita tentang makna2 dari setiap kalimat. Kitab ini merupakan karya terbaik dan komprehensif dari beliau. Beliau adalah ulama ahli tasawuf pada zamannya, namun tidak menafikan ilmu-ilmu lainnya.
Kitab ini minim mencantumkan ayat Alquran, hadits dan berbagai argumentasi lainnya. Namun, kitab ini ditulis sebagai refleksi atas pengalaman penghayatan spiritualitas penulisnya. Kitab ini merupakan kumpulan mutiara-mutiara cemerlang untuk meningkatkan kesadaran spiritual.
Saya sendiri merasa kitab ini bisa menjadi tuntunan praktis di tengah-tengah kesibukan dan gelombang materalisme yang kuat.
Walau baru seminggu saya mempelajarinya, namun makna yg terkandung saya rasa luar biasa, beberapa terngiang2 dalam diri saya, beberapa saya ambil sebagai contoh saja:
Pertama, Orang arif tidak akan membanggakan amal ibadahnya, karena malah jadi kurang pengharapan kepada Allah, sehingga apa yg dia dapat merasa karena amal ibadahnya, bukan karena rahman dan rahimnya Allah. Ini sederhana tapi dalam.
Kedua, amal ibadah yg kokoh ikatannya dgn iman adalah ibadah dengan ikhlas. Apabila amal ibadah tidak dilandasi keikhlasan maka akan membawa si hamba menjadi angkuh dan lupa diri, sok merasa paling beramal dibanding orang lain. Lagi2 sederhana tapi dalam.
Ketiga, menurut saya ini cukup unik. Menurut Hikam kalau berdoa itu cukup sekali, pemikirannya cukup sederhana yaitu Allah mosok lupa, mosok harus diingatkan terus terusan, karena yang boleh diingatkan adalah orang yang mungkin lupa, la Allah tidak bakal lupa mosok kita ingatkan terus hehe. Saya pun akhir2 ini jadi memikirkan makna ini, misal 3 hari yg lalu saya sudah memanjatkan doa, trus hari berikutnya ya saya cuman berpikir "ya Allah masih inget kan?" Kemudian dilanjut baca sholawat dan Al Quran. Begitu jg hari berikutnya, dlm hati saya berpikir "Allah masih inget to?". Balik lagi ke Hikam, pemikiran pengarang Hikam yg setingkat wali ini cukup unik namun ada benarnya hehe misal kita punya utang ditagih terus ya dijawab "masih inget, masih inget" haha..
Keempat, dan yang paling membuat saya paling takjub akan kitab Hikam adalah tentang pemikiran orang yang beribadah sedikit dan yakin bahwa itu anugerah dari Allah, itu lebih baik daripada ibadah banyak tapi selalu merasa kurang. Misal ada orang yg udah sholat wajib kemudian gak puas lanjut sholat bakdiah trus lanjut sholat lain lagi. Tapi ada orang sebelahnya yang sholat wajib aja tp rasa syukurnya begitu besar bahkan menikmati sekali bisa sujud ke hadirat Allah, maka maqomnya dianggap Hikam lebih tinggi. Secara logika wajar karena kelakuan satunya merasa kurang terus walau udah dikasih kesempatan sholat wajib oleh Allah, seakan Allah tuh Polisi jadi merasa diawasi trus takut ini takut itu. Heh..........lg2 ini tentang sederhananya ibadah sekali tapi khusyuk.
Terakhir, agar umat islam yang merasa dosanya banyak sebanyak busa dilautan untuk tidak takut memulai berdoa. Ini tentu banyak yg mengalami alias Islam KTP, disaat kita buanyak dosa maka kita seakan alergi ibadah sehingga pura2 lupa sholat padahal dengar adzan juga melupakan doa trus merasa tak layak masuk surga alias pasrah diakherat masuk neraka. Maka gunakan mindset ini "Ya Allah jika aku ingat dosaku maka aku tidak pantas masuk Surga, namun jika mengingat kemurahan dan rahmat-Mu maka aku pantas saja masuk Surga". Dokrin ini coba jika diulang2 dalam pikiran kita maka perlahan kita punya harapan bisa kok masuk Surga, perlahan kita mau mulai dari sekedar berdoa, pelan2 coba ah sholat kan Allah maha Pemurah yg menggugurkan dosa kita dan diberi Surga. Akhirnya rutin ibadah karena kita ahli Surga.........
Dan ada ribuan hikmah lainnya.
Saya cukup takjub dengan kitab ini. Yah saya sekedar memberi gambaran tentang Al-Hikam. Semoga memberi manfaat. Aamiin.
Kang Jay
Oleh | Jayadiningrat |
Ditulis | Feb 14 '23 |
Dinding Komentar