Jadi...bisa jadi..ada benernya juga yaa...
Ladiess...bs di jadikan catatan diri selama mash dalm masa pencarian..
Tidak semua pria mengejarmu memang benar – benar mencintaimu ada yang melakukan itu hanya untuk memenuhi rasa penasaranya saja seperti “..oh ternyata dia orangnya begitu, oh dia begitu, sifatnya seperti ini," saat rasa penasaranya sudah terjawab dia kembali memperlakukan mu seperti biasa dan sayangnya malah kau yang sdh terlanjur dibuat jatuh hati olehnya.
Nah...Itulah mengapa wanita perlu bersikap sok jual mahal, jaga sikap bukan krn dia sombong tapi karena dia harus mengukur seberapa besar tekat seorang pria untuk mendapatkannya bukan sebatas mengejar saja .
Hmmmm…
usia segini koq belum menikah kamu banyak milih sih, kriteria jangan tinggi2 !
Kenapa belum menikah di usia yang Matang ….
menjalani Hidup sebagai wanita lajang di usia matang tidak lah mudah Loh !
Akhirnya Mencari Pasangan via Aplikasi Nikah on line jg, btw memang di kantor atau komonitas gak bisa ketemu yag cocok yaaa!
kalau mau cari jodoh via aplikasi yang umum gak usah syar’i bangat lah , pake bikin sendiri aturannya ikut aturan umum saja kan nyarinya di tempat umum kecuali di aplikasi syar’i yaa ikut aturan admin, yg penting kan... dapet jodoh.. jangan kaku2 dan baku bgt lah!!!
Biasa ajaa..
hmmm…. Hny bs senyum aja menggapinya, semua org bebas ber ekspresi kan disini negara kita pake system demokrasi ,
Aplikasi boleh umum berarti yg memilih mau tidak ikut system umum boleh jg kan….
krn ekspresi sy utk mencari pasangan spt ini prinsipnya
edisi tulisn d buat utk jwbn dgn pertanya2 spt itu , atau ingin bertanya takut gk enak …?
Manusia tidak kuasa menjawab, mengingat jodoh menjadi kewenangan Allah. Tapi jangan berkecil hati, selalu ada hikmah dari setiap ujian yang diberikan Allah atas lamanya jodoh ini.
Berikut hikmah Allah belum mempertemukan.
1. Ujian Naik Kelas
Belum bertemu jodoh merupakan sebuah ujian. Ujian untuk menghadapi orang-orang yang kerap bertanya mengapa belum menikah. Tidak hanya kepada diri seseorang yang belum menikah saja, namun hal yang juga akan dihadapi oleh orang tua dan keluarga yang lain.
Terkadang pertanyaan-pertanyaan tersebut terasa menyudutkan diri dan keluarga. Padahal mereka yang bertanya tidak mengetahui bagaimana usaha mereka dan keluarganya menemukan jodoh. Mereka yang bertanya juga tidak pernah mengetahui begitu banyak doa yang sudah mereka munajatkan agar dipermudah dalam mendapatkan jodohnya.
Namun jodoh yang diharapkan tidak kunjung datang. Pasalnya penentu datangnya jodoh bukan diri sendiri, melainkan Allah AZZA wa Jalla ,Seseorang tidak akan kuasa meminta jodoh untuk datang, karena jika belum waktunya, orang yang diharapkan tidak akan datang.
Di sinilah manusia diujia untuk naik tingkat ke kelas yang lebih tinggi. Allah hanya akan menguji kaum yang disenanginya. Jika mereka bersabar, maka besar lah nikmat Allah kepadanya.
Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ’Azza wa jalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi).
2. Diberi Waktu untuk Memantaskan Diri
Mendapatkan jodoh yang baik tentu menjadi harapan setiap orang. Mereka diharapkan bisa dengan totalitas menjalani hidup dengan kita dan berlaku baik dan setia. Namun, jodoh itu ibarat cermin. Siapa yang menjadi jodoh kita adalah cerminan dari kita. Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Alquran yang artinya:
“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26).
Jika saat ini belum didekatkan jodoh, cobalah introspeksi diri. Apakah tindakan dan perbuatan kita sudah baik atau tidak? Jika kita masih banyak menyimpang dari ajaran Allah, maka ada baiknya memperbaiki diri. Karena kabar baiknya, Allah mengizinkan kita berbenah menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga jodoh yang akan datang juga sama nilainya dengan kita.
Bisa saja Allah mendatangkan jodoh pada saat ini, namun nilai kita masih tidak cukup untuk mendatangkan jodoh yang baik, sehingga mereka yang datang adalah mereka dengan kualitas rendah.
3. Diberi Waktu Membahagiakan Orang-orang Tersayang
Seperti diketahui, ketika sudah menikah, maka tanggungjawab lebih besar adalah untuk suami atau istri. Perhatian kepada keluarga otomatis berkurang ketika sudah menikah. Untuk itu, jika saat ini belum dipertemukan jodoh, berprasangka baik saja. Mungkin ada orangtua yang masih begitu membutuhkan kita, atau ada adik-adik yang harus diselesaikan sekolah dan kuliahnya. Dengan begitu, menunggu tentu tidak akan menjadi waktu yang sia-sia. Karena memberi dan membahagiakan mereka bernilai ibadah dan sedekah.
4. Apa yang Diterima Saat Ini adalah yang Terbaik Pilihan Allah
Belum dipertemukan jodoh mungkin menjadi hal yang cukup menyakitkan. Bahkan diantaranya sering menggerutu dengan kondisi tersebut. Namun siapa yang paling tahu hal yang terbaik suatu barang? Tentu saja penciptanya bukan? Sama dengan manusia, yang paling tahu hal yang terbaik dari manusia tentu saja Allah SWT sebagai sang pencipta.
“Boleh jadi kamu rnencintai sesuatu padahal sesuatu itu amat buruk bagimu, dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Kamu tidak menge¬tahui sedangkan Allah Maha Mengetahui” (QS. 2:216).
Sehingga jika saat ini masih belum dipertemukan jodoh, ada baiknya tetap berprasangka baik dengan Allah SWT. Dia tentu paling tahu dengan kebaikan kita dan tidak akan menyengsarakan hamba-Nya sendiri, di luar kemampuan hamba tersebut.
Bagi yang sudah dipertemukan jodoh, atau yang melihat orang lain belum berjodoh sebaiknya tidak menyudutkan. Memang, kita hanya tahu mereka belum menikah sehingga kita berhak bertanya mengapa mereka belum menikah. Kita tidak tahu mereka sedang memperjuangkan sesuatu, dan yang kita lupa jodoh adalah misteri yang ditulis sendiri oleh Allah, sehingga mereka tidak kuasa mendatangkan kecocokan jodohnya sendiri.
Pentingnya Memiliki Visi dan Misi. dalam Sebuah Pernikahan" yaitu dengan menyatukan Visi dan misi masing- masing waktu diawal pertukaran biodata saat taaruf sebelum ke jenjang pernikahan,
Anggap saja tulisan ini sebagai goresan niat yang terpatri untuk sebuah Cita – Cita Besar yang menjadi Motivasi dan palnning dalam menjalani pernikahan sebagai ibadah yang teramat Panjang.
Apa tujuan dari pernikahan/tujuan Anda berkeluarga? jawabannya bermacam-macam, agar mendapatkan keturunan, memiliki pasangan yang halal, mencari dan mendapatkan ridha Allah, agar ibadah lebih meningkat, dll. Lalu bagaimana cara mencapai/mewujudkan tujuan tsb? jawabannya adalah harus memiliki visi dan misi. Kalau saya pribadi ditanya apa tujuan pernikahan/berkeluarga, jawaban saya adalah selain ibadah, ingin menanam investasi masa depan dan pernikahan lebih terarah ketika badai menerpa dalam rumah tangga bisa saling mengingatkan ke tujuan awal menikah . Jawaban saya tsb sesungguhnya terinspirasi dari kajian Pra-nikah yang pernah saya ikuti sekitar tahun 2013 di AQL (Ar-Rahman Qur'anic Learning) Binaan Ustd Bachtiar Nasir
Masya Allah dari kajian pra-nikah itulah saya mendapatkan konsep yang cukup komprehensive ttg pernikahan/berkeluarga. Menurut beliau, hakekat pernikahan atau berkeluarga itu seperti berorganisasi, yakni bekerja sama(antara suami istri) untuk mencapai tujuan yang sama, maka AD/ART nya harus sama, dan agar tujuan dpt tercapai, maka suami istri harus memiliki visi dan misi yang sama. Dari kajian tsb saya akhirnya mengetahui betapa pentingnya memiliki visi dan misi dalam berkeluarga. Dgn visi dan misi Insya Allah kita akan mudah mencapai/mewujudkan tujuan pernikahan. Point terpenting adalah bekerja sama dgn suami utk mewujudkan 3 visi misi seperti terdapat dalam hadis Nabi bahwa ketika anak Adam meninggal dunia, ada 3 perkara yg tdk putus pahalanya, yakni sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh. Saya ingin 3 poin dalam hadis tsb mjd visi misi dalam keluarga kami nantinya. Apa alasannya? Saya mulai dari poin 3,
Pertama kenapa hrs memiliki anak saleh? karena anak saleh bs menjadi tiket kita masuk surga, namun kita tentu sadar bahwa utk memiliki anak saleh tidak bs didapat dg mudah/ secara instan. Orang tua harus terlebih dahulu mjd saleh dan shaleha.
Kedua, ilmu yang bermanfaat, saya ingin dalam berkeluarga nanti, rumah kami mjd basic-nya ilmu. Berharap jika di beri kesempatan , rumah kami pun dipenuhi dg hiasan buku, di ruang tamu, di ruang keluarga, dan di kamar2, di rumah, saya juga menulis buku yg siap di share ke orang lain. Selain itu, ingin juga mengadakan pengajian anak2 komplek / membawa anak kepengajian mushola dkt rumah, alasannya, utk membiasakan anak berinteraksi dg Al-Quran, membekali generasi mendatang dg basic agama yg kuat, menanamkan "tradisi emas" mengaji yg akan mjd rekaman indah di otak anak dan kelak ketika dewasa anak2 juga akan berusaha mengestafetkan "tradisi emas" mengaji tsb.
Ketiga, sedekah jariyah, kita py penghasilan, rencanaya sebagiannya utk diberikan kepada orang tua dan ada yg disedekahkan kpd org2yang berhak menerimanya, dan selain yg berbentuk materi, kita juga berusaha untuk menanam kebaikan demi kebaikan(menolong orang, men"share" ilmu, mengajar, mengisi acara kajian Islam di lingkungan sekitar), intinya berusaha mjd pribadi yg bmanfaat bagi orang lain. InsyaAllah pahala sadaqah jariyah akan terus mengalir, terutama ketika kebaikan2 yang kita divide kepada orang lain terus diestafetkan kpd orang lain lagi.
Maka dng ke 3 visi misi tsb, Insya Allah diharapkan memudahkan menjalankan kwajiban suami istri, beban atau masalah yang seringkali singgah, terasa ringan karena kami menyadari betul tujuan pernikahan kami yg didasari 3 visi misi tsb. Maka tidak ada saling lempar tanggung jawab atau saling menyalahkan di antara suami istri, tdk ada konflik dlm mendidik anak, yang ada justru fastabiqul khairat( berlomba2 dalam kebaikan) utk nanti dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Kelak jika Allah menanyakan ttg tanggung jawab kami dlm berkeluarga, semoga kami bs menjawab dg kalimat seperti ini , "kami(suami istri) sudah berusaha membangun kerja sama yg sinergis shg terwujudlah investasi jangka panjang(akhirat) kami, yakni sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan punya anak2 yang saleh dan shaleha ". Aamiin
Note : separuh Dien itu kita wujudkan dengan taqwa menjalankan peran spesifik keluarga kita nantinya
Walahu’alam bi shawab
Yuk muhasabah
Menikah itu ndk seenak yang terlihat. Kita harus siap mental segala hal ^^ intinya pertama harus niat karna Allah. Insya Allah jika ada hal yang ndak sesuai bayangan kita. Bisa kembali ke niat awal
Sembari menunggu dgn sabar,
Luruskan niat dan tujuan kita Masuk di AN
Bnar2 ikhtiar untuk mencari pasangan.
Bukan hnya sekdar cari dapet langsung hap :D
Tapi bner2 murni lillahi ta'ala
Sehingga nntinya jika realita gk sesuai dgn ekspetasi
Gk ada kekecewaan yg terbsit dihati kita
Melainkan rasa syukur yg semakin hari semakin bertambah ^^
Jika tdk ketemu disini bisa jd di tempat lain..bumi Allah sgt luas
Nasehat teman-teman yg sudah menikah ya begitu ke ana. Di persiapkan dulu , semoga kita semua di mudahkan, Aamiin
Pilih karung
*atau*
*ISI-nya *
oleh : Emha Ainun Nadjib
Hidup akan sangat melelahkan, sia-sia & menjemukan bila Anda hanya menguras pikiran utk mengurus *"bungkus"*-nya saja & mengabaikan *"isi"*-nya ...
Maka bedakanlah apa itu *"bungkus"*-nya & apa itu *"isi"*-nya ...
*"Rumah yang Indah"* hanya bungkusnya
*"Keluarga Bahagia"* itu isinya ...
*"Pesta Pernikahan"* hanya bungkusnya
*"Cinta Kasih, Pengertian & Tanggung Jawab"* itu isinya ...
*"Kekayaan"* itu hanya bungkusnya,
*"Hati yang Gembira"* itu isinya ...
*"Makan Enak"* hanya bungkusnya,
*"Gizi, Energi & Sehat"* itu isinya ...
*"Kecantikan & Ketampanan"* hanya bungkusnya,
*"Kepribadian & Hati"* itu isinya ...
*"Bicara"* itu hanya bungkusnya,
*"Kenyataan"* itu isinya ...
*"Buku"* hanya bungkus-nya, *"Pengetahuan"* itu isinya ...
*"Jabatan"* hanya bungkusnya,
*"Pengabdian & Pelayanan"* itu isinya ...
*"Pergi ke tempat ibadah"* itu bungkusnya,
*"Melakukan Ajaran Agama"* itu isinya ...
*"Kharisma"* hanya bungkusnya,
*"Karakter"* itu isinya ...
*"Rezeki"* itu hanya bungkusnya,
*"Berkah"* itu isinya ...
Utamakanlah *Isi* nya, serta tetaplah merawat *Bungkus* nya dengan baik .
"... Maaf kalau saudara2ku sejak tadi menunggu mana cerita isi-nya karung yang nggak muncul-muncul ..."
*Makanya ... jangan melihat judulnya ... tetapi lihatlah "isi" nya*
*senyum manis di hari ini*
☺???
*Selamat menikmati hidup ini*
* $emoga kesehatan dan kebahagiaan sll bersama kita..*