Penat Panen.... nunggu musim hujan dulu baru di olah lagi
Saatnya adventure.. bareng teman-teman petani.
Sekarang berangkat.
Random Country, dan yang terpilih adalah Depok.
Tertarik dengan daerah yang dulunya masuk wilayah Jakarta pernah di akui oleh wilayah Bogor tapi akhirnya memilih ke wilayah Jawa barat.
Depok.. iam coming.
(Nok kakang mah cuma wong tani
mung bisa tulus nyayangi
tapi lamon senok ngejar materi
pasrah bae los mana luru wong sugih.)
Yang lain pamer ketampanan, harta benda dan hal yang berbau wah, aku mah apa hanya petani di sawah.
Ada banyak hal yang aku dapatkan ketika turun langsung menjadi petani, malu ...tidak, justru aku SANGAT BANGGA malah aku pamerkan.
Filosofi manunggal dengan alam, rendah hati, dan menerima takdir adalah hal utama yang aku dapatkan dari bertani, dan tidak di ajarkan di Universitas manapun di Dunia.
Menyatu dengan alam sehingga bisa membaca kapan hujan kapan panas, kapan musim tanam kapan di beri pupuk dll, tanpa bantuan alat canggih adalah pelajaran pertama, dengan modal kejujuran dan kerja keras.
Bahwa nasi/gandum yang kita konsumsi ternyata melewati 18 proses dari petani sehingga bisa konsumsi. Masih suka kah kita menyia-nyiakan kerja keras mereka dengan sering membuang "makanan"?
Sederhana dan bersahaja tidak butuh pencitraan atau nama adalah modal untuk rendah hati. Tetap menjadi baik meski di jelek kan lewat cerita orang yang belum pasti kebenarannya.
Ikhlas itu bukan di mulut dan hati, tapi dengan perbuatan, itu adalah titik Kulminasi dari menerima takdir.
Manusia berencana Tuhan penentunya, hasilnya baik/ buruk di terima dengan tersenyum, Urip ojok kakean sambat.
Belajar Kehidupan dengan "Merasakan" dan "Di rasakan" agar tidak mudah menghina dan menyepelekan orang serta merasa diri paling benar.
#petanipadi, petanigandum dan petanikode
Indramayu...
tanah kelahiran ku, hanya 5 menit dari pantai dan hanya 100 meter dari Pantura lama tempat aku menatap pertama kali dunia.
Indramayu...
Kota yang setiap hari ribut tawuran, Genk, begal dan pemerasan, di situ aku lahir dan tumbuh di tempa kerasnya kehidupan.
Indramayu ...
Seburuk apapun, sejelek apapun sehina apapun pandangan mereka, aku tetap menyayangimu.
Indramayu....
Dari rahimmu lahir sosok-sosok petarung kehidupan yang tangguh, tersebar di belahan lain, meski kadang sebagai Bromocorah.
Indramayu....
Kekayaan alam mu melimpah
cadangan minyak bumi di sana bahkan terbesar se Indonesia
Beras mu melimpah sebagai daerah penyangga beras Nasional bahkan sering membeli sesuatu dengan barter beras.
Lautmu luas, tenang dan dalam hingga sering di jadikan pangkalan kapal induk untuk berlabuh dan isi BBM.
Indramayu....
aku kan kembali
karena komitmen sudah di hancurkan oleh hancurnya sebuah komitmen.
Indramayu...
Lelah aku menapak jalan, dari Batam sampai Manokwari pernah aku jelajahi.
Indramayu....
aku pulang tuk menepi.
Esok hari.
Alkisah jaman dahulu di sebuah kerajaan, ada sayembara aneh karena khusus untuk orang buta, yaitu menebak bentuk binatang.
Singkat cerita maka ada 4 orang buta yang mendaftar dan di taruh di tengah lapangan, lalu sang raja bilang "Wahai kalian siapa saja, yang bisa menebak dengan benar tentang gajah maka dapat hadiah yang cukup untuk hidup tenang seumur hidup".
Maka keluarlah binatang yang harus di tebak bentuk binatang tersebut, dan binatang tersebut adalah Gajah.
Setelah hampir satu jam ke 4 orang buta tadi meraba dan memastikan bentuk dari Gajah, maka sang raja memanggil mereka satu persatu untuk menyimpulkan bentuk dari Gajah tersebut.
Orang buta pertama," Gajah itu kecil dan panjang", karena yang di pegang ekor, maka raja tersenyum.
Orang buta kedua,"Gajah itu lebar dan lembek", karena yang di pegang kebetulan perutnya, maka raja tersenyum.
Orang buta ketiga,"Gajah itu bulat tinggi seperti tiang", karena kebetulan yang di pegang kakinya, maka raja tersenyum.
Orang buta ke empat,"Gajah itu keras lancip", kebetulan yang di pegang gading, maka raja tersenyum.
Akhirnya 4 orang buta tersebut saling ribut dan baku hantam karena merasa pendapat dan penilaian mereka "Paling Benar".
Salah kah mereka ? tidak ada yang salah, karena kebetulan mereka memahami Gajah dari sisi yang berbeda-beda.
Benarkah mereka ? Ya, hanya kurang tepat saja, sama dengan pembenaran yang kita bangun selama ini.
Maka bijaksana dalam menyikapi.
iri boleh, marah itu manusiawi, tapi dalam batas kewajaran karena kita lihat dulu siapa yang kita hadapi. Masa orang buta kita marahi, yang waras ngalah.
Tuhan menciptakan akal pikiran kepada Manusia untuk berfikir, bukan sebagai Gantungan kunci maka
"Berotaklah".
Dan akhir cerita 4 orang buta tersebut semuanya mendapat hadiah.
Dream come true.