Mungkin kita pria pernah dibilang oleh wanita tidak peka. Kemudian kita pria kebingungan, tidak peka pada hal apa, perasaan semua biasa dan baik-baik aja. Lalu dibilang lagi tidak peka, bertanyalah pria "peka pada hal apa?", namun tidak dijawab wanita.
Saya akan ambil contoh kasusnya pada putri saya. Pada awal kenalan dengan cowok, putri saya tercengang melihat ketidakmampuan sang pria teman dekatnya untuk peka atau turut bersedih hati saat putri saya sedang sedih atau curhat tentang kesedihannya.
Kondisi ini sebenarnya sudah banyak diteliti, bahwa pria dan wanita akan sama-sama merasa nyaman saat berdekatan secara fisik dengan orang yang gembira. Namun, hanya wanita dalam penelitian menunjukkan yang masih merasa sama nyamannya berdekatan dengan orang yang sedang terluka atau sedih.
Yang saya amati, seperti teman-teman putri saya yang akan terus menemani saat hati putri saya terluka atau sedih. Mereka akan bertanya kapan itu terjadi, apa yang diucapkan, apakah kamu bisa tidur, atau udah makan belum, atau mau aku kerumahmu?.
KEMAMPUAN untuk “mendampingi” selama terjadi masalah emosi memang sudah tertata kuat dalam diri wanita.
Akan berbeda dengan pria jika melihat wanita sedih, cenderung diam atau hanya mengucapkan, “Aku harap kau lekas ceria lagi, ya” kemudian buru-buru melanjutkan kesibukannya atau menjauh pergi. Bukannya sang pria sengaja tidak peka, namun lebih berkaitan dengan insting purba pada pria. Insting pria terbiasa menghindari kontak dengan orang lain bila mereka sendiri sedang mengalami masa yang beraatttt dari segi emosi. Pria biasa menenangkan atau memproses kesulitannya secara SENDIRIAN. Dan mengira wanita akan melakukan hal yang SAMA. Jadi bukan tidak peka, namun pria cenderung udah dari sononya begitu.
Lalu putri saya bertanya mengapa ayah bisa peka? (versi putri saya he he) "Nak, ayah sudah mengalami asam garam kehidupan, apalagi sejak punya kamu anak perempuan kemudian kamu ditinggal ibumu, ayah berusaha keras memahamimu". Untuk pria muda yah pastinya cenderung lebih mengandalkan insting, masih wajar kurang peka. Dia butuh banyak berinteraksi dengan wanita untuk mengasah kepekaannya.
Namun banyak juga pria yang susah belajar. Bahkan sampai puluhan tahun menikah pun, masih banyak suami yang masih mengandalkan insting purbanya saja alias tidak peka terhadap istrinya ha ha ha. Dalam benaknya, "Saya kan ga neko-neko, dan udah berusaha jadi suami baik kok". Eee ternyata dianggap gagal total tanpa kepekaan, sehingga menyebabkan istrinya tidak bahagia, memilih bercerai atau bahkan kecantol pria lain yang dianggap lebih "peka". Memang pemahaman perbedaan pria dan wanita perlu digarisbawahi saat ingin menikah, jangan hanya modal cinta apalagi nafsu saja.
Kembali ke putri saya , tentang ketidakpekaan pria bisa juga muncul dalam berbagai emosi lainnya, tidak hanya saat wanita sedih saja.
Pria teman dekat putri saya (yah pacar lah) sebenarnya sudah mengungkapkan ingin menikahi putri saya. Namun karena putri saya baru diterima di RS sebagai bidan yang benar-benar masih hetic banget dengan kesibukannya, sehingga dia minta waktu untuk menjawabnya. Sang pria setuju.
Setelah beberapa bulan akhirnya putri saya mulai terbiasa dan berkurang tekanan kerjanya. Putri saya sadar bahwa dia pun ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama pujaan hatinya, rencana ini sudah didiskusikan juga dengan saya dan saya mengiyakan. Putri saya memutuskan untuk membuat dia tahu. Selama dua bulan, putri saya melontarkan banyak isyarat alias kode-kode, yah pembahasan tentang anak lah, tinggal dimana lah, persiapan apa yang diperlukanlah, namun sang pria tidak banyak merespon dengan semangat alias datar saja menjawab bahkan sekenanya, tanpa merasa tahu pesan-pesan sebenarnya.
Setelah beberapa bulan kemudian karena panik, putri saya langsung bilang, “Aku siap menikah,” pada suatu sore. Sang pria hanya menjawab, “Ok, saya sangat senang mendengarnya” menoleh sambil tersenyum sebentar lalu menonton lagi pertunjukan musik di hari minggu sore itu.
Putri saya mulai panik. Apa dia sudah berubah pikiran? Apa dia sudah tidak mencintainya lagi? Setelah menonton musik, putri saya selama beberapa jam mencecarnya. Akhirnya karena seakan merasa frustrasi dan terhina, putri saya menangis. Putri saya bertanya apakah dia sedang mau meninggalkannya. Sang pria kaget dan menjawab, “Apa?”. “Bagaiman bisa berkesimpulan seperti itu? Ini kan pertama kalinya adik menyatakan bahwa siap menikah....(berpikir sejenak, mulai sadar, dan oalah ealah)....maukah adik menikah denganku?”. Lega dan tersenyum malu-malu putri saya ha ha ha.
Putri saya tidak bisa mengerti bagaimana sang pria seperti tidak peka dengan sinyal-sinyalnya selama berbulan-bulan ini, bahwa dirinya sudah siap menikah.
Nah ini salah satu sifat wanita yang perlu dipahami pria, saya teringat saat putri saya masih kecil, dia tidak mau berhenti melenggak lenggok sebelum berhasil memancing ekspresi wajah saya. Jika putri saya tidak mendapat respons yang diharapkan, dia akan terus lenggak lenggok dengan tingkah lakunya itu. Dia akan berhenti jika menyimpulkan dan mengira bahwa saya tidak menyukainya, karena tidak melihat ekspresi saya.
Yah mirip mirip seperti kisah putri saya saat udah dewasa diatas. Ketika sang pria tidak langsung melamarnya dan tidak langsung menanggapi interogasinya, dia menyimpulkan bahwa sang pria tidak mencintainya lagi. Sebenarnya, sang pria hanya kurang peka aja dengan sinyal-sinyal itu, bahkan saat diberi sinyal keras maka sang pria sebenarnya hanya berusaha mengulur waktu untuk mengajukan lamaran karena saat itu kan saat pertama kali putri saya bilang siap menikah, dia mungkin sedang berpikir langkah apa selanjutnya, yah khas pria kadang tidak bisa spontan, perlu waktu untuk mensinkronkan dengan logikanya dulu.
Begitulah wanita he he he, selalu ingin pria peka tanpa perlu dia mengungkapkan keinginan dia sebenarnya, mungkin dibenak wanita, jika mengungkapkan langsung seakan menjatuhkan harga dirinya atau bakal bikin malu atau apa silahkan comment dibawah. Yah bagi pria harap maklum dan mulai belajar peka.
Yah sebisanya ya he he...namanya aja belajar...
Kang Jay
Pami langkah tos midamel lara, tur lisan nu sok nyusun kapalsuan, nepi kangajantenkeun lukana manah.
Khilaf sareng Ngalantur etateh nu janten sipatna abdi, ari nyuhunkeun panghampura eta kawajiban abdi.
Ngabersihkeun hate tina sagala dosa eta anu jadi tujuan abdi.
Dina dinten boboran (lebaran) ieu pamugi lawang hampura anjeun masing kabuka.
مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ
Sim abdi sakulawargi neda ngahaturkeun wilujeung boboran, hapunten samudaya kalepatan.
Kang Jay & Keluarga
Ini bukan kisah hidupku, namun akan kuceritakam kisah yang mengharu biru:
"Lagi apa Aa disana?" Suara ibuku di ujung telefon. "Lagi rebahan, Ma," jawabku jujur.
"Lebaran ini pulang? Mama dan Abah rindu," kata Ibuku. Nada suaranya pilu.
"Aku mohon maaf Ma, dan mohon keridhaan Mama dan Abah, aku tak bisa berkumpul lebaran ini, Ma," jawabku. Wabah Corona dan aturan PSBB memang tidak memungkinkan untuk sembarangan pulang kampung.
"Apa kabar Ani?" tanya ibuku. Seketika, pertanyaan itu membuat lidahku kelu. Membuat jantungku berdegup tak beraturan.
"Belum komunikasi lagi, Ma," jawabku. Selanjutnya ibuku bercerita tentang rasa rindunya kepada sang mantan mantu, "Dulu, berapa hari sebelum lebaran, pasti Ani bantu Mama pilihkan model pakaian lebaran..." Aku lebih memilih diam.
"Ya sudah, kamu baik-baik ya di sana kalau memang tidak bisa mudik."
"Iya, Ma, kita saling mendoakan saja ya Ma" kataku sekenanya.
Ibuku menutup sambungan telefon setelah menyampaikan beberapa pesan ampuh bagi anak keduanya. Meskipun sudah berusia 35 tahun, ibuku selalu memiliki pesan khusus untuk kami lima bersaudara.
Langit Depok terlihat muram. Hujan turun deras sejak tadi pagi. Aku kembali meneruskan aktivitasku, rebahan di kamarku yang hanya berukuran 4x4. Kamar kost yang kutinggali enam bulan terakhir ini.
Entah kenapa, hari ini rasanya aku terlalu malas. Tidak ada satu pun pekerjaan yang aku selesaikan padahal waktu sudah hampir pukul 12, walau WFH biasanya aku sudah duduk manis setengah hari mengerjakan beberapa tugas. Separuh hari, kubuang dengan cara yang sia-sia.
Adzan berkumandang, memanggil untuk bersiap menghadap Sang Maha Kuasa. Aku melangkahkan kaki. Walau terasa enggan aku selalu mencoba untuk memaksakan memenuhi panggilan-Nya di waktu terbaik.
Sudah sesiang ini, artinya waktu puasa di hari ini tinggal setengah. Lebaranpun tinggal dua hari lagi. Ah, lebaran ini akan sangat jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Bukan hanya karena adanya PSBB dan wabah Corona. Ada hal lain yang lebih membuatku merasa bahwa Lebaran ini jauh berbeda.
Aku mengambil air wudhu. Menggelar sajadah melakukan sholat empat rakaat. Aku sholat, dengan penuh kesungguhan. Sujudku kupersembahkan kepada sang Maha Kuasa, Maha pengatur jagat raya dan semua yang terjadi di dalamnya. Aku benar-benar merasa kecil dan tidak berguna.
Tidak terasa, ada air mata yang terurai, kesedihan menjalar. Aku tidak lagi bisa menahan tangis, sisi kelelakianku ambrol.
Kata-kata Mamaku tentang Ani membuatku menangis hari ini, hari sebelum lebaran, ada kehilangan yang begitu besar dalam hati. Bayangan Ani memenuhi kepalaku.
Teringat perkataanku waktu itu, "Aku talak kamu, dan kita tidak akan bisa lagi bersama.".
Kalimat itu yang membuat aku menjadi begini hari ini. Tentunya kalimat itu pula yang membuat Ani hancur lebur. Ya Tuhan, maafkan lidah ini, maafkan apa yang telah aku ucap.
Terbayang sudah, wajah Ani yang pucat pasi, matanya tidak lagi bersinar, Istriku menangis sepanjang malam karena ulah dan perkataanku. Ani bersimpuh di kakiku, berlutut dan memohon aku menarik kalimat itu. Namun apa daya, kalimat itu bukan lagi kalimat yang Pertama dan Kedua kali, itu adalah yang Ketiga. Dimana kami tidak mungkin rujuk lagi. Aku menyerah pada keadaan, mungkin Tuhan memang sudah tidak mengizinkan kami bersama lagi.
Aku memutuskan meninggalkannya kala itu karena aku pun ingin menjaganya, tak lagi mau menyakitinya.
Ah Ani, sampai saat ini aku masih sangat menyayangimu. Namun apa daya, sudah terlalu sering kita bertengkar bukan?.
Lebaran tahun lalu, kita masih bisa bersama, saling mengunjungi ke sesama saudara. Ani engkau kugandeng dengan bangga, bergamis panjang dan kerudung yang dipadu padan dengan cantiknya. Baju kami pun sama warnanya. Kami selalu percaya bahwa cinta yang kami miliki kuat adanya. Kemudian sesampai dirumah, kitapun berpelukan dan kemudian Ani mencium tanganku sambil meminta maaf atas kesalahannya setahun lalu, akupun begitu. Namun kali ini sudah tidak bisa bersama lagi. Ani di sana dan aku di sini dengan rasa kehilangan yang sama.
"Sudah sahur belum? Makan sama apa buka puasanya? Lekas beli penanak nasi, biar sahur bisa makan nasi hangat!" ujar Ani. Bawelnya tidak pernah hilang. Walaupun sudah tidak bersama lagi, Ani masih sempat mengingatkanku.
Ah, aku rindu saat-saat itu.
Sore hari, jika udara cerah, kami jalan-jalan ngabuburit, mencari penganan untuk takjil. Atau, sesekali istriku mendadak sangat repot dengan bahan masakan yang akan akan dibuatnya, akhirnya aku terpaksa pergi sendirian mencari kolak. Meninggalkannya bertempur di dapur menyelesaikan menu santapan berbuka kami.
Kalau hujan deras, kami akan memilih untuk diam di rumah, memasak apa saja yang ada di kulkas. Hebatnya, Ani selalu bisa membuat makanan enak walau bahan seadanya.
Kini, hujan turun juga, Ani. Namun kita tidak lagi memasak bersama membuat menu berbuka. Ani, kamu sedang apa di sana? Adakah kamu mengingatku seperti aku mengingat semua tentang dirimu?.
Kadang, jika boleh meminta, ingin rasanya kembali ke masa lalu, memperbaiki semuanya. Tidak akan pernah aku sia-siakan dia. Akan aku didik, aku jaga, aku bimbing dengan sepenuh tanggungjawabku. Mungkin kini aku tidak perlu melihatnya susah payah bekerja untuk menafkahi dirinya sendiri.
Ani, sekali lagi, maafkan aku.
Ani, yang kadang keras kepala dengan keinginannya, rasanya ingin aku meminta maaf berkali-kali, jika aku tidak cukup bersabar menjadi pendamping terbaik. Namun aku yakin, dan aku pun merasakan betul, cinta Ani masih begitu besar kepadaku. Aku yakin, tidak akan pernah ada benci dalam hatimu, begitu pula denganku, aku tidak pernah menyimpan dendam padanya.
Hanya saja aku telah mengambil keputusan Ketiga itu.
"Kamu mau aku bantu carikan penggantiku?" ujarnya lewat sebuah pesan WA.
Tanpa sadar, aku pun memintanya mencarikannya, dengan nada yang lapang Ani pun mengiyakan dan siap mencarikan. Ketika aku sadar diri dan mengenang beberapa kejadian yang membuat aku cemburu, hari ini pasti aku telah melukai hatinya.
Ani, maafkan jika aku sudah membuatmu merasakan cemburu dengan bahasan tentang calon istri baruku.
Sajadah sudah kulipat lagi. Aku kembali beranjak ke tempat tidur. Berbaring lagi, melamunkan sosoknya. Takdir tidak bisa berubah begitu saja, apa yang sudah terjadi akan sulit diperbaiki dan terulang kembali. Ani akan tetap menjadi dirinya yang sekarang, dan aku pun akan tetap menjadi diriku yang saat ini masih terus kupelajari.
Ya, aku tidak akan pernah berhenti belajar menerima keadaan diri. Berjuta cara, aku selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan tidak mengulang kesalahan yang sama.
Untuk Ani, ada rangkaian doa yang selalu aku panjatkan. Semoga dia mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik daripadaku.
Terima kasih, Ani.
Kang Jay
Jika jodoh tak akan ke mana, jika belum jodoh usaha apapun yang dilakukan tak akan membuahkan akhir bahagia.
Seperti kisah pria ini yang sudah bekerja keras menabung untuk menikahi kekasihnya. Ternyata kisah cintanya berakhir pedih.
Perkenalkan pria bernama Azam, pria pada umumnya, lulusan D3 usia 29 tahun bekerja sebagai screenwriter di salah satu stasiun TV swasta. Perkenalannya dengan Rita seorang gadis pegawai swalayan usia 25 tahun karena dikenalkan oleh temannya, "Zam, kamu mau gak aku kenalin ama cewe manis tetangga kosku, baru putus dari pacarnya, anaknya baik lho".
Gayung bersambut, akhirnya Azam dan Rita bertemu di salah satu restoran cepat saji ditemani temannya. Pada pandangan pertama, Azam merasa cocok dan sedikit malu-malu dia membuka percakapan, semua menjadi cair. Kemudian terjadi beberapa pertemuan sepulang kantor bahkan menjelang tengah malam jika Rita mendapat shift malam.
Mereka berdua sudah saling merasa nyaman, Rita menganggap Azam adalah teman curhat yang baik, yah Azam adalah pendengar setia, dalam menyimak curhatannya bahkan kadang kala Azam ikut terbawa emosi.
Hingga akhirnya 2 bulan telah berlalu, pada suatu malam dipertemuan sepulang ngantor, sang gadis seperti terlihat gelisah, lalu dia memberanikan diri menanyakan status hubungan mereka. Azam sebenarnya belum siap menjawab, namun dia akhirnya memberanikan diri 'juga' bilang bahwa dia juga ingin menikah.
Beberapa hari kemudian mereka bertemu kembali, sang gadis menanyakan lagi, "kapan?", Azam pun menjawab untuk beri waktu dia mengumpulkan uang dulu untuk biaya pernikahan yah setahunan. Si gadis sepertinya rasa gusar dan terlihat gak sabar langsung bilang "bagaimana kalau kita tunangan dulu", Azam mengiyakan.
Mulailah perjuangan Azam dalam menabung untuk biaya nikah, mereka masih rajin bertemu sepulang kantor.
Namun nasib berkata lain, setelah empat bulan dia bekerja keras mengumpulkan tabungan pernikahan. Sang kekasih memutuskan hubungan mereka untuk kembali ke mantan pacarnya sebelum dengan dia. Azam sangat bersedih, harapannya bersanding dengan kekasih hatinya telah pupus, uang tabungan yang dia kumpulkan pun hanya bisa dia pegang dan pandangi. Trenyuh.
Kisah diatas sebenarnya sering kita dengar disekitar kita. Sebagai pria saya menganalisa sebenarnya si gadis sudah memberi sinyal yaitu dari gelagat sang gadis meminta menikah segera atau setidaknya tunangan dulu.
Ini memperlihatkan kegalauan dia, antara mantan terindah yang masih dia cintai atau kekasih baru yang 'mungkin' belum dia cintai tapi mungkin bisa menawarkan komitmen menikahinya, namun sayangnya komitmennya lama yaitu satu tahun lagi tanpa dibarengi dengan pertunangan yang dijanjikan. Disisi Azam dimaklumi, mungkin dia tidak tahu situasi itu, mungkin jika diberi tahu, tentu si gadis merasa gak etis memberi tahu, mungkin si Azam menikahinya segera. Pada akhirnya sang gadis berpikir sendiri dan memutuskan kembali ke mantan kekasih hatinya, walau dia sadar si Azam lagi mengumpulkan uang ha ha ha.
Saya akui, wanita suka dengan gercep pria. Tapi kita pria tidak suka gerak cepat kalau urusan nikah. Dipikiran kita pria langsung mikir: gimana biaya nikah, mau dikasih makan apa, bulanan cukup gak, mau tinggal dimana, bagaimana pendapat bapak ibu, sudah yakin belum sebagai calon ibu dari anak-anaknya kelak dll. Coba aja perhatikan mempelai di pelaminan, yang paling ceria siapa. Putri saya saat menikah ceria sekali, sampai keingetan si A si B gak datang ha ha ha. Saya memahami kemurungan suami putri saya, langsung sehari kemudian setelah resepsi saya kasih rumah dan isinya, tapi tetep ya itu hibah diatasnamakan putri saya, dia langsung ceria sampai sekarang. Saya suka heran ama para orang tua yang nahan-nahan warisan, sang anak harus menunggu sampai orang tuanya koit dulu, padahal kan lebih bahagia sebagai orang tua bagi warisan saat kita masih hidup dan melihat mereka bahagia. Bukan memanjakan, namun sampai kapan punya rumah, pun bisa KPR maka mereka harus hemat karena sepertiga uangnya buat bayar KPR, belum cicilan kendaraan, susu anak bahkan ada orang tua yang masih berharap kiriman bulanan.
Saya teringat, pernah suatu waktu 6 tahun lalu berkenalan dengan Janda di AN, itu pertama kali saya kopdar. Dihari pertama kali jumpa itu saya cukup surprise dengan keterbukaan dia, saat kita berdua pindah dari restoran cepat saji ke bioskop, didalam taksi dia berucap mengapa kita tidak langsung ke KUA saja, mungkin itu candaan bagi dia namun bagi saya yang sudah lama sekali tidak pernah nge-date terakhir usia 21 tahun sebelum menikah, itu terdengar seperti tantangan dan sangat menantang. Seharian saya sampai berpikir apa samber aja apa semudah itu. Apa perlu saya besok bareng berangkat ke KUA? Mumpung besok buka kalau sabtu minggu kan tutup ha ha ha. Kalau tutup mosok ke KUD.
Kang Jay
Diusianya yang sudah menginjak tiga puluh lima tahun telah membuat gundah gulana. Apalagi adiknya telah lebih dulu menikah tiga tahun yang lalu.
Sebenarnya secara fisik, Allah telah memberikan anugerah cantik dan juga cerdas, sehingga banyak orang yang mempertanyakan tentang kesendiriannya. Bahkan mereka berpikir dirinya terlalu banyak memilih.
Terkadang dia ingin menangis setiap kali ibundanya melihat dirinya seolah berkata "Kapan kamu menikah anakku?" Hatinya terasa perih. Setiap malam selalu berdoa dan berharap agar segera hadir laki-laki sholeh datang untuk melamarnya.
Bahkan ikhtiarpun telah dilakukan untuk menjemput jodohnya dengan rajin mengikuti majelis ilmu, menjadi pengurus yayasan amil zakat, bershodaqoh ke panti asuhan dan menjadi kakak asuh dari beberapa balita di panti asuhan tersebut. Pekerjaannya sebagai pendidik disalah satu SMP Swasta dijalan Patuha Bandung membuatnya terbiasa dengan anak-anak.
Haripun berlalu begitu cepat. Suatu hari tiba-tiba dirinya merasakan sakit pada perutnya. Mual yang dahsyat, muntah-muntah hebat. Sampai harus ditangani di IGD. Entah apa yang terjadi, langsung tak sadarkan diri. Ketika membuka mata terlihat wajah ibunda, bapak dan adiknya telah berada disampingnya. Terdengar isak tangis, namun kemudian dia tertidur lelap.
Terdengar suara lembut menyapanya, "Sudah bangun Teh?" Dia hanya bisa tersenyum kepada dokter yang merawatnya. Samar-samar sambil berusaha fokus terlihat wajah dokter yang seolah tidak asing. "Sepertinya saya mengenal, dimana ya?" gumamnya terdengar lirih. "Benar, kita memang saling mengenal Teh, saya adalah teman sekolah sewaktu di SMA 5 Bandung.." jawab dokter itu. "Ya Allah," teriaknya dalam hati. Dia ingat, dokter yang merawatnya adalah temannya yang cupu sewaktu duduk dibangku SMA, dia dulu pernah "menembaknya". Menyatakan cinta kepada dirinya dengan menyelipkan surat di bukunya dan semua itu berlalu begitu saja tanpa dia indahkan. Surat cinta yang tak terbalas.
Dengan semangat, dokter itu bercerita tentang dirinya, setamat SMA melanjutkan kuliah di Kedokteran Unpad, lulus sebagai sarjana lalu menyelesaikan koass, lanjut mengabdikan diri di salah satu puskesmas dipedesaan Pendeglang sampai perjalanannya menjadi seorang dokter umum pns di RS Hasan Sadikin Bandung. Saat itu dirinya hampir menyelesaikan pendidikan spesialis bedah vaskular di Unpad, sebelumnya dia sudah mendapat gelar MARS yang ilmunya dia manfaatkan sebagai kepala instalasi gawat darurat. Sang gadis juga menceritakan perjalanan hidupnya dan keluarganya. Seperti tak mau kalah, sang dokter juga bercerita banyak tentang keluarganya, ibunya meninggal saat masih kuliah yang membuatnya sempat down, ayahnya sakit-sakitan tinggal dirumah adiknya seorang arsitek lajang, dan kakak-kakaknya yang telah sukses dan tinggal dirantau.
Dia juga bercerita tentang kekagumannya dulu pada sang gadis, hal ini membuat sang gadis tersipu malu sambil merasa bersalah mengapa dulu begitu tidak peka dan dengan mudah mengabaikannya. Perlahan komunikasi keduanya terjalin lebih dekat. Sebagai seorang dokter umum yang mengawasi kesehatan pasiennya membuat banyak waktu untuk berbincang. Keduanya saling menaruh hati seolah sudah saling mengetahui isi hatinya. Menceritakan masa SMA dari dua sudut pandang yang berbeda namun memiliki kesamaan waktu dan lokasi. Menggidik bersama saat membahas hantu Nancy di jendela SMA 5.
Seminggu di RS tibalah waktu sang gadis pulang. Dokter yang merawatnya itu tidak tinggal diam, beberapa hari kemudian dia datang bertamu dan bertemu dengan orang tua sang gadis di rumahnya daerah Lengkong Kecil. Tiap malam minggu dokter itu selalu datang, tidak sampai sebulan, dokter itu mendadak bilang ingin melamar. Dengan mantap dia bilang akan membahagiakan gadis itu, bahkan jauh sebelumnya dia telah memendam rasa cinta. Orang tua sang gadis pun sujud syukur, demikian indah kuasa Allah mempertemukan jodoh anaknya disaat tak terduga.
Pernikahan dilangsungkan dengan sederhana dengan adat sunda yang kental di gedung Seskoad, menyebar sekitar 250 undangan. Saya suka dengan mobil moris mini sang dokter yang dipakainya sebagai mobil pengantin:
Sang gadis sangat bersyukur telah mendapat jodoh yang diidam-idamkannya, sosok laki-laki yang insya Allah akan membuat hidupnya bahagia.
"Ya Allah, aku bersyukur pada-Mu telah memberikan aku kesabaran untuk bertemu dengan belahan jiwaku. Ternyata sakitku membawa keberkahan yang mempertemukan aku dengan jodohku. Alhamdulillah, Terima kasih Ya Allah atas semua takdir-Mu."
Air matanya bergulir membasahi pipinya bersyukur bertemu dengan jodohnya yang tak diduga.
Kang Jay
Mencari jodoh atau pasangan hidup, sebenarnya bagi laki-laki itu mudah, tinggal tunjuk jari saja untuk dapatkan jodoh. Tidak seribet wanita. Tinggal penuhi syaratnya, melamar, lalu menikah.
Syaratnya cuma 1 yaitu kemapanan. Ha ha ha ini yang bikin tidak mudah. Eehh.
Yah secara umum kemapanan dibagi menjadi tiga :
1. Mapan Mental : Dewasa, berilmu, jujur dan bertanggung jawab.
2. Mapan Spiritual : Beriman, rajin ibadah, banyak beramal kebajikan..
3. Mapan Lahiriah : Punya pekerjaan atau penghasilan, rajin bekerja, jikapun tampang pas-pasan tidak masalah yang penting sehat, rapi, bersih, wangi. Dan jangan lupakan yaitu Perkasa.
Mapan lahiriyah, biasanya sih lebih berfokus pada punya penghasilan tetap, sudah punya kendaraan, minimal motor. Syukur-syukur sudah punya cicilan KPR rumah, bagusnya lagi sudah punya rumah sendiri.
Jika modal dasar kemapanan itu sudah terpenuhi pada diri seorang laki-laki, maka tidak perlu susah hati buat segera menikah.
Namun jika syarat di atas belum terpenuhi, harap bersabar, kalau perlu rajin puasa sunnah, penuhi dulu syaratnya, usaha yang gigih, hingga terpenuhi syarat di atas. Insya Allah kita bisa. Setidaknya sudah punya tabungan untuk acara pernikahan walau sederhana, ini dalam artian si wanita bersedia mulai dari NOL, yah kalau usia kita dibawah 30 tahun masih mungkin sih, dalam artian mungkin sang wanita melihat prospek masa depan kita atau sang wanita sudah suayang banget atau sang wanita sudah kepepet ha ha ha..
Setelah syarat terpenuhi atau dimiliki, maka meskipun kita pria kuper, alias tidak memiliki bakat melakukan pendekatan pada wanita, atau minder karena punya wajah pas-pasan, maka kita tidak perlu khawatir, ikuti tahapannya.
Empat tahapan yang bisa dilakukan oleh pria dalam mendapatkan pasangan halal, sebagai berikut :
1. Gerilya dulu mencari wanita sholehah, baik, berakhlak, dan sebagainya sesuai kriteria kita. Terserahlah menurut selera kita saja, wanita seperti apa yang disuka, bahkan jika ingin yang cantik silahkan saja. Kalau sudah melihat, menemukan, entah itu di jalan, di pasar, di tempat kondangan, di AN, facebook, sosmed atau di seberang jalan depan rumah, tinggal tunjuk saja orangnya, kunci pilihan kita ke dia yang dituju.
2. Setelah menemukan wanita yang layak dijadikan istri maka langkah berikutnya adalah melakukan pendekatan. Kirim pesan kalau di AN. Atau kalau lihat di jalan, coba cari dimana biasa dia singgah atau rumahnya, kenali keluarga atau saudaranya, dan dapatkan nomer teleponnya, tidak usah telepon namun bisa kirim WA dulu, ajak ketemuan. Jika masih tidak memiliki keberanian, langsung ke tahap selanjutnya yaitu melamarnya, namun ini biasanya sih dikampung, dalam artian kita sudah tahu rumahnya bahkan sudah kenal keluarganya.
3. Tahap berikutnya setelah rada akrab atau mau langsung tabrak, yaitu melamar wanita yang kita suka, dengan mendatangi orang tuanya. Jika tidak berani, minta bantuan sama orang tua kita, kakak, atau saudara dekat, bahkan tokoh masyarakat atau pak Lurah untuk datang ke rumah orang tua wanita tersebut, melamar anaknya buat kita.
Untuk laki-laki yang sedikit kuper ada dua tahap ketakutan saat berhubungan dengan wanita;
a. Saat mau menyatakan cinta, takut ditolak.
b. Saat melamar pada orang tuanya, takut tidak diterima.
Saya teringat sepupu saya. Btw, kok banyak cerita tentang sepupu sih? Maklum ya pemirsah, ibu saya 12 bersaudara dan ayah saya 8 bersaudara. Lanjut cerita, jadi sepupu saya ini lebih tua dari saya 6 tahun, anaknya memang rada kuper tapi giat bekerja. Sejak STM dia menyukai gadis tetangga kampung. Kemudian setelah dia bekerja di Jakarta sebagai karyawan pabrik elektronika maka dia mulai pede dengan penghasilannya dan sudah mampu ngontrak rumah petak di Jakarta. Saat Lebaran, diungkapkanlah ke ayahnya bahwa ia suka gadis itu dan ingin menikah dengannya. Menanggapi keinginan anaknya, sang ayah berembuk dengan pak Lurah yang masih saudara. Dua hari kemudian, sepupu saya, ayahnya dan pak Lurah mendatangi rumah orang tua si gadis. Shocklah si gadis sampai menangis, secara, tidak ada kabar eee mendadak dilamar. Maklum sepupu saya tipe cinta dalam diam. Maka sang ayah si gadis menyerahkan segala keputusan ke anaknya. Saya kenal gadis itu karena masih satu kampung, adiknya teman satu kelas saya di SD, terus terang saya rada sangsi si gadis menerima lamaran itu, si gadis punya wajah lumayan cantik semampai sehingga saya pikir dia sudah ada pacar atau calon. Sehari, dua hari, tiga hari tidak ada kabar, namun dihari kelima sebelum sepupu saya balik ke Jakarta, si gadis mengiyakan. Maka menikahlah dan mereka tinggal di Jakarta. Walau saat ini di Jakarta masih ngontrak, namun dikampungnya sudah punya rumah sendiri lunas. Mobil Agya selalu menemani mereka pulang kampung.
4. Oiya kembali lagi ke tahapan berikutnya, yaitu perkenalan atau tanpa perkenalan tapi langsung menentukan hari pernikahan. Jika orang tua sang wanita menyerahkan keputusan pada anaknya, dan anak perempuannya mengajukan syarat untuk mengenal kita lebih dahulu, ya kenapa tidak untuk perkenalan [ta'aruf] dulu, ngobrol dulu, jangan sering-sering, cukup lah 2-3 x pertemuan. Setelah sudah saling mengenal, merasa saling cocok dan deal, maka segera tentukan hari pernikahan. Get Married!
NAMUN jika setelah pertemuan itu si wanita tidak menerima alias menolak lamaran kita dengan berbagai alasan, maka ikhlaskan saja, tentu dia punya alasan sangat kuat untuk menolak kita. Ingatlah bahwa bagi wanita baik biasanya punya dasar keyakinan bahwa jika ada yang melamar maka jangan langsung ditolak, dipikir masak-masak, karena jika ditolak langsung maka sama saja dengan menolak jodoh yang Allah sajikan. Wanita dan orang tuanya pasti hati-hati sekali.
Namun jika kita ditolak dengan baik-baik, ya sudah kita terima dengan lapang dada, ingatlah wanita didunia ini masih banyak, cinta memang penting namun kita sebagai pria harus rasional dan realistis, yah lupakan si dia dan kita cari lagi yang lain. Karena laki-laki itu kodratnya mencari, memilih, dan melamar. Sama seperti waktu kita melamar pekerjaan, kalau ditolak, ya cari kerja tempat lain lagi, jangan putus asa, karena putus asa itu tidak baik dan itu bukan sifat Laki Tulen.
Semoga langkah-langkah diatas bisa mempermudah kita pria dalam pencarian jodoh.
Pada umumnya, masalah yang ada pada diri pria saat mencari jodoh adalah ketidaksiapan di diri pria itu sendiri, yaitu belum memenuhi syarat kemapanan, bukan sulitnya mencari wanita yang mau dinikahi.
Yah istilahnya kita nikah sih mau banget, tapi oh tapi modal ga punya ha ha. Modal dulu penuhi, yah setidaknya biaya acara nikah lah, baru usaha mencari pasangan hidup. Kita sebagai pria harus maklum bahwa kemapanan jadi poin utama seorang pria disukai oleh umumnya wanita. Jangan pernah bilang wanita matre jika kita sendiri tidak punya modal apa-apa. Wanita juga bingung, bolak-balik lihat kita dari segala sisi, tampan kagak, perhatian juga kagak, maka jangan kaget jika sampai dibilang mokondo.
Akhirnya jika kita pria sudah menemukan wanita calon pasangan hidup yang pas, yah yang sesuai dengan yang kita inginkan. Maka pesta pernikahan tidak perlu harus yang mewah dan meriah, sesuaikanlah dengan budget kita, yang penting khidmat, penuh keceriaan, kekeluargaan, dan kebahagiaan dari kedua mempelai.
Jikapun punya modal buat biaya pernikahan yang meriah dan mewah, mending disaving untuk tahap selanjutnya seperti punya rumah, punya anak dll.
Saya ada tips ketahanan ekonomi keluarga, yaitu tabungan minimal 2x gaji atau penghasilan kita. Pastikan ada minimal 2x ditabungan atau ujud barang berharga seperti emas, pengalaman saya sih jadi aman jaya dan punya efek jadi lebih hemat. Mungkin setan suka menggoda rumah tangga kita saat tongpes terutama istri, bahkan sampai bertengkar hebat, tapi saat punya tabungan ini maka saya perhatikan godaan ada tapi sedikit. Dua kali ini juga saya pikir lumayan jika kita sampai kena cut gaji atau bahkan PHK, seperti di zaman Covid ini. Saya lihat teman yang tanpa persiapan ini, ampe jual-jualin isi rumah, over kredit mobil dll. Dua kali ini memang sedikit, tapi jika hemat bisa buat empat bulan nafkah.
Sebelum melamar anak orang, ayo kita mulai mengumpulkan modal kemapanan terutama finansial. Mulai bekerja, jangan malas-malasan, jangan malu punya usaha kecil atau pekerjaan biasa, jika dirintis dengan kemauan keras insya Allah akan menghasilkan kemapanan. Namun jika ada wanita baik yang tidak mensyaratkan kemapanan finansial alias mau mulai dari NOL, berarti anda pria beruntung ha ha ha. Selamat berjuang kaumku.
Kang Jay.
Siti Aminah dan Muhammad Imam menikah dengan hanya modal Rp 5 Juta. Dua tahun lalu sempat viral dan mereka diundang ke beberapa stasiun TV.
Foto Siti dan Imam:
Lalu bagaimana mereka bisa mengatur uang Rp 5 Juta tersebut?
"Jadi kami enggak bikin undangan, hanya nikah sederhana aja. Yang datang cuma kedua keluarga kami, dan tetangga dekat rumah karena kami nikahnya di mushola depan rumah," kata Siti
Pernikahanya dihadiri sekitar 50 orang yang merupakan keluarga dan tetangga dekat.
Siti dan Imam menikah di Desa Tanalum, Purbalingga, Jawa Tengah.
Rincian biaya pernikahan pasangan ini adalah sebagai berikut:
1. Biaya penghulu Rp 600.000
2. Baju pengantin, make up, dan dokumentasi foto Rp 1.000.000
3. Konsumsi pernikahan (masak sendiri) Rp 900.000
4. Mahar Rp 250.000
5. Seserahan (baju gamis) Rp 200.000
6. Perhiasan Rp 1.750.000
Setelah acara akad nikah selesai, pasangan ini membagikan makanan kepada tetangga sebagai pemberitahuan bahwa mereka sudah menikah.
"Setelah selesai akad nikah, baru kami bagi-bagi nasi ke tetangga, menyampaikan bahwa kami sudah menikah," ujar Siti.
Ada juga kisah lain yaitu pernikahan Satrio dan Karin di Purwokerto, yang menghabiskan biaya Rp 5,5 juta. Dengan rincian: makeup dan pakaian Rp 1,6 juta, cincin perak Rp 700 ribu, penghulu dan seserahan Rp 1,4 juta, foto dan video akad hanya soft file Rp 800 ribu, biaya konsumsi dan lain-lain Rp 1 juta.
Foto Satrio dan Karin:
Akad dilangsungkan di masjid dekat rumah, kemudian setelah selesai pindah ke rumahnya, tanpa panggung dan pelaminan.
"Oiya, pas sehabis akad. Kita sengaja nggak pakai pelaminan, jadi tamu langsung makan. nggak ada foto stage, karena kita pikir semua orang sudah bawa kamera kan. Saya dan karin menyambut, ngobrol, ngopi, ngemil, tertawa bareng," kata Satrio
Memang menikah merupakan suatu momen yang diharapkan terjadi sekali seumur hidup. Wajar orang berlomba-lomba memberikan kesan istimewa saat pernikahan. Tentunya ini membutuhkan biaya yang besar.
Namun, sebenarnya kita juga tahu ada banyak cara mudah untuk menghemat biaya pernikahan, seperti contoh diatas pernikahan Siti & Imam dan Satrio & Karin. Singkirkan gengsi, biaya yang murah tetap bisa membuat momen pernikahan berkesan. Pesan dari kisah ini menikahlah sesuai kesanggupan. Jangan memaksakan diri hanya karena status sosial dan omongan orang sehingga harus terlilit hutang.
Saya ingat Paman kandung saya melakukan hal yang sama, bedanya akad di kantor KUA dengan Snack kotak. Kemudian pulang dilanjutkan acara kumpul-kumpul sederhana tanpa tenda dirumah istrinya dengan Nasi terik (rendang jawa) berikut capcay dan acar yang sudah dipaket di piring-piring sederhana, tambahannya ada snack dan teh manis, bahkan tidak membagikan Nasi kotak ke tetangga.
Kami keluarga mempelai pria awalnya cukup surprise mengingat kami datang jauh dari Cirebon ke Banyumas, namun melihat kebahagiaan Paman terpancar dari wajahnya maka kami keluarga menjadi cair. Paman saya juga tidak muda lagi, lajang usia 44 tahun meminang gadis 31 tahun. Saat ini sudah dikaruniai tiga anak.
Apalagi yang membahagiakan selain melihat kedua mempelai bahagia mengakhiri masa lajangnya. Plong. Sehingga bukan acara pernikahan yang megah yang diharapkan, namun sahnya akad nikah dan kehidupan rumah tangga setelahnya yang rukun & bahagia sampai maut memisahkan.
Lalu, bagaimana dengan Anda? Tertarik menggelar pernikahan sederhana tanpa pelaminan dan modal minim?.
Bagi Duda dan Janda seperti saya, mungkin tantangan itu hal sepele ha ha, jawabannya tertarik, bahkan malu jika terlalu ramai dan megah, terutama malu ke cucu. Lalu, bagaimana dengan Perjaka dan Gadis? Tertarik?.
Kang Jay
Alkisah, sepupu perempuan saya. Saya akui dia sangat cerdas sekali. Semasa SD SMP SMA selalu rangking-1 dikampung, kemudian dia kuliah, IPK-nya pun cum laude. Pokoknya TOP! Dengan potensi yang luar biasa tersebut, saya dulu memprediksi ia bakal dapat beasiswa S-2, atau paling tidak akan melanjutkan ke jenjang selanjutnya dengan jangka waktu yang tidak akan lama.
Namun jauh sebelum saudara saya mengajukan keinginannya untuk melanjutkan S-2, ibunya sudah mewanti-wanti dia untuk menunda harapannya. Setelah lulus, kerja sebentar, kemudian nikah. Titik. Urusan pendidikan tinggi itu belakangan, begitu nasihat beliau.
Apa daya, hampir 8 tahun setelah lulus dari S-1 yaitu diusia 31 tahun, jodohnya tak kunjung tiba. Selain karena ibunya hanya mempertimbangkan laki-laki yang tinggal di satu kota, bahkan sekitaran kampungnya saja. Profesi tentara, polisi, pegawai bank juga tidak masuk kriteria.
Padahal pria-pria lajang yang tinggal di kampungnya rata-rata hanya tamatan SMA. Kalaupun ada yang belum menikah, itu pun usianya terpaut jauh, empat puluh tahun dan ketika diajaknya mengobrol, jangankan tersambung, mau dihubungkan pun kabelnya sudah ruwet duluan. Kemudian pria-pria itu mundur teratur.
Sudah sering ia dijodohkan ibunya dengan orang didaerahnya, namun sayangnya tidak ada yang memahami dia lagi. Sempat ia bertanya pada saya, "Apa perlu aku pura-pura bodoh dan iya-iya saja Kang dan menerima siapapun yang datang?. Agar mereka tidak mundur teratur."
Di tengah putus asanya, saya mencoba untuk membuatnya sedikit agak tenang, "Teh jodoh itu baiknya sekufu. Kalau memang Teteh belum bisa S-2 demi menuruti keinginan ibu. Pergilah ke luar, cari komunitas. Bisa cari hobi yang lingkungan yang buat Teteh merasa nyaman. Atau ikut seminar! Siapa tahu jumpa orang yang nyambung disana. Kalau Teteh hanya pasrah, menjalani apa yang ibu inginkan. Teteh akan menderita sendiri lho. You are responsible for your own happiness, not your mom."
Dia hanya menarik napas panjang. Saya menambahkan, "Okelah, Teteh bisa aja nikah, hanya untuk menuruti keinginan orangtua. Beban mereka memang hilang ketika Teteh menikah. Tapi siapa yang kemudian menjalani dan merasakan lika-liku kehidupan rumah tangga? Bukan mereka, kan?!. Memang tidak ada salahnya Teteh menurunkan kriteria namun itu benar-benar dari hati nurani Teteh."
Dari kisah ini, saya pun jadi agak mengelus dada kalau kecerdasan perempuan sering diidentikkan menjadi ancaman laki-laki. Bahkan beberapa orangtua sering melarang anaknya untuk sekolah tinggi-tinggi dan merantau karena takut nanti tidak dapat jodoh. Memang kenapa kalau perempuan cerdas? Bukankah ketika perempuan cerdas, ia justru punya potensi untuk melahirkan generasi yang cerdas juga?.
Apa perlu wanita menyembunyikan angka di rapor dan ijazah agar mengamankan insekuritas laki-laki yang merasa takut harga dirinya jatuh hanya karena mendapatkan pasangan yang lebih pintar? Tentu tidak, bukan?
Saya akui, dulu sayapun ada ketakutan dekat dengan wanita pintar. Saya ingat saat STM ada teman wanita satu Lab, saya merasakan dia ingin dekat dengan saya sehingga minta diajari mengoperasikan mesin di Lab. Dalam hati saya mikir bukannya dia lebih pintar dari saya?, berikutnya saya segan ngajari dia dan pada akhirnya kita jaga jarak.
Namun setelah beberapa tahun punya pengalaman hidup diluaran, pemikiran saya pun berubah, alangkah baiknya kecerdasan perempuan itu dihargai. Bukannya berpikir bahwa kepintaran wanita akan membuat laki-laki terlihat inferior.
Adik kandung saya juga cerdas, SD SMP SMA selalu tiga besar dikelasnya, kemudian menikah dengan pria biasa aja. Walau terlihat janggal dari luar dimana adik saya yang terkesan jadi 'otak' keluarga. Namun saya lihat mereka rukun dan bahagia aja, si suami terlihat suka dan manut aja dimanjakan dengan service 'otak' sang istri.
Semoga pria-pria jomblo yang sedang mencari calon istri bisa berpikir ulang tentang wanita yang 'lebih' cerdas. Sedangkan untuk wanita-wanita cerdas, sedikit menurunkan ekspektasi untuk mendapatkan pria cerdas juga, jika ada pria biasa yang ingin melamar maka tidak ada salahkan dipertimbangkan.
Saya selalu ingat wanti-wanti ibu saya untuk adik-adik perempuan saya, dan ini saya teruskan ke anak perempuan saya: "Wanita yang menunggu jodoh itu, ibarat anak sekolah yang sedang menunggu angkot. Kadang, ada angkot yang bagus, tapi isinya penuh. Kadang pula ada angkot yang banyak kursi kosong, tapi agak jelek. Maka segeralah mengambil keputusan memilih angkot yang dirasa pas, dibanding terus berharap ada angkot bagus tapi kosong. Pada akhirnya malah jadi takut telat sampai sekolah, sehingga terburu-buru naik angkot yang seadanya saja."
Kang Jay.
Ramadan kali ini sangat istimewa. Sebab, godaan akan makin mengecil karena sebagian besar orang tetap di rumah disebabkan Covid-19.
Di rumah saja akan membuat mata yang nakal tak jelalatan, yah akan terkurangi godaannya.
Terkhusus yang belum punya pasangan alias jomblo, Ramadan kali ini jelas sangat menguntungkan. Biasanya saat Ramadan yang lalu, kadang ada acara buka puasa bersama. Nah kadang malah jadi kesempatan untuk pamer pasangan. Kan sebenarnya itu ngga banget kan ya? Tapi seperti itulah kenyataannya he he.
Nah, Ramadan kali ini besar kemungkinan tak ada buka puasa bersama. Jomblo pun akan tak terlihat kebingungan mencari pasangan untuk buka puasa bersama. Aman lah kawan.
Jomblo juga lebih khusyuk. Dengan di rumah saja bisa digunakan untuk membaca Al Qur'an, memperdalam ilmu agama, melakukan aktivitas seperti mandi yang bersih, luluran, program pengurusan badan dan olahraga agar pas Covid berakhir tampil cling untuk mencari mangsa eh maksudnya mencari pasangan halal.
Selain itu, ada juga aktivitas yang akhir-akhir ini tak boleh dilewatkan, yakni rebahan, yah jomblo pun ikutan rebahan. Karena itu, di Ramadan kali ini, istilah jomblo bisa diganti dengan Johan alias jomblo rebahan.
Rebahan bisa memberi dampak positif yaitu rebahan membuat kita tak melakukan aktivitas negatif yang merugikan orang lain. Sebab, dengan rebahan maka tidak mencuri, tidak korupsi, tidak mengganggu suami orang atau istri orang ealah jangan ya he he.
Maka, dalam konteks tertentu, rebahan itu sangat bermanfaat. Setidaknya menghindarkan diri dari hal negatif bagi orang lain, dan juga mengistirahatkan badan. Mengistirahatkan badan karena beberapa tahun telah capek beraktivitas.
Setelah Ramadan usai, Lebaran adalah selanjutnya. Saat ini kurang dari 10 hari sudah Lebaran. Kondisi Lebaran kali ini juga kemungkinan akan menguntungkan para jomblo. Jadi kan umumnya saat Lebaran kan pulang kampung dan silaturahmi. Ada silaturahmi antartetangga, antarkeluarga, dan antarkeluarga besar.
Di acara silaturahmi, selain bermaaf2an juga ngobrol santai. Nah, walau santai namun bagi kita suka bikin deg-degan, la kok, ya iya karena biasanya yang ditanya adalah calon istri atau calon suami. Kebayangkan kan horor nya ha ha. Dijawab salah, ga dijawah lebih salah.
Lumayan, lebaran kali ini acara silaturahmi alias kumpul-kumpul itu tak banyak terjadi. Silaturahmi mungkin hanya lewat dunia maya.
Situasi Lebaran nanti tentu akan mengurangi beban bagi kita yang belum punya pasangan. Lumayan, tak akan ditanya di hadapan banyak orang tentang calon istri dan suami.
Ini adalah Ramadan dan Lebaran yang sangat istimewa. Tekanan-tekanan yang memberatkan batin, wabilkhusus bagi jombloawan atau jomblowati akan berkurang karena pembatasan disaat Corona.
Ramadan yang istimewa ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, banyakin berdoa dan beribadah. Siapa tahu bahwa dengan kondisi yang hening ini, kita jadi lebih khusyuk berdoa dan beribadah. Semoga juga dengan khusyuk, maka permohonan kita dikabulkan oleh Allah. Aamiin.
Saya minta istri manis, sholehah, baik hati, penyayang, sederhana, dan gemar menabung. Asyiiikkk.
Membayangkannya saja sudah asyik. Eehmm. Rebahan ah trus lanjut tidur, sapa tahu ketemu di mimpi. Jangan lupa pake baju yang bagus.
Jomblo tak masalah yang penting masih hidup.
Ttd.
Kang Jay
Tembusan: Ketua Perjonus (Persatuan jomblo nusantara)
Jika manusia memiliki kediaman, maka rindu berkediaman di dalam hati.
Jika manusia memiliki tempat favorit, maka tempat favorit bagi rindu adalah pikiran.
Rindu senang berada pada dua tempat tersebut dan dia sering berjalan-jalan dari hati ke pikiran dan dari pikiran ke hati.
Seketika rindu bisa timbul, rindu juga bisa membolak-balikkan hati dan pikiran. Membuat rasa berubah dan menjadikan hati tidak lagi teduh. Pada saat itulah kesedihan mengambil momen dan membuat air mata terjatuh.
Rindu senang berjalan-jalan pada malam hari. Menapak dari pikiran ke hati. Membuat siklus tidur kita yang merindu berubah dan menjadikan dunia kita terbalik. Saat orang-orang di semesta ini tertidur pulas, kita malah tidak pernah puas untuk bermain dalam kerinduan. Begitu aneh, bukan? Kita bermain dalam rindu dan rindu itu berdomisili dalam hati di diri kita sendiri. Sebab itu, yang kita temukan hanya kesedihan dan bayang sesuatu yang kita rindukan, bukan dirinya seutuhnya.
Rindu sangat senang memiliki rumah di hati. Sedang yang membangun rumah tersebut di hati kita adalah jarak, kehilangan, dan kepergian. Maka, saat terjadi jarak pada hubungan, kehilangan, dan kepergian, rumah bagi kerinduan otomatis terbangun.
Kita tidak akan bisa melakukan penolakan, tidak ada kata yang tepat selain pasrah.
Kang Jay