Pria single umumnya sih ingin punya istri idaman tuh:
- Outer: muda, cantik, seksi, tinggi, putih dan mulus.
- Inner: hati & kepribadian baik, sholehah dan berpendidikan. Pekerjaan baik jadi nilai plus namun tidak utama, kecuali dokter jadi plus banget.
Tentu kriteria diatas tidak mudah bahkan sulit didapat. Bukan hanya banyak saingan namun juga banyak maunya he he.
Saya lihat pria-pria di AN banyak yang tetap ngotot dengan kriteria highclass ini. Alasannya "Coba dulu, nanti kalau udah mentok baru turun kelas", tapi mentoknya kapan?, "Ya sampai yang highclass habis", aduh keburu kiamat, "Kalau kiamat kan ketemu bidadari surga", gak omongan deh.
Memang jika pria menginginkan wanita yang asal mau diperistri mungkin lebih mudah, selama syarat sebagai pria normal dipenuhi yaitu tidak terlalu tua & sehat, rapi & bersih, penghasilan rutin UMR Jakarta, berat ya, yasud min UMR kota Bandung 3,6jt. PASTI bahkan haqqul yaqin ada wanita yang mau.
Daripada kita pria ngejar2 sang highclass tanpa hasil karena kualitas kebisaan kita merebut hati wanita pas2an, saya tidak bilang secara pribadi pas2 karena banyak dari pria muda yg baik, sholeh, cakep, mapan & berpendidikan. Nah mending kita mengisi waktu senggang diluar kegiatan ngejar2 itu dengan mulai belajar dan berubah menjadi pria yang biasanya masuk kriteria mereka. Selain tetap terus memperbaiki pribadi kita yaitu rumah pribadi, mobil pribadi dan tabungan pribadi. Namun adakala tanpa harus yang pribadi2 itu, wanita highclass masih bisa kok ditaklukkan karena hati wanita plin-plan kayak bola bekel.
Ingat juga mengapa wanita sering tertarik pada pria yang salah?. Mungkin di mata kita sesama pria, mereka adalah pria-pria brengsek. Tapi di mata wanita, mereka adalah pria-pria yang tidak membosankan, tidak gampangan, dan wanita harus melakukan sesuatu agar bisa menjadi bagian dalam semua sensasi petualangan pria itu. Semoga anda pria brengsek yang beruntung itu ha ha ha.
Namun disini saya tidak menyarankan anda menjadi pria brengsek yang diingini wanita namun menjadi pria yang bisa masuk kriteria wanita highclass. Ayo kita belajar dan praktek:
Pertama, Jiwa Petualangan. Perlihatkan bahwa kita pria penuh petualangan, seperti backpacker ke kota, desa atau pegunungan, kulineran di pinggiran kota, walau dalam kota tapi memiliki beberapa spot lokasi publik unt kita hangout dll. Intinya jangan di zona rutinitas yang membosankan. Bagi wanita, ada sensasi kharisma yang hanya bisa ditemukan pada pria2 yang terbiasa hidup dalam pompa adrenalin. Wanita ingin pria yang bisa membawanya berpetualang keliling dunia. A real guy always have a real place out there in the real world!.
Sosialisasi Baik. Punya jiwa sosialisasi yang baik ini sangat penting karena wanita menilai pria berdasarkan sahabat dan lingkaran sosial kita. Jika kita memiliki kumpulan temen menyenangkan, maka dia anggap kita orang yang menyenangkan. Namun jika teman kita malas bergaul atau nerd, maka wanita akan ragu. Wanita itu pemerhati yang ulang, bahkan hanya dengan melihat medsos kita maka mereka tahu bagaimana kita pria.
Jadilah Pemimpin. Wanita sangat menikmati kepemimpinan. Kepemimpinan itu terasa menghangatkan sekaligus menarik perhatian. Wanita tertarik pada pria yang memiliki insting kuat dalam mengendalikan situasi. Sehingga jika pria menyerahkan otoritas pribadinya kepada wanita, biasanya pasangan itu tidak jauh dari ujung yang tragis gis. Contoh kepemimpinan saat pdkt, chatting atau telpon, maka kita pria yang harus atur arah pembicaraan, tidak takut ganti topik, atau sudahi obrolan. Sederhana tapi ini mengirimkan pesan kita pria tidak lembek. Trus saat kencan, kita pria yang buat keputusan besar seperti lokasi dan film apa, tapi biarkan dia memutuskan hal kecil seperti makanan atau minuman. Nanti kita pria akan tahu bagaimana wanita kesulitan menahan dirinya agar tidak sering bersama kita, seperti kerbau dicucuk hidungnya ha ha.
Jangan Menjilat. Kita pria suka tidak punya nyali menjadi diri sendiri, seperti menolak atau berargumentasi sebab kita khawatir tidak disukai wanita yang ditargetkan. Padahal justru hal seperti itu membuatnya kehilangan minat terhadap kita pria. Wajar kan, kita pria aja risih didekati seseorang yang bersikap manis dan baik terhadap kita?. Kita pria jangan merendahkan diri menjadi penjilat, penyedia atau tukang support demi membuat wanita tertarik pada kita. Kita harus independent jadi diri sendiri.
Jangan Ngarep. Ingat kunci sebuah hubungan percintaan berada pada tangan orang yang paling sedikit menaruh interest didalamnya. Jadi saat mendekati seorang wanita, kita tidak bisa mengobral seluruh ekspresi Cinta kita padanya. Contoh saja misal perlakuan saya pada Hera, apa Hera akan tertarik? Saya rasa mungkin, tersanjung? mungkin juga, tapi terasa semua kontrol pada Hera he he. Sehingga tindakan ngarep seperti rajin menjemput, berusaha romantis, menunjukkan kita lebih perhatian, rutin chat tanya kabar, selalu ada saat dibutuhkan malah itu semua jadi kartu mati yang harus pria hindari. Kita bisa lakukan itu semua tapi jangan berlebihan. Intinya jangan jadikan wanita sebagai pemegang kunci penentu lanjut atau tidak ke tahap berikutnya, ini malah yang bisa membuat minat wanita bisa berubah 180 derajat. Kita suka lihat di sinetron, pria yang ngarep banget suka jadi looser. Iya kalau lanjut, kalau tidak? Padahal kita sudah banyak investasi ha ha. Lebih baik kita pria yang pegang kendali dalam hubungan percintaan, karena kita nanti kita yang akan melamar, ijab dll.
Jangan Nembak Buru-buru. Biarkan wanita masih dalam sensasi penasaran dan gelombang antisipasi ketika berinteraksi dengan kita. Biarkan wanita larut dalam perasaannya dulu untuk mencari keyakinan apakah kita pria layak dia prioritaskan. Saya terlalu banyak melihat pria yang tidak sabar ingin menunjukan minat. Kita pria suka takut kehilangan kesempatan jika tidak bertindak segera. Padahal menciptakan harmoni keromantisan yang baik, maka ketergesaan atau instant memberi hasil yang buruk. Untuk wanita highclass tentunya, bukan yang di AN nulis deskripsi "tidak pacaran, langsung nikah" he he. Biarkan segala sesuatu mengalir dengan sendirinya, jika kita hanyut dalam perasaan saat diskusi dengannya, segera sadar. Jika dia bertanya tentang masa depan, putar kesana-kemari, terus biatkan dia berasumsi ini-itu sepanjang mungkin. Kita pria harus mempu menyimpannya dengan baik, karena itu bahan bakar untuk api ketertarikannya pada kita. Jangan sampai wanita kehilangan sensasi perasaan.
Fashionable. Kita pria jangan apatis pada grooming dan fashion. Jangan dekil, urakan, jorok, tidak matching, kebesaran, kekecilan, ga model, salah kostun, bahkan buta warna ha ha. Saya bukan menyuruh metrosexual, namun kita tahu bagaimana memilih set pakaian yang nyaman, menarik dimata para wanita. Kita maklumilah, wanita terbiasa dengan estetika dari kecil sehingga wanita mudaj tidak nyaman bahkan sebagian merinding risih ketika didekati pria yang berpakaian kacau he he. Jadi kita pria perlu menampilkan impresi fashion yang tepat agar melancarkan proses pendekatan kita.
Sedikit Terbuka Urusan Sex. Ingat pria dan wanita sama-sama suka memikirkan sex, bedanya pria bersedia mengakui sementara wanita cenderung menutupi agar terhindar dari tekanan masyarakat bahkan dikalangan wanita sendiri. Kadang kita pria biar terlihat alim, suka membuang obrolan tentang topik-topik yang sedikit berbau sex karena khawatir wanita tersinggung atau terganggu. Kita maklumi mereka suka tidak terlalu terbuka, takut dikira murahan, nakal atau tidak menawan tapi bukan berarti wanita tidak mau meladeni humor atau diskusi ringan. Asal kita percaya diri, santai dan yang utama tidak mupeng dan horny ketika melemparkan lelucon berbau sex, wanita juga akan menikmatinya. Kita pria suka menghindarinya malah itu yang bisa menyebabkan kita di zona friendzone terus. Wanita suka kok membicarakannya tapi secara dian-diam dengan sahabat mereka, jadi jangan terlalu takut membahasnya.
Jangan Terlalu Romantis. Hal hal yang terlalu berbau romantis yang pria lakukan, seperti melihat film2 romantis, dengerin lagu2 galau romantis, suka bikin puisi2 romantis, kirim2 chat atau bikin2 status romantis malah beresiko memperlihatkan kita pria ngarep, pria desperado, pria loser. Ya memang wanita suka pria romantis tapi bukan romantisme yang menarik minat wanita, tapi tantangan dan petualangan yang berbau romantika. Jadi jika romantis biasa malah akan membuat wanita jenuh. Jika kita terus menerus menyodorkan tentang romantisme maka tinggal tunggu waktu sang wanita berkeluh kesah pada sahabatnya, "Dia memang pria romantis sih.....tapi gimana ya, cuman itu saja bisanya." Jadi jika kita ingin jadi pria romantis, berikan wanita secuil kejutan romantika, lalu hentikan segera seolah-olah kita orang yang berbeda dari lima menit sebelumnya. Jangan jadi pria yang selalu bersikap romantis sepanjang hari ini malah berkesan kita pria membosankan he he.
Jangan Terlalu. Jangan terlalu membelikan banyak hadiah, rajin memberi pujian, mentraktir kemana-mana, dan selalu penuh perhatian padanya. Ya kita berpikirnya sih agar memancing interaksi minat wanita ketika dalam pendekatan. Ini malah berkesan kita pria berusaha menjual diri dan menjual kebaikan untuknya. Yang malah jadi kesalahan fatal karena ini justru membuktikan bahwa kita adalah pria yang tidak layak untuk dipilih karena memberi citra kepribadian yang lemah. Ingat bahwa wanita-wanita cantik sudah biasa menerima perlakuan demikian dari pria ngarep disekeliling mereka.
Disini saya tidak membahas tentang bagaimana mengubah pribadi kita jadi lebih atraktif seperti cara bicara, topik yang digandrungi wanita, humor, kalimat untuk membina interaksi yang mengarah pada keintiman dll. Ini mungkin di blog-blog berikutnya.
Saya ingat dulu pada awal2 kencan, saya suka terjebak memberi hadiah yang banyak, banyak traktir, membawa ke hal2 romantis terus, nembak buru2, tertutup soal sex, ternyata lama-lama saya sadari tidak terlalu memberi arti apa-apa saat pisah bahkan saat bertemu lagi bukan rasa terima kasih atas hadiah atau perhatian namun tentang hal lain yang menjadi concernnya. Kalau saya sendiri soal petualangan, sosialisasi, pemimpin, jangan menjilat & ngarep, fashionable, saya rasa dulupun sudahlah dikit2 dipraktekkan he he, hanya perlu fine tune aja ha ha. Yah pengalaman mengajarkan banyak hal tentang bagaimana memperlakukan wanita sebelum menikah.
Oiya (la kok blm slesai), saya suka banyak melihat hal ironis pada para pria yang baik, sholeh, mapan, berpendidikan dan mampu memberikan hubungan yang sehat justru tergeletak kesepian dalam kejombloannya. Kalaupun akhirnya mendapat wanita yang diimpikannya dengan kriteria disebutkan diawal, biasanya itu sudah ‘barang sisa’. Wanita yang sudah exhausted dan luka trauma akibat keluguan mereka ketika berhubungan dengan pria yang salah. Atau wanita yang sudah kepayahan dan sangat insecure karena sudah harapan mereka tentang cinta sudah sempat dikandaskan oleh pasangan sebelumnya.
Ingat kelemahan wanita:
Daripada diperlakukan spesial, wanita lebih ingin merasa spesial.
Ini maknanya dalam, aktualisasinya rumit, dan butuh banyak proses trial & error ha ha. Semoga kita pria bisa sama-sama belajar. Bagi yang gak kuat, udahlah jadilah pria normal dan jangan cari istri highclass, yang sepoy-sepoy saja toh rasanya sama walau dihati berbeda namun lama-lama akan sama juga. Tuk melengkapi separoh agama. Aamin.
Kang Jay
"Apa yang salah dengan diriku", guman Kartika. Padahal dia selama berpuluh2 tahun memasak, membersihkan rumah, dan membesarkan ketiga anaknya. Namun mendadak dia, tiada hujan tiada angin, bertanya, "Mengapa?".
Sebenarnya ada proses ke perubahan itu, dia menyadari dia berubah dan pada usia 46 tahun dia menemui psikiater. Karena dia mengeluh gejala2 yang berhubungan dengan suasana hati, seperti mudah kesal, ledakan2 emosi, dan tidak ada kegembiraan. Ya dia menderita pre-menopause, hormon2nya sedang berubah. Komentar yang salah dari Dodi suaminya sudah cukup membuatnya membanting pintu dan lari ke kamar untuk bertangis ria selama satu jam. Dia memutuskan Psikiater karena dia sudah tidak tahan lagi dan ingin Psikiater meresepkan sesuatu. Psikiater memberi dia Estrogen dan Zoloft. Dalam dua minggu, Kartika terheran-heran karena merasa jauh lebih baik. Dia memang memang membutuhkan dukungan neurokimia itu. Dia masuk dalam 30%, yang cukup lama mengalami gejala pre-menopause.
Kembali ke Kartika di usia 48 yang ingin bercerai dengan Dodi. Dia merasa siksaan pre-menopause sudah berlalu, seolah pandangannya sudah jernih tentang apa yang dia inginkan dan apa yang tidak ingin dilakukan. Kartika sudah memberi tahu Dodi walau masih menghormatinya, bahwa dia muak dengan tuntutan terus menerus mengurusi semua kebutuhan Dodi dan mengurusi rumah besar mereka. Ini efek gelombang estrogen dan oksitosis untuk memastikan bahwa dia akan mengurusi kebutuhan orang lain sudah tidak ada lagi. Tentu masih ada cinta pada anak-anaknya tapi karena anaknya sudah bekerja atau kuliah diluar kota sehingga sudah tidak ada kehadiran mereka secara fisik. Sehingga struktur ibu purbanya melonggar. Dia bilang ke suaminya, "Kamu kan orang dewasa, dan saya sudah selesai membesarkan anak2. Sekarang, giliran saya untuk punya kehidupan.".
Bagi banyak perempuan, pada tahapan hidup ini tidaklah melulu penuh kebencian. Banyak juga pasangan yang memiliki semakin banyak waktu dilewati berdua, dan semakin baik hubungan mereka. Mereka bersama-sama melewati masa transisi itu. Menyusun aturan baru untuk masa depan mereka.
Sayangnya transisi pada Kartika tidaklah setenteram itu. Dia ingin kembali ke sekolah pascasarjana dan mulai bekerja di asuransi jiwa. Dia merasa kehidupan barunya ini membuatnya bahagia. Dia merasa sedang merubah dunia. Ini sangat berlawanan dengan perdebatan yang semakin panas saat Dodi pulang dari kantor setiap malam.
Mulailah Dodi terkaget2 saat Kartika bilang, "Buat saja makan malam sialanmu sendiri", dia tidak mempercayai pendengarannya. Kartika juga membentak saat dia ingin menanam saham, namun suaminya tidak mau. Semua yang dikatakan Dodi seakan menjengkelkan, Kartika bahkan mengumumkan bahwa dia akan keluar dari rumah mereka.
Sebenarnya saat Kartika masih muda, dia akan melakukan semua yang dia bisa lakukan untuk menghindari pertengkaran dengan suaminya, bahkan saat dia marah. Namun sekarang saat persediaan hormon estrogen yang menjadii bahan bakar untuk memupuk emosi dan sirkuit2 komunikasi yang membuat panik perempuan bahwa bisa mengancam rumah tangganya, menjadi sedikit bahkan telah dihentikan produksinya. Mulailah drama itu.
Dulu saat muda dia berbangga diri karena bersikap malu, ramah, dan membiarkan suaminya menang. Dulu empati untuk suaminya itu tulus, saat suaminya lelah dan kesal dari kantor. Dia menjaga perdamaian demi menjaga keutuhan rumah tangga. Pikirannya, "Punya suami itu bagus jadi kita terlindungi". Kartika akan menggigit lidah jika Dodi berkata kasar setelah hari berat dikantornya, atau dia akan mengaduk2 sop dan tidak menanggapinya.
Namun saat Kartika mendekati menopause, pengendali itu lepas. Dia semakin mudah kesal. Rasio testosteron terhadap estrogennya sedang berubah, dan kemarahan jadi mirip laki-laki. Sekarang, Kartika menghadapi Dodi dengan melepaskan kemarahan yang terpendam selama puluhan tahun. Sering memang semua ketidakbahagian istri ditimpakan pada suami. Keluhan Kartika sah-sah saja, tapi akar ketidakbahagiaannya masih belum jelas. Bahkan anaknya sendiri bilang, "Ma, tingkah mama aneh dan papa menjadi takut katanya".
Kalau kita mungkin suka berpikir laki2 meninggalkan istri mereka pada perioda menopause karena sang istri menua, gemuk atau terlalu kurus. Namun statistik menunjukkan 65% perceraian diusia mendekati atau setelah menopause dimulai oleh perempuan. Saya berpikir itu terutama karena perempuan sudah tidak mau bersabar menghadapi suaminya, apalagi suami yang pernah ketahuan selingkuh.
Di bulan Agustus diusia 48 tahun, Kartika memutuskan bercerai. Bahkan teman2 nya sudah mulai menjodohkannya dengan sejumlah laki2. Ya di usia 49 tahun resmilah mereka bercerai.
Mulailah dia mencari suami pengganti. Namun tidak perlu waktu lama, dia menemukan laki2 yang sama menjengkelkannya seperti kepada Dodi. Kartika mulai menyadari laki2 single yang mendekati pensiun atau sudah pensiun mencari "PERAWAT BERDOMPET", yaitu wanita yang punya uang sendiri tetapi mau mengurus mereka sepanjang sisa hidup mereka. Ini cukup mengejutkan Kartika. Ini kok persis seperti keinginan saat dia muda. Cari laki2 yang membawakannya uang dan mau mengurus dia.
Namun Kartika masih penuh harap bahwa dia akan menemukan sang "Suami Sempurna" untuk bersama-sama melewati masa tua. Dia butuh rekan setara, belahan jiwa, bisa diajak berbahagia tapi tidak harus melakukan pengurusan secara fisik seperti memasak, mencuci baju, dan membersihkan rumah.
Namun sayangnya pengurusan itulah yang diharapkan dari laki2 lebih tua yang Kartika kencani karena itu yang dilakukan para mantan istri mereka. Kartika tidak berniat menjadi perawat dan tidak seorangpun boleh mencuri uang dari dompetnya.
"Lebih baik saya tidak punya siapa2 sekarang ini". Ya toh Kartika punya banyak teman dekat yang membuatnya gembira. Dia mendambakan sosok laki2 yang lebih sedikit stresnya dibanding saat bersama Dodi.
Memang setelah pisah dengan Dodi, Kartika suasana hatinya menjadi baik dan tidak mudah kesal. Dia menjalani pekerjaan sebagai agen asuransi dengan bahagia. Menonton film2 lama, mandi berendam lama, dan sampai larut malam melukis ya sebuah hobby yang menyenangkan. Saat anak2nya menelepon, dia bersemangat berbicara dengan mereka. Dia mengira makin baiknya suasana hatinya dikarenakan dia sudah mengenyahkan masalah terbesar dari hidupnya: Perkawinan buruknya.
Namun setelah lewat enam bulan dari perceraian, Kartika mulai mengeluh merasa kesepian. Dia mengeluh tidak punya seseorang untuk membicarakan berbagai kejadian dalam hidup dia sendiri dan anak-anaknya. Saya berpikiran Kartika merindukan kehadiran Dodi. Dia mulai berpikir kalau saja dulu mereka bisa berbincang bersama-sama menegosiasikan aturan baru, maka Kartika akan menganggap hubungan mereka berimbang.
Setelah dua tahun berpisah dari Dodi, dia merasa menjadi gadis lagi dan sudah mengencani banyak laki2 yang lebih tua tetapi mengecewakan. Selama dua tahun berpisah dengan Dodi, dia masih merindukannya, wajar 30 tahun hidup bersama itu bukan waktu yang singkat. Kartika masih stalking dan mengikuti linimasa account medsos milik Dodi baik FB, LinkdIn, dan Twitter. Dia merasa hanya dengan Dodi dia bisa berbicara tentang hal-hal tertentu, termasuk tentang anak-anak mereka.
Suatu saat di tahun ketiga saat Kartika berusia 52 tahun dan sudah menopause, Dodi mengajaknya makan malam, dan Kartika memutuskan menerimanya. Mereka bertemu di cafe yang romantis. Disana mereka bercakap-cakap dengan tenang mengenai kesalahan yang telah terjadi. Percakapan diakhiri dengan saling meminta maaf atas ketidakbahagiaan yang ditimbulkan oleh masing-masing pihak. Mereka juga punya pengalaman baru untuk dibagi, seperti Kartika tentang pekerjaan dan lukisannya, atau minat baru Dodi tentang koleksi sepeda Brompton dan sparepartnya, bahkan pengalaman lucu saat masing2 berkencan. Akhirnya mereka menemukan kembali persahabatan dan rasa hormat satu sama lain. Mereka sudah bahagia masing-masing, apalagi Dodi sudah menemukan belahan jiwanya yang baru.
Demikian sekelumit blog yang saya dapatkan dari berbagai sumber terutama dari seorang Psikiater PhD perempuan dengan pengalaman lebih dari 30th di profesinya. Saya pikir blog ini bukan hanya untuk perempuan yang sedang atau telah menopause, namun juga perempuan muda untuk mengantisipasi perubahan hormonal itu.
Kang Jay