BLOG TULISAN Jayadiningrat

Kalau bagi kita pria, wanita yang mengenakan lingerie terlihat seksi dan sangat menggairahkan. Berdasarkan survey, pria yang mengenakan jas terlihat menggairahkan di mata wanita. Setidaknya sudah saya buktikan pada mahasiswi-mahasiswi saya, kurang kerjaan maliiihhh.

Ya, kita pria tidak perlu mengenakan jas seperti yang dikenakan untuk acara formal, zaman sekarang jas pria sudah dimodifikasi menjadi banyak sekali model untuk suasana kasual dan semi-formal layaknya jaket biasa seperti yang bisa kita lihat pada gambar ini. Kalau saya sendiri suka beli di Zalora, yah banyak outlet lain baik online maupun offline, sebaiknya beli offline agar pas dengan tubuh kita apalagi seperti saya yang tambun rada susah cari yang pas, sekalinya kedodoran seperti bebegig sawah.



Kenakan kemeja rapi atau kaus kesukaan kita yang menurut kita bisa menambah kepercayaan diri kita, lalu tambahkan jas sebagai luarannya. Tingkat keseksian kita langsung naik secara drastis!.


Ditambah tatanan rambut dengan styling gel, plus aroma harum parfum bakal membuat wanita betah dekat-dekat dengan kita. Nempel kayak perangko.


Bagaimana menurut kalian?.

Kang Jay

Tiap hari berbalas pesan, tiap minggu diajak jalan, tapi suatu hari pesan mu yang isinya “Selamat pagi” atau “Kamu lagi apa?” atau "Sudah makan belum?" yang biasanya berujung pembicaraan panjang sampai tengah malam, tidak dibalas sama sekali.

Tunggu sejam, dua jam, semalaman, lalu seharian. Awalnya kita masih berpikiran positif. “Mungkin dia lagi sibuk” atau “Mungkin hp atau nomornya rusak”. Tapi setelah berhari-hari, kita masih tidak mendapat balasan meskipun sudah mengirimkan puluhan pesan khawatir yang isinya pertanyaan apakah dia baik-baik saja.

Akhirnya kita mau-nggak-mau harus menerima kalau kita sedang jadi korban ghosting. Sesuai namanya, korban hantu!. Karena cuman hantu yang menghilang di udara begitu saja he he. Karena juga hanya hantu yang tidak bisa kembali untuk memberikan penjelasan kenapa dia pergi. Kecuali anda punya indera ke enam atau ketujuh, atau punya kemampuan mengundang hantu.

Ini bukan cerita hantu, tapi ini cerita betulan. Dan sering terjadi huahaha.

Fenomena ghosting alias mengakhiri sebuah hubungan dengan memotong semua komunikasi tanpa penjelasan ternyata dirasakan banyak orang lho. Dari salah satu tabloid katanya sih hampir 25% manusia pernah menjadi pelaku/korban ghosting saat tahap mencari pasangan.

Alasan umum pelaku ghosting: dibanding ngasih penjelasan, lebih baik ngeghosting aja. Artinya, daripada melakukan konfrontasi terhadap pasangan, mereka lebih suka cari aman dengan menghilang dan menunggu orangnya sadar dan menerima kalau kita ingin meninggalkan dia. He he he bikin nyaman pelaku ghosting, tapi bikin kikuk korbannya.

Berikut summary alasan pelaku ghosting ataupun comment dari korban ghosting.
1. Pelaku ghosting:
- Nge-ghosting karena ngindari konflik. Gebetannya seram kalo marah je apalagi kalau bilang alasannya karena bosan, pamannya reserse je . (hadehhh, surem).
- Nggak nyaman kalau mengungkapkan perasaannya secara langsung. (Terus qm mikirin perasaan pasangan qm nga??? Hem??).
- Nggak cocok dengan gebetan. (Kalau ga cocok ngapain deketin, Maliiiiih).
- Sadar bukan yang terbaik buat dia. (Duh kok ga percaya diri sih, emang gak layak dipertahankan gaesss).
- Trauma dengan hubungan sebelumnya, jadi belum siap untuk commitment saat si dia nagih terus. (Move on dong ah agar supaya.... eh ga tau agar supaya apa ya he he).
- Belum jadian, jadi asyik2 saja ngilang, ngomong putus kan buat yang udah jadian. (Aseem bener, emang perasaan orang bisa ditinggal begitu saja, emang jemuran).

2. Korban ghosting
- Ngerasa seperti orang idiot, orang yang tidak dihargai. Sebelumnya merasa punya hubungan kuat mendadak seperti tidak pernah terjadi apa2.
- Serasa seperti kena pukulan di dada. Bisa sih cepat move on tapi kepercayaan terhadap orang lain jauh berkurang. Seakan tak layak dicintai. (Ingat kalau kena ghosting, yang bermasalah itu dia bukan anda).
- Mendadak hampa, dari yang sebelumnya rajin chatingan, rajin jalan bareng, rajin ngamar (ealah jangan ya saudara2 beriman hehe) mendadak ilang.
- Sebenarnya sering sih kena ghosting. Udah juga bangun pertahanan kokoh. Tapi saat serangan demi serangan dengan serangkaian janji manis dan cahaya pertolongan, lalu pondasi runtuh dan pertahanan roboh. Mendadak ilang, kena ghosting deh, maka cuman bisa bilang "bangke, aing katipu deuy".

Namun dari kejadian ghosting ini bagi korban cukup ambil hikmah dan berpikir positif saja, mungkin Anda sedang diuji sebelum mendapatkan pasangan terbaik. Ingat, ada temen saya yang berkata begini "boro-boro ngilang, ada yang datang juga kagak, kalau ada mau saya aji-aji semar mesem atau jaran goyang, cobain kalau bisa ngilang yang ada mendem (kesurupan)" ha ha ha.

Untuk pelaku ghosting hati-hati lho bisa-bisa kena azab seumur hidup kagak bisa pesan gofood karena setiap setelah ngechat “Sesuai aplikasi ya, kak? Mohon ditunggu”, setelah ditunggu lama gak dateng-dateng karena sama abang gojeknya orderannya dibawa kabur. Kira-kira dongkol dan kesel gak he he.

#dari berbagai sumber dan opini penulis

Kang Jay
Sekedar saran terutama untuk para single ladies sebaiknya nggak usah khawatir soal kuliah setinggi mungkin. Banyak gadis yang justru menemukan jodoh mereka saat sedang kuliah. Sebagai dosen dan juga mahasiswa, saya banyak menyaksikan kenyataan itu, ya saya melihat banyak kebahagiaan seperti itu. Ada banyak mahasiswi yang berjodoh dengan sesama mahasiswa teman kuliah, atau dengan seseorang yang mereka temukan saat tengah studi di negeri nun jauh.

Kita hanya perlu menyakini satu hal, bahwa jodoh pasti bertemu dengan cara yang ajaib. Daripada pusing mikirin jodoh yang nggak kunjung datang kan mending sekolah, menambah teman, ilmu dan pengalaman. Yakinlah, menunggu dengan segudang aktivitas bermanfaat akan mendatangkan keajaiban. Orang bilang segala sesuatu akan indah pada waktunya, kalau belum indah maka belum waktunya hehehe. Selama menunggu, kita bisa melakukan banyak persiapan mulai dari mental, fiskal, sampai spriritual. Sebab menjalani pernikahan nggak segampang dan sependek menjalani perkuliahan yang paling lama 3 tahun untuk level master.

Untuk saya sendiri yang sedang menjalani program kuliah doktoral, selagi masih sendiri maka saya akan belajar dan mengembangkan minat sepuas-puasnya. Saya juga bekerja, banyak membaca buku-buku, menulis, mengumpulkan sebanyak mungkin pengalaman, dan bertemu dengan teman-teman baru.

Bagi saya, menikah bukan sekadar 'yang penting nikah, udah laku' agar tak mendapat predikat duren eh duda tua ealah duda nakal apalah apalah eaaa. Karena menikah adalah menemukan pasangan untuk membangun kehidupan yang happily ever after. Bukan untuk memuaskan rasa penasaran orang he he.

Kang Jay
Mindset pria kebanyakan seperti itu, pada saat masih tahap ta'aruf si dia sudah itung-itungan seperti ngatur-atur makan dimana dengan uang siapa dll. Maka menikahi wanita yang jago itung-itungan ini seakan dibenak kita pria akan membuat kita miskin dan stres karena bakal dijatah seperti bocah SD yang mau berangkat sekolah he he dan susah kalau mau beli ini itu apalagi terkait hobby-hobby kita pria yang suka dipandang wanita menghambur-hamburkan uang seperti modifikasi motor, atau Golf eh he he. Bisa-bisa kita pria berpikir bakal stres berat karena terhambat untuk menyalurkan hobby yang sebenarnya lumrah-lumrah saja bagi pria.

Padahal sebenarnya selalu ada alasan kenapa wanita melakukan itu dan hal tersebut adalah untuk keluarga juga, kalau kita pria sadar hehe.
Wanita yang jago me-maintain uang maka mereka bisa mengkalkulasi apa pun dan kemudian menyesuaikan hidup dengan itu.

Percayalah saya pernah mengalami sendiri, suatu saat nanti tiba-tiba si istri menunjukkan jumlah uang yang terkumpul selama ini dengan jumlahnya yang sangat banyak. Bahkan kadang bisa juga mereka diam-diam akan mengelola uang tersebut untuk sebuah usaha dan akhirnya sukses. Makin membesar dan akhirnya bisa membuat keluarga sejahtera seperti cepat melunasi KPR, bahkan membeli ruko. Aamiin he he.

Namun kita pria tetap harus awasi dan waspadai, pernah ada teman mempunyai istri itung-itungan namun tidak punya apa-apa karena istrinya main belakang, dimana hemat pada keluarganya sendiri demi mengurusi keluarga lainnya, seperti ayahnya yang hobby judi dan adik-adiknya yang pengangguran. Ini tentu menyimpang dari tujuan berkeluarga untuk kesejahteraan keluarga inti baru sekitar jika ada kelebihan rezeki.

Kang Jay


Keinginan manusia itu banyak, terlalu banyak. Untuk itu, mungkin akan sulit bagi kita jika harus merealisasikan semua keinginan tersebut. Akan lebih mudah kalau kita membuat bahkan menulis batasnya dengan jelas, agar kita tahu, harus seperti apa dan sampai mana perjuangan yang kita lakukan. Agar kita juga tahu, sampai mana batas berjuangnya. Agar kita juga lebih mudah dalam mengambil keputusan.


Tapi, kita seringkali tidak pernah membuat batas yang jelas. Kita bahkan seringkali melewati batas akal orang normal.

Memang pengalaman akan membuat kita jadi paham apa akar masalah kita selama ini, kebingungan kita dalam mengambil keputusan dan pilihan dalam hidup. Termasuk juga dalam hal memilih pasangan, tentang kriteria apa yang sudah dirasa cukup. Tapi sadarlah, itu sebenarnya bisa disetting sejak dulu.

Jika hidup ini tidak dikelola dengan baik menganggapnya seperti air mengalir tanpa tahu muaranya, pada akhirnya muncul ketidakmampuan kita mengelola masalah hidup, bertumpuk-tumpuk masalah karena kita tidak membuat batas dalam hidup kita sendiri.

Kang Jay

Pada suatu hari, seorang murid bertanya kepada gurunya, “Guru, bagaimana caranya agar kita memperoleh JODOH yang paling sempurna dalam hidup ini?”.

Sang guru mengajaknya ke taman, lalu mengatakan kepada sang murid, “Berjalanlah lurus ke depan. Lalu petiklah satu bunga yang terindah di taman ini. Syaratnya kamu tidak boleh kembali ke belakang.”

Setelah berjalan dan sampai di ujung taman, sang murid tidak membawa satu bunga pun. Gurunya bertanya, "Mengapa kau tidak memetik satu bunga pun?”.

Sang murid menjawab, “Saat aku berjalan, aku bertemu dengan bunga yang indah, tetapi tidak kupetik, karena aku mengira di depan nanti akan ada bunga yang lebih indah dari bunga yang kulihat tadi. Begitu seterusnya, hingga ketika sudah sampai di ujung taman, aku baru tersadar yang kulihat tadi adalah bunga terindah. Tetapi, aku tidak bisa kembali ke belakang."

Sang guru lantas menasihati, “Begitulah JODOH. Kau tak butuh mencari yang sempurna, tetapi temukan satu yang baik. Lalu, terima dengan rasa syukur.”




Akan selalu ada bahagia di setiap rintiknya yang jatuh. Namun jangan betah dihujani rindu, karena semua tahu bahwa satu-satunya hal yang bisa memperlambat waktu adalah rindu.


Kini semua berbeda, hujan tak lagi kita, hujan tak lagi cinta. Hujan memang bisa membawa pulang kehangatanmu dikepalaku, namun tubuhku harus tabah menikmati dinginnya waktu.


Sejenak tak apalah menikmati hujan dan berteriak melepaskan kesepian. Ya menikmati setiap rintih langit yang sedih.


Kadang orang yang kita cintai memang diciptakan untuk dilupakan.


Walau, hujan selalu bisa memulangkan kenangan, namun hujan tidak bisa memulangkan kita.


Ketika hujan reda, biarlah kita adalah cerita yang sudah usai dan ku akan mulai menata rindu yang baru.


Leles, 7 Jan 2021


Terkadang kita menjadi sosok yang lupa dengan kebaikan orang lain pada diri kita. Yang kita pikirkan setiap saat justru orang yang selama ini menyakiti dan mengecewakan kita. Hati kita akhirnya dipenuhi kebencian dan dendam. Kebencian itulah yang merenggut kedamaian hati kita setiap hari.

Kita lupa, ada begitu banyak orang yang mencintai kita. Kita lupa, jumlah orang yang mengecewakan kita jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah orang yang menyayangi dan berjasa dalam hidup kita. Lantas mengapa kita justru lebih sibuk memikir kan orang yang mengecewakan kita?

Setiap hari, luangkan waktu untuk memikirkan orang-orang yang layak dan pantas untuk kita beri ucapan terima kasih karena telah mencintai kita sepenuh hati. Mereka yang hendaknya mengisi lebih banyak ruang di hati kita.

Jika hati kita terisi penuh dengan sakit hati dan kekecewaan, maka yang menguasai jiwa kita adalah dendam dan kebencian. Kita selalu berusaha untuk membuat orang yang sudah menyakiti kita merasakan sakit yang sama, bahkan lebih sakit dari yang kita rasa. Akhirnya, tiap waktu kita memikirkan berbagai cara untuk membalas sakit hati kita. Waktu dan usia kita ludes untuk memikirkan cara balas dendam kepadanya.

Padahal jika kita renungkan, apa untungnya? Jika dendam sudah terbalaskan, kita dapat apa? Kepuasan hati? Percayalah, rasa puas yang hadir dari kesedihan orang lain bukanlah kepuasan sejati. Itu hanya kepuasan semu. Seolah hati kita senang, padahal ia bagai bara panas yang merusak diri.

Dampak kedua tentu saja kita jadi kehilangan banyak kesempatan untuk membalas kebaikan dari orang yang selama ini membantu dan mencintai kita. Kita jadi kehilangan banyak peluang untuk berterima kasih kepada banyak orang yang selama ini berjasa dalam hidup kita. Kita jadi tak punya waktu untuk memberi hadiah berharga bagi mereka, karena terlalu sibuk memikirkan orang yang menyakiti kita.

Dampak ketiga, kita kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan mimpi-mimpi besar yang kita cita-citakan. Fokus kita terpecah. Kita tidak totalitas dalam memperjuangkan harapan yang sudah kita buat.

Karena terlalu banyak kerugian yang kita tanggung, maka sadarkan diri bahwa jadi pemaaf itu sungguh bermanfaat bagi diri kita pribadi. Hidup kita lebih tenang, hati lebih damai, energi kita pun akan tersalur untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.

Seminggu yang lalu saya dihubungi oleh Teman SD&SMP yang dulu begitu dekat dengan saya. Kemana-mana kita sering bareng. Dia saat ini sedang berjuang sembuh dari Covid-19. Dia menghubungi saya karena dia selalu teringiang-ngiang pada temen-temannya yang tulus menyayanginya. Dia cerita napas dia sudah tinggal 30% lagi dan kadar oksigen 85%, dia sering terbayang-bayang wajah saya, dia bilang mungkin jika dia tidak menghubungi saya lagi berarti dia sudah memakai ventilator. Dia berharap "disisa hidupnya" masih bisa ngobrol dengan teman2 karibnya dulu. Saya menjadi trenyuh dan berusaha mengirimi dia madu dan puluhan kaleng susu cap beruang. Semoga dia segera disembuhkan. Aamiin.


Update hari ini 5 Januari 2021, teman telah meninggal.



Selamat jalan teman, semoga amal ibadahmu diterima disisiNya. Hiks.


Kang Jay


Tiap diri, punya air matanya sendiri. Kesimpulan itu yang bisa saya ambil ketika melihat ataupun menyelami satu per satu persatu curhatan yang masuk ke saya. Setiap orang punya permasalahan hidup yang berbeda. Tak ada satu pun yang dirinya tak pernah mendapatkan masalah.

Maka tak perlu kita merasa menjadi orang yang paling sengsara di dunia ini. Karena di tempat lain, sesungguhnya banyak yang menerima ujian lebih berat dari kita. Di tempat lain mungkin jauh lebih banyak yang hidupnya lebih sulit dibandingkan kehidupan yang kita rasakan.

Yang kita rasa bahagia, bisa jadi dia memang orang yang pandai menyembunyikan penderitaannya. Yang terlihat tiap hari ceria, mungkin dalam kesendirian, ada persoalan besar yang dipikirkannya. Bukankah kita tak tahu apa yang ia rasakan saat sendiri? Mungkin ia sesenggukan mengadukan permasalahan hidupnya pada Allah semata. Mari belajar pada pribadi seperti ini, yang mampu tetap tersenyum meski hatinya memendam sedih luar biasa.


Tiap diri punya ujiannya sendiri. Ada yang kariernya hebat tapi sedih memikirkan jodoh yang tak kunjung datang. Ada yang finansialnya bagus, jodohnya baik, tapi sedih karena buah hati belum juga hadir di tengah kehidupan mereka. Ada yang dikaruniai buah hati, tapi ekonominya sulit. Ada yang lulus kuliahnya cepat, tapi bertemu jodohnya lambat. Ada yang karirnya melesat, tapi diuji dengan pasangan hidup yang belum baik. Ada yang jabatannya tinggi, tapi diuji dengan anak yang nakal, dan lain sebagainya.

Tak usah kita membandingkan diri dengan orang lain. Karena tiap kita punya kisah sendiri-sendiri. Yang perlu kita risaukan adalah ibadah, dosa, dan kehidupan akhirat kita. Segala peristiwa di dunia ini hanyalah cara Allah untuk memfilter, siapa dari kita yang mampu menghadapinya dengan cara yang baik dan menjadikannya sebagai jalan menuju Allah.

Membandingkan masalah diri dengan orang lain hanya akan menimbulkan dampak tak baik. Jika kita merasa masalah hidup kita lebih berat, kita kehilangan rasa syukur dan iri pada orang tersebut. tapi jika kita merasa masalah diri lebih ringan dari orang lain, kita bisa terseret jadi pribadi yang tak sensitif, karena senang melihat orang lain lebih menderita dari kita.

Cukup miliki keyakinan, tiap diri punya masalah untuk diselesaikan. Kalau bisa, usahakan bantu masalah orang lain. Dengan membantu orang lain, semoga Tuhan memudahkan terselesaikannya masalah pribadi kita.

Kang Jay


Jangan biasakan dendam dengan peristiwa di masa lalu. Maafkan masa lalu kita.



Saya merasa perjalanan hidup tiap manusia sungguh ajaib, unik, dan spesial, tak peduli siapa pun dia. Bahwa ada skenario Tuhan yang memang hebat, itu pasti. Tapi mensyukuri setiap takdir yang terjadi, itu pilihan. Bahwa perjalanan hidup tiap orang sudah tertulis di lauhulmahfudz, itu tak terbantah. Tapi menghikmahi perjalanan hidup yang telah dilalui, itu pilihan kita masing masing.

Saat balita sampai usia sebelas tahun, saya begitu dimanja oleh beragam fasilitas yang wah. Apa yang saya minta, seketika ada. Saat itu usaha orangtua sedang berjaya, ekonomi keluarga tak ada masalah. Tapi saat usia sebelas tahun, usaha ayah saya bangkrut terutama karena ayah saya sakit2an, padahal beliau tulang punggung daei beberapa keluarga. Kehidupan kami berubah drastis. Dulu semua kebutuhan dan keinginan tercapai seketika, waktu itu harus sangat mengirit agar kebutuhan bisa tercukupi. Bahkan mengirit pun tetap tak cukup. Masih berutang sana-sini, tak jarang terjerat utang bank dan rentenir.

Masalah demi masalah terus mengalir. Ibu kandung saya sebagai salah satu istri dari ayah saya akhirnya mutar otak, dan kemudian jadi tulang punggung ekonomi bagi anak-anak kandungnya, wajahnya memang tersenyum seolah menunjukkan dirinya tak menyerah, tapi jiwanya tak bisa dibohongi, raganya tak bisa didustai. Beliau tertekan, sarafnya terlalu tegang, hingga penyakit demi penyakit menggerogoti fisiknya.

Perubahan kehidupan yang luar biasa itu tentu berpengaruh besar pada psikologis saya yang hendak menginjak usia remaja. Jiwa saya seolah terpelanting. Tak siap menghadapi perubahan yang berlangsung sangat cepat.

Apa yang terjadi? Saya tumbuh dengan keminderan yang luar biasa. Saya berubah menjadi sosok yang pendiam, pemalu, dan rendah diri. Saya menjadi pribadi yang murung, sering mengurung diri, tak suka bergaul seperti dulu. Perasaan itu menghantui saya cukup lama. Seingat saya sejak kelas 5 SD, berlanjut SMP, STM, saya tetap menjadi sosok yang pendiam, minderan, dan rendah diri.

Akhirnya dalam perjalanan usia saya lantas mencari penyebab, apa yang membuat saya menjadi sosok seperti itu. Hingga akhirnya saya sadar, bahwa yang mengubah saya adalah kejadian demi kejadian pahit yang selama ini menimpa saya. Saat itu, kesadaran tersebut alih-alih membuat saya memperbaiki mindset dan memperbaiki perilaku, justru ketika menyadari bahwa yang membuat saya minder adalah peristiwa di masa kecil, saya malah menyalahkan masa lalu. Ya, saya dendam dengan masa lalu.

Mengapa saya dendam? Karena saya merasa banyak peluang yang harusnya membuat saya menjadi pribadi hebat, tetapi karena masa lalu yang pahit, akhirnya saya kehilangan peluang tersebut. Saya tak punya banyak teman, tak pandai bergaul, susah bersosialisasi, takut bicara di depan orang banyak, saya rasa semua karena kesalahanan masa lalu.

Perasaan itu terus tersimpan dalam memori otak saya, hingga ada satu peristiwa yang membuat saya tersadar, yakni ketika saya mulai hobi membaca biografi orang-orang hebat dalam sejarah. Ketika membaca kisah hidup mereka, ya Allah, saya terasa ditampar berkali-kali.

Jiwa saya seolah berteriak memarahi saya, “Hei, kamu kira kamu saja yang masa lalunya pahit? Lihat masa lalu mereka! Kamu akan tahu dan sadar kalau ternyata kehebatan dan masa depan seseorang bukan ditentukan oleh bagaimana masa lalunya. Sekelam apa pun masa lalumu, masa depanmu masih suci. Jangan buramkan masa kinimu dengan terus menyalahkan masa lalu. Maafkan masa lalumu, jadikan ia sebagai pelajaran untuk meraih keberhasilan di masa depan.”

Teriakan itu makin keras ketika saya dipertemukan dengan puluhan sahabat hebat yang masa lalunya ternyata lebih parah dari saya. Mereka seolah dihadirkan oleh Allah kepada saya sebagai cambuk. Usai itu, saya lantas mengubah sikap. Saya memaafkan masa lalu. Saya perbaiki mindset tentang diri. Saya positifnya pandangan saya terhadap diri sendiri. Saya perbaiki cara pandang terhadap lingkungan. Saya perbaiki cara saya menyikapi kejadian.

Setamat STM nekat hijrah ke Jakarta bermodalkan uang 200rb, 25rb untuk ongkos bus kala itu. Perkerjaan apapun saya jalani, mulai sebagai kurir antar surat. Mengejar asa, improve knowledge and skill dengan kuliah S1 S2 dan S3. Saya selalu tidak pernah menyerah mengejar karir, mencoba selalu mencari tantangan baru. Target berikutnya adalah menjadi salah satu direktur di salah satu perusahaan, dan terus mengamalkan ilmu dalam dunia pendidikan dan berusaha menjadi profesor.

Pernah saya menceritakan kalau saya ini pendiam di depan peserta seminar atau perkuliahan, semua pada ketawa. Nggak percaya. “Lha, Pak Jay pendiam kok bisa ngomong berjam-jam tanpa henti.” Tahu nggak rahasianya? Ya, karena saya sering memaksakan diri untuk berani ngomong. Akhirnya lama-lama jadi cerewet sendiri di depan publik.

Maka inilah saya, pribadi yang sudah rida dengan masa lalunya. Pribadi yang memiliki impian besar di masa depannya. Pribadi yang terus berusaha mengisi hidupnya dengan aktivitas seproduktif mungkin. Karena kita tahu masa lalu sudah terjadi dan tak bisa lagi kita ubah. Cara terbaik dalam menyikapi masa lalu adalah dengan memaafkan, lalu mengambil pelajaran berharga sebagai bekal untuk menghadapi masa depan yang penuh petualangan.

Kang Jay
Pages: « Previous ... 13 14 15 16 17 ... Next »
advertisement
Password protected photo
Password protected photo
Password protected photo