Bagi pria yang sudah pernah melamar, putuskan dulu lamaran secara resmi. Bagi wanita, cari pria yang sudah putus resmi. Status sudah jelas.
Mungkin ada juga yang lupa, setiap orang punya kisah sendiri. Barangkali semua atau sebagian besar member pernah mengalami perlakuan buruk atau pengalaman yang dianggap buruk dari satu atau beberapa member lain. Jangan merasa nasib Anda paling sial sedunia. Setiap orang punya kemampuan memilih dan bertanggungjawab atas keputusannya sendiri. Periksa adakah yang bisa kita perbaiki agar ke depannya lebih baik/terhindar dari masalah yang sama. Sebisa mungkin jangan marah2 di profil atau di blog. Penyebab kemarahan dan kekesalanmu hanya satu atau beberapa orang, bukan semua orang. Anggota yang bukan pelaku ga suka dan ga pengen dimarahin juga.
Hindari juga menggeneralisir. Semua member begini dan begitu. Tulislah "Ada member yg begini", "Sebagian member begitu", "Beberapa member melakukan ini", "Beberapa cowok/cewek melakukan itu", dan semacamnya, yang intinya "ada yg tidak atau yg mungkin tidak".
Trus gini, hindari deh baper2. Persiapkan diri dan mental bahwa hubungan itu bisa putus/selesai pada tahap mana saja. Anda dan orang tersebut masih dalam proses perkenalan. Walaupun Anda merasa hampir "iyes" udalah beri ruang untuk menerima hasil yang mungkin ga sesuai harapan. Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi kalian.
Tapi di balik itu semua tetap ada PR untuk diri masing2:
Gimana cara memilih dengan lebih baik?
Gimana cara berproses dengan lebih baik?
dan pertanyaan2 evaluasi diri lainnya. Kenapa evaluasi diri? Karena kita ga bisa mengubah orang lain. Yang ada dalam kendali kita hanya diri kita sendiri. Sadar gak kalo berubah itu susah? Melakukan perubahan terhadap diri sendiri aja susah, jangan terlalu mengharap orang lain berubah.
Ya gitu deh intinya cocok2an, jodoh2an, dan yah... mau kita ridha atau tidak tetap terjadi. Mau gak ridha juga yg susah diri sendiri dan ga bikin nasib membaik.
Misalnya nih ya Anda marah eh sananya cuek, malah udah bahagia dengan yang lain. Sananya udah hepi lho. Andanya? Bisa dijauhin, sakit, cepet mati, dsb. Hiiy....sereem.
Terakhir, baik atau buruk semuanya bagian dari takdir kita. Takdir yang mungkin bisa kita ubah melalui doa, ilmu, dan evaluasi/perbaikan diri.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika mereka tidak mengubah nasibnya sendiri.
Kadang2 saya merenung, memikirkan skenario seperti ini:
Bagaimana jika setiap manusia dijatah misalnya masing-masing 5 ujian/musibah besar dalam hidupnya. Di Lauhil Mahfuz, sebelum kita lahir, Allah bertanya kepada kita, "Kamu kujatah 5 musibah (wajib milih), kamu milih apa?"
Karena apa yang menimpa kita itu sesuai kesanggupan dan terjadi karena kesalahan sendiri, saya mulai memikirkan skenario itu. Bagaimana jika itu pilihanku sendiri?
Sebagaimana ujian2 lain, kita harus "lulus" dulu agar "naik tingkat". Itulah kenapa kita mengalami itu lagi dan lagi, berpola.
Dalam pencarian jodoh juga begitu, ada polanya, mengapa kita menarik/tertarik pada orang yang salah.
Ternyata hal ini berhubungan kuat dengan teori lampiran (attachment theory). Teman2 bisa mempelajarinya lebih lanjut (browsing atau lainnya) lalu mencari solusi untuk masalah masing2.
Ga bikin kebal dari rasa sakit sih tapi setidaknya kita juga aktif cari solusinya.
Pilihan:
1. Cari istri dengan pekerjaan/gaji tertentu.
2. Menyuruh istri bekerja X
3. Menyuruh istri membantu pekerjaan/usaha kalian (bergabung menjalankan bisnis yang sama)
4. Bebas yang penting cari istri bekerja (yg punya penghasilan)
5. Istri tidak perlu bekerja karena saya sudah mampu
6. Istri tidak perlu bekerja karena keyakinan beragama saya berpendapat demikian
7. Memberi modal istri untuk berbisnis, terserah dia mau bisnis apa
8. Terserah istri
9. Saya yg bekerja, istri terserah, tapi sementara tinggal di rumah ortu/mertua dulu
10. Jawaban lain (sebutkan!)
Trus gimana kalo kalian ketemu yg tidak sesuai? Itu harus persis atau gimana?
Tiba-tiba...
PAKEEEEET
Seorang kurir ekspedisi online datang.
"Apa ini? Ini bukan paket saya, Pak!"
Bungkusannya terbuka. Tampaklah apa yang berada di dalamnya.
"Wow, ini benar-benar high quality Mas. Kenapa Mas tidak mau? Sudah ambil saja deh daripada saya kembali lagi."
"TIDAK! Pokoknya saya mau paket saya. Tukarkan dengan pesanan yang sesuai!"
--------
Well, mencari jodoh kurang lebih juga seperti itu. Setiap orang membawa "paket" sendiri, dan mencari "paket" yang cocok untuknya. Kita tidak mencari kesempurnaan tetapi mencari "paket" yang cocok. Kendatipun sebuah paket itu sangat bagus di mata orang lain, kalau itu bukan paket yang kita cari kita tidak akan mau. Itu mungkin terdengar seperti "Itu bagus tetapi saya sudah punya, saya membutuhkan sesuatu yang lain", atau "Itu bagus tetapi saya menginginkan fitur yang lain."
Begitupun tentang keburukan/kekurangan dan kebaikan/kelebihan, ada orang yang lebih bisa menerima/menangani keburukan/kebaikan tertentu dibandingkan dengan orang yang lain. Itu tentang pengasuhan, pendidikan, pengalaman, sifat, ilmu, dll. Masing2 orang memilih hal apa yang bisa ditoleransi oleh dia dan hal apa yang menjadi prioritasnya.
Kita/kriteria kita tidak akan "terlalu" atau "tidak cocok" bagi orang yang tepat.
Misalnya saya. Saya introvert. Saya pendiam dan serius dan kurang suka keramaian. Saya tidak cocok untuk pria yang mencari fitur "rame/bawel/ceria/lucu" karena itu bukan fitur alami saya.
Contoh ya:
Mbak Fajar fiturnya rame dan lucu
Mbak Rina fiturnya alim (banyak ibadah)
Mbak Sonia fiturnya seksi
Dll
Itu fitur mereka, saya punya fitur sendiri. Begitupun orang lainnya lagi, punya fitur mereka sendiri juga.
Jadi ga match kalau dikatakan misalnya "Kok kamu gak lucu sih kayak mbak Fajar?" Ya saya memang ga lucu. Silakan mendekati mbak Fajar atau mbak2 lain yang punya fitur lucu.
Artinya, kamu harus mencari fitur yang sesuai atau menerima fitur yang ada (walaupun tidak sesuai). Ganti orangnya atau ganti responmu atas fitur yang dimiliki oleh orang tersebut.
Itulah kenapa saya hanya (spesial) untuk jodoh saya. Begitupun kamu. Kita ga bisa berjodoh dengan semua (baca: sembarang) orang.
Bagi orang yang tepat kita adalah berkah. Bagi orang yang tidak tepat kita mungkin menjadi (menimbulkan) masalah/musibah. Atau sebaliknya, kita yang akan mendapat masalah/musibah karenanya.
Jadi, saya maupun kamu hanya untuk jodoh kita masing-masing. Kita mencari pasangan yang "merayakan" kehadiran kita, bukan yang "menoleransi".
Kita mencari pasangan yang berkata, "Wow, kamu luar biasa. Kamu benar-benar orang yang kucari", daripada yang berkata, "Adanya 'ini'", "Cuma dia yang mau", atau "Yang penting nikah".
Temukan jodohmu yang sebenarnya. Apakah itu saya? Bisa jadi. Bisa dibaca dulu profil saya dan hubungi saya jika sekiranya cocok. Tak kenal maka tak sayang, bukan?
(Ssst... awas blog ini mengandung promosi wkwkwkk)
Istikharah itu kan untuk mengetahui seseorang itu calon yg tepat/tidak untuk kita.
Tidak tepat di sini bisa berarti:
1. Dia sejak awal buruk tetapi kita tidak tahu
2. Dia baik sebenarnya tetapi hanya tidak cocok/belum terasah skill nya
3. Dia tadinya baik tapi setelah nikah dengan kita akan jadi buruk
4. Mungkin lingkungan (keluarga) dia yang tidak baik --->masih dugaanku, termasuk juga apa nggak
5. Dia pura-pura/sesuatu yang berakhir tidak baik--->misalnya mualaf pura-pura hanya untuk menikahi
6. Dia berumur pendek (cepat mati)--> masih dugaanku juga tapi aku sangat meyakininya
7. Akan terjadi sesuatu yang buruk pada kita, dia, atau rumah tangga kita
Di dalam doa Istikharah kan ada kata "dekatkan-jauhkan". Puncak dari Istikharah menurut pengalamanku hasilnya adalah "putus" kalo ga jodoh atau "salah satunya nikah". Kalau tetap memaksa dengan orang tersebut ya akan terjadi keburukan setelah mereka nikah.
Seberapa cepat dan dalam kadar sakit kita tergantung dari seberapa cepat kita bisa membaca tanda2/petunjuknya. Yang intinya tentang dijauhkan, misalnya:
1. Tiba-tiba kita bertengkar dengannya
2. Tiba-tiba dia atau kita jadi males menghubungi
3. Tiba-tiba ga ada sinyal
4. Tiba-tiba dia dipindahkan ke daerah yang susah sinyal
5. Tiba-tiba terjadi masalah dengan ortu kita/ortu dia (yg intinya melarang)
6. Tiba-tiba ada petunjuk melalui mimpi
7. Tiba-tiba kita/dia ga ada rasa/hilang gitu aja
8. Tiba-tiba ada mutual friend nyetatus tentang dia dan calon mantennya
9. Tiba-tiba kita nemu foto dia dan calonnya
10. Tiba-tiba kita mergokin dia di jalan selingkuh
11. Tiba-tiba dia ngaku sendiri kalo dia bukan orang baik
12. Tiba-tiba dia ngaku sendiri kalo dia sudah selingkuh
13. Proses pernikahan kalian tiba-tiba susah dan ruwet
14. Tiba-tiba HP rusak
15. Tiba-tiba kita/dia ragu2
16. Tiba-tiba kita/dia ada orang baru
17. Tiba-tiba biaya untuk nikahnya kepake untuk tujuan lain (mungkin termasuk)
18. Tiba-tiba ada peristiwa yang menyebabkan pernikahan ga jadi pada tanggal tersebut (mungkin termasuk)
19. Tiba-tiba salah satu atau kalian berdua dijodohkan
20. Tiba-tiba kita ditunjukkan bahwa dia bukan orang baik
21. Tiba-tiba ada sesuatu yang kuat di hati yang mengatakan kalau dia bukan calon yang baik
22. Kita/dia semakin sibuk sehingga ga bisa kontak2an/ketemuan
Kurang lebih seperti itu sesuai yang saya alami/pahami.
Setiap kali kita mengabaikan tanda-tanda halusnya, kadarnya akan semakin meningkat sampai akhirnya benar2 putus dan semakin menyakitkan.
Kalau pengalaman kalian gimana teman2?
1. Kecelakaan
2. Kecacatan
3. Kelumpuhan
4. Ditemukan penyakit berat/ganas
5. Ortunya bangkrut sehingga dari kaya jadi miskin
6. Musibah terkait nama dia/ortunya, misal ternyata dia/ortunya korupsi, rame diberitakan di koran dan sedang diproses hukum.
Apakah kamu tetap mau nikah sama dia?
Suamiku adalah pria ganteng berkulit putih atau kuning. Tingginya sekitar aku atau lebih sedikit. Maksimal mungkin 170 an. Bodinya ramping nan sehat, seperti bodi pesilat. Matanya teduh dengan bulu mata melengkung ke atas. Boleh berkacamata ataupun tidak. Wajahnya bersih, no kumis dan no jenggot.
Rambutnya hitam dan pendek, belah samping, karena aku kurang suka pria dengan rambut belah tengah. Lebih suka yang lurus mungkin ya. Gaya berpakaiannya cenderung elegan. Suka berkemeja/polo shirt dengan warna cerah atau kalem, hitam is big big no. Tidak suka memakai jeans apalagi yang model sobek. Cenderung modern formal, bukan yang bergaya jadul/tradisional, penyuka wayang/museum dan benda antik, atau sesuatu yang budaya/sejarah banget/jadul banget. Tidak memakai anting/giwang, kalung, ataupun gelang. Khusus cincin hanya untuk cincin pernikahan kami. Sedangkan jam tangan pasti boleh lah, aku suka orang yang menghargai waktu. Ia juga bebas dari tato dan tindik, dan "masa lalu".
Ia penyuka buku sepertiku. Pintar memasak dan elektronik atau desain grafis. Sedangkan untuk olahraga mungkin termasuk orang yang suka jogging, basket, bersepeda, berenang, atau bela diri (yg tidak memakai tenaga dalam, seni pernapasan, atau ritual gaib).
Pekerjaannya tidak mobile dan tidak sering jauh dari istri/beda tempat dari istri. Juga tidak shift. Jam kerjanya normal saja dari pagi sampai sore, malam dan akhir pekan off, buat keluarga.
Ia dan keluarganya tidak termasuk orang2 yg berbicara dengan keras, karena aku penyuka ketenangan. Malahan, aku sangat sensitif dengan suara.
Ia juga tidak suka musik dan lagu. Tetapi suka mendengarkan dan melantunkan ayat2 suci Al Quran. Saat ia mengaji suaranya terdengar sangat indah. Ia rutin mengaji, terutama setelah sholat Subuh dan setelah sholat Asar/Maghrib.
Ia dari manhaj non salaf. Kemungkinan Muhammadiyah, karena aku cenderung Muhammadiyah.
-----------
Sepertinya itu dulu, sementara.
KUN FAYAKUN.
Sering juga terjadi kesalahpahaman, kita masih baru mau mengenal sudah dipikir naksir atau yakin padanya. Padahal kita sama2 blank, ga tau satu sama lain, bukan dia aja yg ga tau kita. Kita juga ga tau dia. Masa iya main naksir dan nikah aja?
Begitupun dengan putus di tengah jalan. Menikahi orang yang salah membuat rumah tangga kita lebih berat, hidup lebih susah, mungkin juga bertengkar ga sehat, dll.
Sekali lagi, penolakan dan putus di tengah jalan memang menyakitkan. Tetapi percayalah itu lebih baik daripada digantung tanpa kejelasan, tiba-tiba ditinggal nikah, berlama2 dengan orang yang salah, berumahtangga dengan orang yang salah, dll.
Gpp sedih, menangis, atau kecewa. Tapi segera bangkit ya! Kasian jodohmu yang sebenarnya masih nunggu kamu.