Menikah merupakan sunnah yang menjadi tuntunan yang diajarkan Rasulullah Saw, begitu pula dalam hal berumah tangga. Wujud rumah tangga sakinah, mawaddah dan rahmah hanya bisa terwujud apabila kita mengikuti perintah Allah SWT dan mengikuti tuntunan yang di ajarkan oleh Rasulullah Saw.
Sudah seharusnya bagi kita sebagai seorang muslim mengetahui bagaimana kehidupan rumah tangga Rasullullah Saw, untuk mendapatkan gambaran yang benar dalam menerapkannya didalam rumah tangga kita. Agar kehidupan rumah tangga yang kita jalani tidak jauh dari perikehidupan beliau.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأََهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأََهْلِي
Artinya :“sebaik-baik diantara kamu adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah sebaik-baik diantara kamu terhadap keluargaku” (H.R. Tirmidzi)
Maka menjadi suatu kewajiban bagi kita menapaki bagaimana rumah tangga Rasullullah Saw yang dihiasi dengan akhlaknya yang mulia.
Berikut gambaran rumah tangga Rasullullah Saw:
1. Rumah Rasulullah Saw dihiasi dengan ibadah.
Tujuan menikah adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Maka hiasilah rumah tangga kita dengan memperbanyak taqarub kepada Allah SWT, seperti qiyamullail dan membaca Al Qur’an.
Suami hendaklah mengajak istrinya untuk beribadah bersama, shaum sunnah bersama, dan beberapa ibadah lainnya yang bisa dilakukan bersama-sama.
Rasulullah Saw telah mencontohkan hal itu. Beliau senantiasa menganjurkan istri-istri beliau untuk giat dalam beribadah kepada Allah serta membantu mereka dalam melaksanakan ibadah, sebagaimana firman Allah SWT:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“ Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu , kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa “. (QS.Athaha: 132)
Aisyah ra menceritakan: ” Rasulullah Saw biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur melintang di hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir “. (H.R. Mutafaq Alaih)
Suami memiliki peran sangat besar dalam meningkatkan keimanan dalam keluarganya sehingga keimanan akan selalu tumbuh dan terjaga. Ketenangan jiwa akan datang dalam sebuah keluarga karena dekatnya dengan Allah SWT.
2. Rumah tangga Rasullullah Saw jauh dari kemarahan dan kebencian.
Suami yang temperamental bisa jadi pemicu konflik dalam sebuah keluarga. Banyak kasus terjadi seperti kekerasan dalam rumah tangga akibat suami yang mudah marah, sering mengeluarkan perkataan kasar dan ringan tangan terhadap istrinya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan sikap Rasulullah Saw yang santun dan penyabar.
Pernah suatu ketika Rasulullah Saw pulang larut malam, kondisi Aisyah yang sudah tidur karena kelelahan menjadikan Rasulullah Saw tidak dapat masuk pada saat itu. Beliau tidak marah pada Aisyah karena tidak dapat masuk akan tetapi Rasulullah Saw dengan amat tenang tidur didepan pintu rumah.
3. Rumah tangga Rasullullah Saw dihiasi dengan sikap lemah lembut dan kasih sayang
Seorang suami dituntut untuk dapat bersikap lembut dan penuh kasih sayang terhadap istrinya. Sebagaimana sifat Rasulullah Saw terhadap para istri-istrinya. Rasulullah Saw mengibaratkan seorang istri (wanita) diibaratkan seperti tulang rusuk. Jika diluruskan dengan paksa, tulang itu akan patah. Sebaliknya, jika dibiarkan akan tetap bengkok.
Suami adalah nakhoda dalam bahtera rumah tangga, demikian syariat telah menetapkan. Dengan kesempurnaan hikmah-Nya, Allah SWT menjadikan suami sebagai qawwam (pemimpin).
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ
“Kaum pria adalah qawwam bagi kaum wanita….” (an-Nisa: 34)
Suamilah yang kelak akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT tentang keluarga nya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
اَلرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْهُمْ
“Laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi keluarganya dan kelak ia akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang mereka.” (H.R. Bukhari Muslim)
Seorang suami harus mengenakan perhiasan akhlak yang mulia, penuh kelembutan, dan kasih sayang.Dalam menjalankan fungsinya ini, seorang suami tidak boleh bersikap masa bodoh, keras, kaku, dan kasar terhadap istri dan anak-anaknya.
4. Rasulullah Saw pandai menyenangkan hati istri-istrinya.
Para suami, harus menyadari bahwa tugas istri di rumah itu sudah begitu berat. Apalagi menjadi seorang ibu rumah tangga dan mengurus anak-anak. Tentunya seorang istri sangat butuh akan hiburan.
Janganlah beranggapan bahwa kehidupan rumah tangga itu harus selalu diisi dengan ibadah tanpa ada kegiatan yang menyenangkan bersama istri dan anak-anak.
Rasulullah SAW adalah figur teladan yang sangat mencintai istri-istrinya dan berusaha menyenangkan hati istrinya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bagaimana Rasulullah yang saat itu sudah berumur meladeni istrinya Sayidina Aisyah r.a. yang masih belia untuk lomba lari. Rasulullah pun memanggil Sayidina Aisyah dengan panggilan sayang “Humairah” yang artinya kemerah-merahan, karena pipi Sayidina Aisyah yang selalu memerah.
Seorang suami harus bisa menyenangkan hati istrinya. Misalkan membantu pekerjaan rumah, mengajak jalan-jalan, menemani bepergian, memujinya dan cara romantis lainnya yang bisa menyenangkan istri.
Itulah gambaran rumah tangga Rasullullah Saw. Semoga kita bisa membangun rumah tangga laksana surga yang dipenuhi rahmat dan kasih sayang. Rumah tangga yang bahagia, saling menyayangi dan di ridhoi Allah SWT.
Sidang #AN Juga y6 ambil keputusan?
Sape tau Karyawan ÀN ada yg "J O M B O L"
sepuluh tahun lalu mikir besok kira2 bisa apa ya? bisa kerja apa nggak, bisa makan apa nggak, dan yang terjadi sekarang semua baik2 aja malah jauh lebih dari apa yang dibayangkan sepuluh tahun lalu, makanya tidak usah terlalu memikirkan masa depan terlalu berat, lebih baik bisa berbuat baik dan manjadi lebih baik disetiap menit, setiap detik kemudian...
jangan lupa kalo saat ini masih hidup,
Orang baik akan berjodoh dgn org baik pula.
Aku orang baik karena gak sakit.
Di alam nyata memang asli sy sering pendiam. Sy lebih senang menyimak dan memperhatikan dulu sebelum ikut bersua.
Bersamaan dengan menyimak itulah filter hati filter rasa filter nurani sy aktifkan memilah nan memilih, untuk nantinya sy akan cukup menjadi pendengar sejati ataupun pantasnya bersua.
Pendiam kan bukan berarti bisu.
Ada lah saatnya sy juga mau omong atau menceritakan sesuatu.
Nah dengan bermacam-macam filter diantaranya sy sebut di atas, sy tetap mengacu nan berpijak pada norma etika. Kita sebagai warga timur yg kental dengan santun etika dan saling rukun hidup bersama berdampingan, musti pandai² menempatkan diri dalam perbuatan dan ucapan.
Jangan sampai gegara hal yg kecil, berakibat merendahkan martabat harga diri.
Begitupun berhadapan dengan hal yg mengharuskan sy harus bersikap sabar dan mengalah, bila memang sikon mengharuskan sy sepantasnya sabar dan mengalah, maka hal inipun sering sy lakukan.
Sabar dan mengalah bukan berarti kita lembek / bukan pula kita lemah tak punya pendirian, bukan pula tidak bisa tegas ..... ya tidak begitu.
Jadi laki itu tidak gampang.
Laki harus punya kesabaran tingkat tinggi (luwih dowo usus'e = bhs.jawanya)
Laki juga harus punya etikad sikap ucap yg lebih banyak kebaikannya
Laki menjadi pemimpin diri dan isteri nantinya, sudah sepantasnya sedari beranjak gede hingga dewasa berlanjut membina rumah tangga berkeluarga hingga ujung usia seyogyanya membiasakan diri mempraktikkan sebanyak mungkin sesuatu contoh kebaikan yg lazim diperlukan dalam kehidupan ini.
Bahasa singkatnya "sebelum engkau menasehati atau mengajak seseorang untuk berbuat baik, berbuatlah dan praktekkan dulu sebanyak mungkin dalam usiamu".
Dengan begini
santun kata terkias "tanpa kita banyak bicara, tanpa kita perlu banyak berucap, maka suatu saat nanti anginpun akan memberitakan siapa diri ini"
dan insyaa Alloh kharisma aura positif akan dirasakan orang² sekeliling kita dimanapun berada. Terlebih lagi kepada seseorang dambaan hati yg dalam kediaman kita, akhirnya nanti dengan sendirinya dia bisa merasakan hal ini,
dari sinilah hubungan awet itu terjalin. Rasa untuk saling setia, seiya sekata itu akan otomatis dijaga masing². Sinar kharisma yg terpancar dari seseorang karunia Alloh swt inilah yg jadi buruan setiap insan.
Semoga kita semuanya disini banyak yg menyusuri jalan kebajikan, diakhirnya dalam kehidupan kita dihindarkan dari goda dan coba yg teramat sulit, dan terlebih lagi semoga kita dipertemukan dengan dambaan yg berhati mulia dalam kesehariannya .... aaaamiin ya robbal 'alamiin.